22

729 156 72
                                    

Happy reading

•••

Sesampainya di ruang UKS, Gadis itu segera mengobati lebam di wajah Arkan dengan telaten.

"Shh. Pelan pelan Lun," ringis lelaki itu pelan.

Luna meringis kemudian menatap Arkan dengan rasa bersalahnya.

"Sorry, masih sakit?"

Arkan mengangguk."Yang mana yang sakit?" tanya Luna membuat lelaki itu menunjuk sudut bibirnya yang sedikit sobek. Gadis itu mulai mengobati lebam di sudut bibir lelaki itu.

Arkan menatap Luna dengan penuh arti, tanpa sadar lelaki itu tersenyum tipis. Yang di tatap pun menoleh, kemudian dengan sengaja Luna menekan lukanya dengan kapas membuat lelaki itu tersentak kaget seraya meringis.

"Ngapain lo liatin gue mulu, senyum-senyum lagi," ujar gadis itu.

"Lo cantik."

Luna tak merasa baper sama sekali dan tidak juga merasa jijik. Namun, lebih tepatnya ia merasa biasa saja karena memang pada dasarnya dirinya sudah cantik dari lahir.

Bukannya sombong atau apa tapi memang sudah takdir gadis itu menjadi cantik. Arkan akui memang gadis itu sangatlah cantik. Tidak hanya cantik dari luarnya saja, tetapi juga gadis itu cantik akan hatinya.

Arkan tersenyum tulus."Thank's Lun dah ngobatin luka gue."

Luna mengangguk dan membalas senyuman Arkan."Senyum lo manis banget sumpah."

Lelaki itu berdehem pelan. "Maaf soal ta—"

"Iya gapapa. Lagian lo ga sengaja," potong Luna cepat. Gadis itu malu jika Arkan kembali membahas kejadian tadi di koridor. Mengingat itu tanpa sadar membuat pipinya merona menahan malu.

Arkan terkekeh geli, ia tahu apa yang sedang dikpikitkan oleh gadis yang berada dihadapannya itu. "Lo belum makan kan?"

Luna menggeleng menanggapi ucapan Arkan. Karena sejak kejadian barusan, dirinya memang belum sempat mengisi perutnya.

"Yaudah, gue temenin lo makan."

"Eh gausah. Mending lo istirahat aja. Gue bisa ke kantin sendiri."

Arkan tak mengindahkan ucapan Luna ia malah menggenggam lengan Luna menuju kantin. Luna pasrah membiarkan tangannya digenggam oleh pria itu.

"Demi apa kak Arkan sama Luna?!"

"Omaygatt mereka cocok banget."

"Cocok juga sama kak Axel."

"Beneran udah official ini?!"

"Dih apaan banget si cewe nya."

"Luna damagenya nambah anjir!"

"Alay."

"Ck, iri lo?!"

Kini Luna dan Arkan sudah duduk dan Luna tengah memakan makanannya dengan tenang sedangkan Arkan hanya memainkan ponselnya sambil menunggu Luna.

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang