25

783 154 123
                                    

Happy reading

°°°°°

Masih sama seperti babak pertama, pada babak kedua ini permainan tetap dikuasai oleh tim A. Sangat susah memang mengalahkan tim tersebut. Apalagi dengan Luna yang sudah dilatih sejak kecil oleh kakaknya membuatnya ahli dalam bermain bola basket, dan lagi kedua anggota basket yaitu Rizky dan Alan memudahkan tim mencetak skor.

"YEEE!"

Teriakan menggema ketika Sheila berhasil menambah poin teamnya menjadi 19-10. Tim B sangat tertinggal jauh sekali dari tim A. Permainan terus belanjut hingga goal dari Farhan berhasil berhasil mencetak skor mengakhiri babak kedua itu.

Tak lama pertandingan babak ketiga akan segera dimulai. Suara riuh penonton mendominasi warna suara penonton itu bergemuruh dilapangan basket tersebut.

Kedua tim tersebut yang sedari tadi di pinggir lapangan kini sudah berjalan menuju tengah lapangan untuk melanjutkan pertandingan.

Dilihatnya Luna memainkan bola basket tersebut dengan lincah. Ia melempar bola orange tersebut pada Ziyan dan pada saat Ziyan akan melakukan shooting dengan segera Sinta mengambilnya kemudian ia melemparkan bola orange itu.

Tanpa di duga Sinta malah melemparkan bola itu ke arah Luna sehingga mengenai perutnya.

Bugh

Semua orang yang berada di lapangan maupun di luar lapangan itupun berteriak histeris terutama para wanita yang menjerit mampu memekikan telinga.

Luna meringis kesakitan. Ia merintih hingga ia terduduk. Luna tak mampu lagi menyeimbangi dirinya tak kuat menahan rasa sakit yang menjalar di bagian perutnya itu. Bola itu menghantam perutnya lumayan keras menyebabkan perutnya merasakan sakit yang amat perih.

Axel, Arkan dan juga Aiden berlari menghampiri Luna, begitu pun dengan kedua sahabatnya Luna.

"Lun, jangan di teken," ucap Tamara panik.

Arkan menghampiri Luna dengan rasa khawatirnya lalu pria itu berjongkok dihadapannya.

"Hey, jangan diteken," ujar lelaki itu

"S-sakit," rintih Luna kesakitan.

Setelah mengatakan itu kedua mata Luna terpejam. Gadis itu kehilangan kesadaran membuat Arkan dan lainnya panik. Lelaki itu segera menggendong Luna ala bridal style membawanya menuju UKS.

"Omaygaaaat, Arkan kece banget gendong Luna."

"Huaa sumpah mereka cocok banget."

"Potek adek bang."

"Duh, semoga Luna gak kenapa-napa."

"Eh Sintanjing, babik anak monyet. mati kek lo!"

Begitulah sorakan sebagian murid yang melihat kejadian itu.

Aiden menatap Sinta dengan pandangan yang menyorotkan kemarahan. Sedangkan Axel kini memandag Sinta dengan tatapan membunuh.

Sheila menatap sinis pada Sinta. Yang ditatap pun terlihat tegang.

"Sialan lo anjing! Pa maksud lo lempar bola itu ke arah Luna, huh?!" ujar Sheila marah.

"Ah elah pake ngerebut bola seenaknya lagi," celetuk Tamara dengan perasaan marah.

"Namanya juga lonte berkelas, ya jago kalo soal rebut, dan tikung-menikung," sahut Salsa.

"Huh, bajingan," celetuk Rizky.

"Bola aja direbut, apalagi Axel," ucap Sheila memandang remeh Sinta.

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang