28

691 150 171
                                    

Happy reading

• • •

Ceklek

Pintu kamar Luna terbuka menampakkan kedua sahabat Luna yang tengah berjalan menghampiri Luna dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir.

Arkan terusik dari tidurnya. Lelaki itu segera membuka matanya perlahan.

"Ar, ini Luna sakit apa?" tanya Tamara sedikit khawatir.

"Gue bukan dokter," ucapnya masih dengan mengumpulkan nyawanya.

"Ck, gue tau. Ngeselin banget muka lo anjem," desis Tamara.

"Dah tau si Arkan titisan kuda tampan," ujar Sheila.

"Brisik. Luna lagi tidur. jangan ganggu," kesal Arkan yang melihat kehadiran mereka. Sudah ia duga. Pasti Kai yang memberitahu keduanya.

Keduanya hanya mencibir kesal pada Arkan. Tak lama akhirnya Luna terbangun. Gadis itu mulai membuka matanya perlahan dan ia menoleh kesamping mendapati keberadaan kedua sahabatnya.

"Lo udah bangun," ujar tamara yang melihat Luna membuka matanya.

Arkan yang melihat itu segera menghampiri Luna lalu memberikan segelas air putih untuk gadis itu dan diterima baik olehnya.

"Cie, gercep ya bang," ujar Sheila terkekeh.

"Kiw lah, gas jedor," sahut Tamara.

"Brisik. Minggir," ujar Arkan.

"Duh, ngeselin banget njem."

"Kalo dia jedor lo, gosah diterima Lun."

Arkan yang mendengar itu menatap tajam keduanya. Yang ditatap pun hanya menyengir kuda dan memilih duduk di sofa.

Pintu kamar terbuka menampakan Kai yang membawa makanan dan masuk ke dalam kamar. Lelaki itu langsung menghampiri kekasihnya dan mencium puncuk kepalanya seraya mengusap rambutnya sayang.

"Gue lagi sakit loh bang. Masi sempet-sempetnya uwu," sindir Luna.

"Tau ni. Dunia serasa milik berdua yang lainnya cuma ngontrak," sambung Tamara.

Sedangkan Arkan, lelaki itu hanya diam dan terus saja memandangi Luna.

Kai hanya menyengir lebar kemudian menghampiri sang adik.

"Nih, makan." Menyodorkan kantung plastiknya pada Luna. "Kalian juga pada makan. Jangan sampe sakit gegara nunggu orang sakit," peringat Kai seraya menatap orang yang berada disana.

Kedua sahabatnya Luna hanya mengangguk. Namun tidak dengan Arkan.

"Gue ntaran."

Luna yang mendengar itu menatap Arkan tajam. "Lo pengen banget sakit ya Ar? Kalo lo sakit nanti yang jagain gue sapa, huh?"


"Ciee kiw kiw."

"Anjass mbaknya mulai beraksi."

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang