26

718 153 93
                                    

Happy reading

°°°°°

Kini Arkan dan Sheila tengah menemani Luna yang masih terbaring lemah di brangkar dengan mata yang tertutup rapat.

Sejak tadi gadis itu belum sadarkan diri. Namun, setelah dokter memeriksanya, lukanya tidak terlalu parah dan sebentar lagi akan siuman.

Tak lama gadis itu tersadar dan mulai membuka matanya perlahan. Yang pertama ia lihat yaitu wajah tampan dengan pahatan yang sempurna tengah menatap dirinya teduh. Dia Arkan.

Perlahan ia menoleh kesamping mendapati Sheila yang terduduk di sofa UKS. Dilihatnya gadis itu hendak berjalan menghampirinya.

"Ada yang sakit?" tanya Arkan setelah melihat Luna tersadar dari pingsannya.

Gadis itu mengalihkan kembali pandangannya pada arkan kemudian menggeleng lemah.

"Minum dulu Lun." Sheila membantu Luna minum gelas yang berisi air putih itu. Dilihatnya Luna menegak setengahnya. Gadis itu berusaha untuk duduk, melihat itu membuat Arkan segera membatunya.


"Lun, sumpah ya tad-"

"Shei," peringat Arkan pada Sheila agar tak melanjutkan ucapannya itu.

Sheila menyengir lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

Dilain tempat Tamara tengah berdiri di rooftop menatap kosong kedepan seraya menikmati semilir angin yang menerpa wajah mulusnya.

"Ra," panggil seseorang dari arah belakang.

Tamara menoleh pada sumber suara tersebut. Ia heran mendapati Aiden yang berada di sini.

"Kenapa?" tanya Tamara.

Aiden hendak menyentuh pipi Tamara namun segera ditepis oleh sang empu.

"Sorry, masih sakit?"

Seakan mengerti dengan apa yang dimaksud Aiden ia menggeleng pelan.

"Ga, tamparan itu juga ga berasa. Bahkan rasa sakit itu ga sebanding dengan apa yang Luna rasain. Cih, bego banget Axel nyia-nyiain berlian demi seonggok sampah kek Sinta."

"Gue minta maaf atas perbuatan Axel ke lo."

"It's oke. Gue gapapa, terus lo ngapain masi di sini?"

"Mau ngajak lo bolos," ucap Aiden santai.

"Bolos bareng lo gitu?" Aiden mengangguk menanggapi ucapan Tamara.

"Gak, gue ga mau, gue murid teladan. Gak kek lo."

"Kali-kali bolos, lo gatau si enaknya bolos kek gimana. Kalo dah bolos sekali pasti kecanduan," ujar lelaki itu seraya terkekeh.

"Sesad," tukas Tamara

Setelah mengucapkan itu Tamara berlalu dari hadapan Aiden.

"Hey, lo suka kan sama gue?"

Ucapan Aiden berhasil membuat langkah Tamara terhenti. Jantungnya berdegup sangat kencang mengapa Aiden mengetahui tentang perasaannya. Padahal ia tidak pernah memberi tahu orang disekitarnya, bahkan kedua sahabatnya pun tidak mengetahuinya. Lantas ia membalikan badannya menatap Aiden dengan tatapan tak terbaca.

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang