Bel pulang sekolah pun berbunyi. Nadira langsung memasukkan semua buku dan peralatan yang dipakai nya kedalam tasnya. Karena merasa tidak ada pergerakan dari raefal, Nadira menoleh kesamping ternyata raefal tengah tertidur pulas dengan earphone di telinganya.
'Gimana aku bisa keluar kalo dia nya masih tidur padahal aku masih kerja'
Satu persatu teman sekelas nadira keluar hingga hanya tinggal lah nadira dan raefal, entah kemana perginya dalfa dan alterio bahkan tas mereka berdua masih dikelas."Aku bangunin aja kali ya " gumam nadira, lalu ia menepis niatnya untuk membangunkannya.
"Nanti dia marah kalo aku bangunin, tapi aku mau kerja nanti telat" gumam nadira lagi.
Nadira mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya begitulah yang dilakukannya sampai tiga kali. Lalu nadira mulai mengangkat tangannya untuk membangunkan raefal. Tapi ia urungkan kembali niat nya karena takut. Bahkan sekarang nadira sudah keringat dingin.
'Namanya siapa ya? nadira bertanya-tanya dalam hati.
Nadira meneguk salivanya.''permisi.." ucap nadira pelan. Tapi raefal belum juga terganggu.
"permisi.." ucap nadira sedikit menaikkan volumenya. Tapi tidak membuahkan hasil.
"permisi.." kali ini setengah teriak, tapi raefal sama sekali tidak terusik. Nadira mencoba mengumpulkan keberaniannya yang tersisa.
"permisi" ucap nadira sambil menoel-noel lengan raefal, kali ini seperti nya berhasil. Raefal langsung membuka bola matanya. Dan yang pertama kali dilihatnya adalah nadira.
Nadira yang melihat raefal sudah bangun langsung menunduk takut. Raefal menatapnya dingin.
"Lo ngapain ganggu gue?" tanyanya dingin.
"Ma--maaf udah pulang" jawab nadira gugup. Percayalah sekarang nadira sudah keringat dingin.
"yaudah pulang" ucap raefal lalu kembali mengambil acang-acang untuk tidur lagi.
"Tapi a-aku mau lewat" cicit nadira.
"Brisik!!" sentak raefal lalu mengambil tas sekolahnya lalu melenggang pergi meninggalkan nadira sendirian. Nadira yang mendengar sentakan raefal pun kaget.
"Huuft syukurlah" nadira pun langsung melenggang pergi. Sekolahnya bahkan sekarang terlihat sepi. Mungkin dinda sudah pulang lebih dulu karena nadira terlalu lama keluar kelas. Nadira pun langsung berjalan menuju kafe specta tempat nadira Bekerja.
****
Seperti biasa nadira pulang bekerja jalan kaki. saat ditengah melewati gang yang sepi ia mendengar seperti ada keributan, nadira pun yang penasaran mendekati keributan itu dan bersembunyi untuk melihat apa yang terjadi.
Disana ia melihat ada tiga orang preman yang tengah mengeroyok satu orang pria. Ia tidak bisa melihat jelas wajah orang-orang yang disana akibat pencahayaan yang minim karena sudah malam. Pria yang dikeroyok itu bahkan sudah terkulai lemas di tanah. Dengan keberanian Nadira berjalan mendekat agar bisa mendengar percakapan ketiga preman itu.
''Kita kelarin aja boss sekarang" ucap salah satu preman botak pada bos nya.
"Iya bos biar ngak ikut campur'' ucap preman berkumis tebal menimpali.
"Benar juga" ucap pria bertubuh besar itu. Yang kemungkinan adalah bosnya. pri bertubuh besar itu mengeluarkan sebuah pisau kecil dari dalam saku celananya. Nadira yang melihat itu membulatkan matanya. Bagaimana jika pria yang dikeroyok itu mati. Apa nadira hanya diam saja.
'Astaga apa yang harus aku lakukan' batin nadira khawatir. Bahkan nadira sekarang sudah gemetaran, keringat dingin sudah mengalir di pelipisnya sedari tadi. Pandangan nadira jatuh pada sebuah balok kayu yang tak jauh darinya. Nadira mengambil balok kayu itu dan berjalan mengendap-endap sambil merapalkan doa di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADIRAEFAL
Teen Fiction"Aaaaaa" teriak nadira sambil menyilangkan tangannya di dada. "Makanya jangan asal buka baju" ketus raefal. "Gu-gue ngak lihat" ucap Raefal sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. "sedikit" lanjut Raefal lagi dengan bergumam pelan. "Tapi gue ng...