JANGAN MEMBAWA LAPAK LAIN KE CERITA INI!!!.
Tolonglah hargai karya penulis
Sebelum baca kasih vote dulu💙Happy reading💙
"Anjing!!"
"Siapa yang udah berani lempar gue pake sepatu?!" suara raefal menggema di sepanjang koridor. Mata tajamnya menelisik pada setiap orang yang berada di koridor. Semua orang yang berada disana menunduk takut, tidak berani menatap mata tajam itu.
Nadira menelan ludahnya kasar, kedua jemarinya meremas roknya cemas. Bukan hanya nadira, tapi lisha juga sama halnya.
Mendengar tidak ada jawaban. raefal semakin murka, rahangnya mengeras.
Mata tajam raefal berhenti pada satu titik. Nadira.
Ia melihat pada kaki nadira, ternyata gadis itu tidak mengenakan sepatu."Okeh kalo ngak ada yang ngaku!" ujar raefal terkekeh sinis dengan mata tajamnya yang terus tertuju pada nadira. Nadira gelagapan saat raefal terus menatap nya seperti ingin memakannya. Ia harus bagaimana? Padahal bukan dia yang melempar sepatu itu padanya.
Raefal mengeluarkan cutter yang selalu ia bawa didalam tasnya. Nadira melotot saat melihat raefal hendak menyayat sepatu barunya.
"Jangan!" cegah nadira refleks. Semua mata tertuju pada nadira. Termasuk raefal. Senyum jahatnya terbit di bibir seksinya. Ia dari tadi menunggu agar nadira mengaku.
Nadira merutuki mulutnya yang membuatnya sekarang dalam bahaya.
Raefal berjalan kearah nadira."lo lagi! kayaknya lo udah siap kepala lo gue bocorin" ujar raefal membuat nadira bergetar ketakutan.
"A-aku minta maaf, a-aku ngak sengaja" jawab nadira setelah mengumpulkan mental yang kuat.
Raefal seolah tidak peduli, ia melanjutkan aksinya. Ia menyayat sepatu nadira dengan sadis, seperti layaknya psikopat.
Nadira menganga saat melihat sepatunya sudah hancur. Perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya. Sepatu yang ia beli dari hasil kerja kerasnya, hancur sekejap mata.
bagi orang lain sepatu itu bisa dengan mudah dibeli. Tapi bagi nadira membeli sepatu itu membutuhkan perjuangan, ia sudah lama mengumpulkan uang agar bisa membeli sepatu barunya. Tapi dengan teganya raefal merusak nya tanpa berperasaan.Raefal melempar sepatu nadira yang sudah dirusakinya kearah nadira.
Nadira memungut sepatu itu dan lagi-lagi air matanya menetes melihat keadaan sepatunya. Detik selanjutnya ia menatap raefal dengan penuh kebencian. Rasa takutnya yang sedari tadi, meluap entah kemana."cowo jahat!" ucap nadira lalu berlari tak tentu arah. Raefal menyunggingkan senyum miringnya saat melihat kepergian nadira. Jahat? Betul ia memang jahat. Jadi jangan mengusiknya jika masih ingin selamat. Masih untung sepatunya yang ia robek, bagaimana jika mulutnya yang ia robek.
kejadian itu tak luput dari penglihatan teman-teman raefal.
"kasian juga ya nadira'' ujar alterio saat melihat kepergian nadira."Kasian sih kasian, tapi kan dia sendiri yang buat dirinya celaka. Udah tau raefal orangnya kayak gimana'' sahut yoga.
"tapi kan lo tau sendiri nadira anak beasiswa, beli sepatu aja pasti dia kesusahan'' ujar alterio merasa kasian.
"Yaudah lo tolongin aja sana, kasih dia sepatu" kali ini rean yang menyaut.
"Lagian, sejak kapan lo berbelas kasihan?" tanya rean lagi.
"Lo pikir hati gue membeku apa? lo kira gue kayak lo? Ngak pernah peduli sekitar'' sindir alterio.
"Yaudah kalo hati lo ngak membeku lo tolongin aja sana!" ujar yoga.
"Ngak deh, ngapain juga gue peduli. Ya ngak?'' ujar alterio sambil menarik turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADIRAEFAL
Teen Fiction"Aaaaaa" teriak nadira sambil menyilangkan tangannya di dada. "Makanya jangan asal buka baju" ketus raefal. "Gu-gue ngak lihat" ucap Raefal sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. "sedikit" lanjut Raefal lagi dengan bergumam pelan. "Tapi gue ng...