Part 14

1.7K 78 4
                                    

Dinda dan nadira berjalan bersama-sama menuju gerbang keluar.

"gimana lutut lo? Udah mendingan?" tanya dinda.

"Udah kok, ngak perih lagi'' jawab nadira.

"Lo langsung ke kafe?'' tanya dinda lagi. Nadira mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka.

Disaat ingin keluar gerbang nadira tak sengaja melihat dalfa sendiran di parkiran.

'Ini kek nya waktu yang tepat, sebelum raefal datang' batin nadira.

"Din, kamu pulang dulu aja ya
Soalnya aku mau balik ke kelas ngambil buku aku ketinggalan di laci tadi'' ucap nadira beralasan.

"Yaudah, biar gue temenin''

" ngak usah, aku cuma bentar doang kok. Mending kamu pulang aja
Supir kamu udah datang tuh'' ujar nadira sambil menujuk mobil hitam yang berhenti tak jauh dari mereka.

''Yaudah deh, gue duluan ya. Hati-hati" lalu dinda melambai ke arah nadira.

Nadira berjalan menuju dalfa yang sudah menaiki motor nya.

"Dalfa" panggil nadira.
Dalfa melihat kearah nadira dan mengangkat sebelah alisnya.

"Aku mau balikin jaket kamu" ucap nadira sambil membuka tas sekolahnya. Dan mengeluarkan jaket milik dalfa yang sudah ia cuci.

''Makasih banyak" ucap nadira setelah dalfa mengambil jaket miliknya.

"Oke" jawab dalfa masih dengan muka datar nya. raefal dan dalfa memang terkenal sangat dingin dan menyeramkan. Tapi lebih menyeramkan raefal menurut nadira. Apalagi jika mengingat tatapan tajam raefal saja sudah membuat nadira merinding.

"Ngapain lagi?'' tanya dalfa saat melihat nadira tidak beranjak dari tempatnya.

"A-aku mau berterimakasih sama kamu karena udah bantu aku bayar makanan tadi di kantin" ujar nadira menunggu respon dalfa.

"gue ngak bantu lo! Awas minggir!" ketus dalfa dingin. Nadira menyingkir untuk membiarkan dalfa lewat.
Nadira menatap kepergian dalfa, setidaknya ia sudah berterimakasih pada dalfa. Itu sudah cukup membuat nya lega.

"Lo mau mati?! Minggir!' nadira tersentak kaget mendengar suara seseorang dari belakang.

'Raefal' nadira melotot kaget melihat keberadaan raefal yang sudah duduk manis diatas motornya. Entah sejak kapan raefal berada disitu.
Raefal adalah orang yang harus nadira hindari mulai detik ini, nadira tidak mau lagi berurusan dengan raefal.

Nadira berjalan tergopoh-gopoh meninggalkan raefal hingga tanpa sengaja ia menginjak tali sepatunya yang terlepas dan alhasil ia terjatuh mengenaskan. Luka di lutut dan di siku nadira kembali berdarah. Bahkan lukanya sekarang bertabah di telapak tangannya.

Nadira merintis kesakitan mencoba untuk bangkit hingga sebuah uluran tangan di depannya.
Nadira kaget siapa yang ingin membantunya.

~raefal~  orang yang saat ini ia hindari. Nadira menatap tangan raefal yang sangat ini sedikit menunduk dan nadira meraih nya dengan ragu-ragu. belum juga nadira meraih tangan raefal, tapi raefal sudah menepisnya lebih dulu
Membuat nadira meraih udara.
Raefal menegakkan tubuhnya dan tersenyum miring melihat keadaan nadira. Jangan pikir ia berbaik hati ingin menolongnya. Ia sangat benci melihat wanita merepotkan dan cupu seperti nadira.

Raefal berjalan kearah motornya dan melajukan motornya meninggalkan nadira yang tersenyum kecut.
ia terlalu ber ekspektasi tinggi raefal menolongnya.

****

Pagi-pagi subuh nadira sudah bersiap pergi ke sekolah.
Ia sudah memutuskan akan menghindari manusia yang bernama raefal berserta teman-temannya.
Nadira mendorong gerbang  agar terbuka lebih lebar Agar memudahkannya masuk ke dalam. Sepertinya hanya dirinya manusia yang baru menginjakkan kakinya pagi ini disekolah. Terlihat keadaan sekolah yang masih sepi.

NADIRAEFALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang