35 - Rumah Zain

11 2 0
                                    

Jam pulang sekolah pun tiba. Lala bergegas memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ranselnya lalu keluar dari kelas. Ia berpapasan dengan Amel di koridor.

"Eh, La, kamu mau ke ruang OSIS juga, kan? Yuk bareng!"

"Kak Amel ... Ehm, kak, sebenernya aku pengin izin gak ikut kumpul dulu hari ini. Boleh gak kak?"

"Izin? Kamu ada urusan?"

"Ehh gini kak, jadi sebenernya aku tuh mau ke rumah kak Zain. Aku denger hari ini dia udah dibawa pulang kan, kak. Gimanapun juga aku masih ngerasa bersalah. Jadi, aku pengin liat kondisi dia sekarang. Kak Zain sendirian di rumah, kalo dia butuh sesuatu, kasihan gak ada yang bantuin dia."

"Lala.. Zain udah gapapa, jangan ngerasa bersalah mulu. Tapi kalo dengan jengukin Zain bisa bikin kamu tenang, ya gak ada salahnya. Sebenernya aku juga pengin jengukin dia, tapi buat kumpul hari ini aku ... Rafa lagi pertemuan di luar, sedang Zain juga gak ada di sini, jadi aku--"

"Aku tau penting buat kakak tetep ada di sini. Tapi gapapa kan kak kalo aku izin dulu hari ini?"

"Iya Lala, gapapa kok. Kamu boleh pergi. Kalo nanti kamu butuh bantuan di sana, kabarin aku ya. Nanti kalo aku bisa, aku sempetin nyusul ke sana, atau aku minta yang lain bantuin kamu."

"Oke kak, makasih ya, kak Amel."

"Iya sipp, salam buat Zain ya. Kamu hati-hati!"

Lala meninggalkan Amel menuju gerbang depan sekolah, di sana mobil sopirnya sudah menunggu. Sementara Amel memandang Lala yang sudah jauh, ia pun tersenyum senang.
"Memang lebih baik kamu di rumah Zain sekarang, La. Kalian bisa lebih deket dan itu yang kumau. Untung aja Rafa lagi gak ada di sini, dia gak mungkin biarin pacarnya berduaan sama Zain. Good luck, Zain!" seru Amel.

Sebelum sampai ke rumah Zain, Lala mampir membeli makanan dan buah-buahan untuk Zain. Lala meminta sopirnya langsung pulang karena tak tahu akan berapa lama ia ada di rumah Zain.

Karena pintu rumah Zain tidak terkunci, Lala memutuskan langsung masuk. Ia pergi ke kamar Zain. Di sana terlihat Zain masih tidur. Pria yang menyelamatkannya tempo hari kini harus terbaring lemah di atas ranjang dengan perban masih membalut kepalanya serta luka-luka di tubuhnya yang belum sembuh benar.

Lala merasa sedih melihat keadaan Zain. Ia masih berpikir bahwa ia yang bertanggung jawab atas celakanya Zain.
"Maaf kak,"

Tak ingin membangunkan Zain, Lala menaruh barang bawaannya secara perlahan di atas nakas. Melihat beberapa buku berantakan di meja, Lala berinisiatif untuk membereskannya. Ia mengambilnya dan menata kembali buku-buku itu ke rak.

Begitu ia menaruh buku terakhir, Lala mendapati sebuah pigura terselip di antara buku-buku. Lala meraih pigura itu, di sana terlihat foto sepasang remaja dengan senyum merekah. Ya.. Fotonya bersama Zain. Lala ingat, mereka mengambil foto itu saat masih berpacaran. Zain masih menyimpannya, walau tak lagi terpajang rapi di atas nakas seperti foto-foto lainnya. Di atas nakas kini hanya ada foto Zain bersama Rafa.

Seketika tangan Lala bergetar. Begitu ia menaruh kembali pigura pada tempat sebelumnya, tak sengaja Lala menyenggol buku di sampingnya hingga buku itu terjatuh dan menimbulkan suara yang membangunkan Zain.

"Loh, Lala.. Kamu di sini?"

"Eh iya kak, aduh maaf ya kak, aku gak sengaja jatuhin bukunya. Kakak jadi kebangun deh."

"Gapapa kok, La. Kamu udah lama di sini?"

"Baru aja kok kak."

"Harusnya kamu bangunin aku dari tadi."

"Aku cuma gak pengin gangguin kakak. Eh, tapi malah sekarang kakak jadi kebangun karena aku. Ehm, kak Zain, maaf juga ya kak, aku lancang langsung masuk rumah kakak. Aku pikir kakak nanti jadi ribet kalo harus bukain pintu segala, lagi pula gak dikunci."

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang