Malam itu Lala tak bisa tidur. Ia masih terbayang akan perkataan dan perlakuan Rafa siang tadi. Ia tak menyangka Rafa bisa menggenggam tangannya dan berbicara seakan begitu perhatian dan sayang padanya. Sejak tadi siang bahkan Lala terus mencubiti dirinya sendiri berusaha memastikan apa semua itu mimpi atau bukan.
Namun, Lala tak ingin terlalu percaya diri. Ia berpikir mungkin Rafa melakukan itu tadi hanya sebagai teman, rekan organisasi, ataupun sebagai orang yang kasihan padanya karena ia sering ditinggal orang tuanya untuk bekerja. Lagipula ia tahu, Rafa masih begitu mencintai Amel.
•••
"Amel, kamu di sini. Sendirian aja?"
"Eh Zain, iya aku sendiri."
"Kalo gitu, aku boleh kan gabung di meja kamu aja?"
"Tentu Zain."
Zain tidak sengaja bertemu Amel di cafe tempatnya biasa 'nongkrong'.
"Kamu ngapain di sini Zain?"
"Aku?? Ya. Aku biasa 'nongkrong' di sini kok."
"Ohh."
"Eh iya, kenapa kamu gak sama Rafa? Rafa ke mana?"
"Gak tau Zain, ehmm maksud aku, aku lagi pengin pergi sendiri aja."
"Jadi aku di sini ganggu ya?"
"Gak gitu kok Zain. Gapapa. Kita kan gak sengaja ketemu."
"Oke, jadi gak masalah kan kalo aku temenin kamu di sini?"
Amel mengangguk.
"Kamu lagi berantem sama Rafa ya?"
"Ya gitu deh Zain. Tapi, ya udah lah. Ntar juga pasti baikan lagi kok. Kamu sendiri kenapa selalu 'nongkrong' sendirian di sini?"
"Yah, abis gak ada yang bisa aku ajakin sih. Gini deh derita jomlo."
"Makanya cari pacar dong Zain!"
"Ehm--"
"Maaf deh Zain, aku lupa kamu baru aja putus sama Lala. Pasti susah buat kamu move on dari dia yaa. Dia kan cinta pertama kamu. Sayang banget sih, kenapa kalian putus secepet itu."
"Aku udah gapapa kok Mel, aku cuma pengin dia bahagia. Tapi, kalo buat cari yang lain kayaknya aku belum bisa."
"Yang sabar ya Zain! Kamu harus tetep semangat. Jangan galau mulu. Okee."
---
Saat selesai rapat OSIS, turun hujan cukup deras. Lala yang tadinya ingin langsung pulang menjadi terhenti, ia harus menunggu hujan reda.
"La, kamu gak mau pulang?"
"Ee iya kak Rafa. Ntar, aku nunggu hujan reda dulu."
"Kalo lama gak reda-reda gimana? Mau nginep di sekolah?"
"Gak gitu juga kak."
"Ya udah ayo pulang! Kan aku dah bilang, aku bisa anter jemput kamu tiap hari, rumah kita kan searah. Ayo La!!"
"Kak Rafa gak pulang sama kak Amel?"
"E--gak. Ayo kita pulang sekarang!"
"Gak usah deh kak. Aku gak enak sama kak Amel kalo kak Rafa anter aku terus."
"Emang Amel ngomong sesuatu sama kamu?"
"Gak sih kak."
"Ya udah, clear kan? Gak ada masalah. Ayo!!"
Akhirnya Lala menurut dan menerima ajakan Rafa untuk pulang bersama lagi.
Ketika akan masuk ke mobil Rafa, mereka berpapasan dengan Zain."Eh Zain."
"Raf. Udah mau balik?"
"Iya, ini mau bareng sama Lala."
"..."
Sekilas Zain menatap Lala. Ia merasakan sesuatu yang tak nyaman di hatinya. Mungkin ia masih cemburu melihat Lala dekat dengan pria lain. Namun, di satu sisi ia senang Lala bisa sedekat itu dengan pria yang dicintainya. Meski ia belum bisa memastikan seperti apa hubungan Lala dan Rafa saat ini.
"Heh Zain?? Lo gapapa kan?"
"Eh iya iya Raf, gue--gue gapapa kok."
"Lo mau balik juga? Mau bareng sekalian?"
"Gak lah Raf, lo ada-ada aja, gue kan bawa mobil sendiri."
"Ya kali aja lo mau bareng. Ya udah gue sama Lala duluan yaa."
"Oke Raf."
"Aku duluan ya kak Zain. Kakak hati-hati ya pulangnya!"
"Ee, iya La. Kamu juga ya!"
Lala pulang dengan Rafa.
Di mobil Rafa, keduanya kini bicara.
"Kak, kalo kakak mau, kak Rafa bisa anter aku ke halte aja, biar ntar aku nunggu angkutan umum di sana."
"Apa sih La? Ya gak mungkin lah. Tenang aja, aku akan anter kamu sampe ke rumah dengan selamat."
Sepertinya Lala memang tak bisa menolak Rafa sekarang.
"La, boleh aku tanya sesuatu sama kamu?"
"Boleh kak. Kak Rafa mau tanya apa?"
"Kamu sama Zain. Ehm. Kalian gimana sekarang?"
"Baik-baik aja kok kak. Aku putus sama kak Zain juga secara baik-baik kok."
"Ee, kalo boleh tau, kenapa kamu bisa putus sama Zain? Dia cowok yang baik kan? Aku tau banget gimana Zain, kami udah lama temenan kok. Jadi, kamu yang putusin Zain atau Zain yang putusin kamu?"
"Aku tau kak Zain memang baik banget kak. Tapi, karena suatu hal jadi kak Zain putusin aku."
"Apa karena kamu suka sama orang lain?"
"..."
Tak ada jawaban dari Lala. Ia bingung harus berkata apa pada Rafa sekarang.
"Ah, maaf ya La kalo aku jadi kepo gini. Kalo memang kamu suka sama orang lain, aku penasaran aja siapa dia yang udah bikin kamu rela ninggalin Zain yang begitu baik."
"..."
"Lala. Kenapa? Apa aku bener? Jadi, siapa orang itu La? Siapa orang yang kamu suka sekarang??"
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS, I'M IN LOVE
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT ] Ketika organisasi menjadi awal kisah cinta para remaja SMA. *** Terjadi kisah percintaan yang rumit di OSIS SMA Pertiwi. Mila Angela yang kerap disapa Lala menyukai si ketua OSIS yang sekaligus seniornya--Rafa Aditya sejak pertama k...