5 - Luluhnya Hati Rafa

77 4 0
                                    

"Lala. Aku boleh kan ngomong sama kamu bentar?"

"Kak Rafa. A--ada apa kak?"

"Sorry, selama ini aku terlalu otoriter di OSIS kita. Terutama sama kamu. Akhir-akhir ini aku sering emosian dan marah-marah ke kamu. Aku tau itu keterlaluan dan bener-bener nyakitin kamu. Jadi, maafin aku ya La."

"Ee, iya gapapa kok kak. Lagipula itu memang karena kesalahan yang udah aku buat. Jadi udah seharusnya kak Rafa tegas dan marahin aku."

"Jadi kamu maafin aku kan?"

"Iya kak Rafa."

"Oh ya La, karena kamu udah maafin aku, kamu mau ya ntar pulang sekolah temenin aku ke toko buku?"

"Temenin kakak? Ehm, tapi kenapa kak Rafa gak minta temenin sama kak Amel atau yang lain aja kak?"

"Amel lagi sibuk, dia ada urusan katanya, lagipula dia gak terlalu suka ke toko buku. Karena sekarang di sini ada kamu jadi aku minta temenin sama kamu aja, gapapa kan? Kenapa? Kamu gak mau ya?"

"Eee, mau kok kak. Aku mau temenin kak Rafa."

"Oke deh kalo gitu, sampe ketemu ntar pulang sekolah ya. Makasih Lala."

Sepulang sekolah Lala menepati janjinya untuk menemani Rafa ke toko buku. Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol banyak hal. Kebetulan Lala dan Rafa sama-sama suka membaca, jadi obrolan mereka begitu nyambung dan mengalir begitu saja.

Setelah puas berkeliling di toko buku dan mendapat buku yang mereka inginkan, Rafa mengajak Lala untuk makan dulu sebelum mengantarnya pulang. Mereka makan di warung pinggir jalan yang menyediakan berbagai makanan seperti nasi pecel, gado-gado, ketoprak dan sebagainya.

"La, gapapa kan kalo aku ajak kamu makan di tempat ini?"

"Ya gapapa kak. Emangnya kenapa?"

"Bukan apa-apa, maksud aku harusnya aku bisa ajak kamu ke restoran, cafe, atau ke tempat makan yang lebih bagus."

"Kak Rafa ada-ada aja, lagipula di sini juga cukup nyaman kok, dan rasa makanannya juga enak. Aku biasa kok makan di tempat kayak gini, yang penting makanannya bersih dan gak bikin sakit perut kak."

"Oh ya, ya aku pikir kamu gak biasa. Ya bagus deh kalo kamu gak keberatan."

Selesai makan mereka bersiap untuk pulang. Mereka sempat membeli ice cream di taman dekat jalan yang mereka lewati karena Rafa ingin makan ice cream.

Ketika mereka ingin menuju ke tempat di mana mobil Rafa diparkirkan, mereka bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang menangis sendirian di taman. Lala memutuskan untuk menghampiri anak itu.

"Adek, loh adek kenapa nangis? Kok sendirian? Mamanya ke mana dek?" ucap Lala sembari berusaha menenangkan anak itu.

"Kak, aku gak tau Mama di mana. Tadi aku mau makan ice cream, terus aku gak tau lagi Mama ke mana." jawab anak itu masih dengan tangisannya.

"Aduh gimana ya? Ya udah adek tenang dulu, udah jangan nangis lagi yaa. Anak pinter, kakak bantuin cari Mama ya. Ayo biar kakak coba tanya ke orang-orang. Adek masih inget tadi Mama pake baju warna apa kan?"

"Iya kak."

Lala meminta Rafa menunggunya sebentar karena ia ingin membantu anak itu mencari ibunya. Lala berusaha bertanya ke orang-orang sekeliling dan menemani anak itu ke tempat-tempat yang telah didatangi oleh ibu dan anak itu sebelumnya. Siapa tahu ibu dari anak itu masih berada di sekitar sana.

Beberapa menit berkeliling akhirnya Lala menemukan ibu anak itu yang sedang panik mencari-cari di mana anaknya. Ibu itu sangat berterima kasih pada Lala. Setelah keadaan kembali tenang, Lala pamit pulang karena tahu Rafa pasti sudah lama menunggunya.

Sementara itu, Rafa yang melihat Lala dari kejauhan sedari tadi menjadi makin kagum dan menaruh simpati pada Lala atas kebaikan hatinya dan rasa kasih sayangnya terhadap anak-anak yang meskipun tak ia kenal.

"Kak, maaf ya kak Rafa jadi nunggu lama."

"Gapapa kok La. Santai aja. Gimana anak kecil tadi? Udah ketemu ibunya?"

"Udah kok kak. Kasihan tadi ibu itu panik banget cari-cari anaknya. Adeknya juga tadi, masih sekecil itu malah kepisah sama ibunya. Kalo adek itu sendirian terus ada orang jahat gimana? Kan bahaya."

"Ya untungnya adek tadi ketemu orang baik kayak kamu."

"Ehm. Kak, ya udah kita pulang sekarang yuk!"

"Okee."

Rafa mengantar Lala pulang. Sesampainya Rafa di rumahnya sendiri ia justru lebih sering memikirkan Lala bahkan membuatnya sampai tidak bisa tidur. Wajah dan senyum Lala selalu terbayang di benak Rafa. Rafa rasa sekarang dia memang sudah gila, lebih tepatnya ia tergila-gila pada Lala.

Hanya Tuhan yang tahu saat ini bagaimana akhir kisah mereka nanti.

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang