8 - Kedekatan Pemicu Konflik

58 3 0
                                    

"Ehh kak Rafa, udah mau sampe ke rumah aku nih."

"Oh iya iya."

Rafa meminggirkan mobilnya tepat di depan pintu gerbang rumah Lala.

"Makasih ya kak."

"Sama-sama La."

"Hmm kak maaf ya, sebenernya aku mau nawarin kakak mampir dulu tapi hari ini aku capek banget, pengin langsung istirahat. Lagian cuaca hari ini juga lagi gak bagus, lebih baik kak Rafa langsung pulang aja."

"Gitu ya. Ya udah gapapa La. Kamu istirahat aja. Kalo ada apa-apa kamu bisa hubungin aku kok. Aku pulang yaa!"

"Iya kak Rafa. Makasih kak. Hati-hati ya!"

Lala agak lega karena ia berhasil menghindari Rafa kali ini. Ia tahu, jika ia mengizinkan Rafa mampir ke rumahnya, mereka akan mengobrol lebih jauh lagi dan Rafa pasti akan terus menanyakan pertanyaannya tadi yang membuat Lala begitu panik.

Sementara itu Rafa masih penasaran. Ia tahu Lala sengaja menghindarinya dengan menyuruhnya agar cepat pulang. Rafa hanya ingin mendengar jawaban jujur dari mulut Lala sendiri kalau Lala benar-benar mencintai Rafa.

•••

Di ruang OSIS, Rafa pun mengajak Zain bicara empat mata.

"Zain, gue mau ngomong sama lo empat mata aja."

"Oke Raf!"

Mereka menuju ke ujung ruangan OSIS, tempat yang mereka pikir cukup aman, kebetulan saat itu ruang OSIS memang sedang sepi.

"Kenapa Raf??"

"Gue mau ngomongin soal Lala."

"Emang Lala kenapa Raf?"

"Gapapa. Lo gak perlu khawatir, gue tau lo belum bisa move on dari dia. Tapi sekarang gue mau tanya ke lo, Lala seriusan suka sama gue??"

"Setau gue ya gitu Raf."

"Gitu gimana?"

"Iya Lala suka sama lo, dia bilang sendiri ke gue kok. Itu juga yang buat gue rela putusin dia."

"Ya kalo dia emang suka gue, kenapa dia gak terus terang sama gue aja?"

"Lo tuh gimana sih Raf? Ya kali cewek ngomong duluan. Lo pengin Lala nembak lo?"

"Ya gak gitu juga sih."

"Nah makanya kan??"

"Tapi waktu gue tanya ke dia, siapa orang yang dia suka sekarang, dia malah menghindar dan alihin pembicaraan. Gue kira dia udah gak suka lagi sama gue."

"Raf, Lala pasti malu lah kalo harus ngaku ke lo."

"Gitu ya??"

"Ehh Raf! Hmm. Lo kenapa antusias gitu nanyain soal Lala? Lo udah mulai suka sama dia juga ya?"

"Gue juga gak ngerti Zain."

"Lo tuh gimana sih Raf? Kalo lo emang suka sama Lala, terus gimana hubungan lo sama Amel? Lo belum beneran putus sama Amel kan? Raf, gue gak mau ya kalo lo cuma nge-PHP-in Lala! Kalo dia sampe sedih lagi, gue gak bakal terima. Mending lo selesaiin hubungan lo sama Amel dulu deh."

Nasehat Zain hari itu membuat Rafa berpikir keras. Ia harus menentukan pilihan secepatnya. Amel atau Lala.

---

Siang itu, Lala pingsan di sekolah. Kebetulan saat itu ada Rafa di sana. Rafa sangat panik. Ia membawa Lala ke UKS. Ia terus menemani Lala hingga Lala tersadar.

"La akhirnya kamu sadar."

"Kak Rafa. Aku kenapa?"

"Tadi kamu pingsan La. Makanya aku bawa kamu ke UKS."

"Ohh makasih ya kak. Maaf jadi ngerepotin kak Rafa lagi."

"Gapapa La. Emm, tapi kamu kenapa bisa pingsan gitu?"

"Aku gak tau kak."

"Apa kamu belum makan dari pagi??"

"Udah kok kak."

"Terus kenapa dong? Hmm mungkin kamu kecapekan kali ya!"

Lala hanya diam dan sedikit mengulas senyum, mungkin itu tanda ia setuju dengan perkiraan Rafa.

"Kamu sekarang gapapa kan? Apa yang sakit?"

"Cuma masih agak pusing kak."

"Kamu masih keliatan pucet dan lemes sih. Ya udah kamu istirahat dulu di sini ya! Nanti waktu jam pulang sekolah, aku anterin kamu pulang."

"Tapi kak. Harusnya aku masuk kelas sekarang."

"Gak usah La, kamu udah dapet izin dari guru BK kok. Jangan dipaksain, kamu itu masih butuh istirahat. Oke."

"Kak Rafa sendiri gak masuk kelas??"

"Hari ini kelas aku free kok. Temen-temen aku malah udah berhamburan ke mana-mana. Banyak yang cabut ke kantin, pergi ke perpus. Jadi aku di sini aja, aku bisa jagain kamu."

"Gak usah kak. Aku di sini sendiri gapapa kok."

"Eits, gapapa. Aku juga lagi gabut, gak ada kegiatan yang harus aku kerjain. Aku gak akan biarin kamu sendirian. Ntar kalo ada apa-apa sama kamu gimana? Kamu kalo butuh apa pun, bilang aja ke aku ya!"

"Ma-makasih ya kak Rafa."

"It's OK Lala."

Rafa mengusap puncak kepala Lala dan merapikan beberapa helai rambut Lala yang sedikit berantakan menutupi wajahnya. Perlakuan Rafa itu benar-benar membuat jantung Lala berdegup begitu kencang.

Mereka tak sadar, ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan kedekatan mereka dari balik tirai jendela UKS. Orang itu terlihat begitu tak suka dengan perlakuan manis Rafa ke Lala saat ini. Dengan penuh amarah, ia pun berlalu menjauh dari tempat itu.

Mata orang itu seakan mengatakan, "Kalian berdua telah membuat hatiku hancur. Aku tak akan diam dan membiarkan kalian begitu saja!"

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang