12 - Ungkapan dari Hati

45 2 0
                                    

"Ehm kak Zain? Maaf kak, apa kakak bisa lepasin aku sekarang?"

"Eh iya iya. Maaf ya La. Aku cuma--" Zain merasa salah tingkah setelah apa yang dilakukannya pada Lala barusan.

"Iya gapapa kak. Makasih karena kak Zain masih peduli sama aku sampe sekarang padahal selama ini aku selalu nyakitin perasaan kakak."

"Udah, kamu lupain aja ya La!"

Tak bisa dipungkiri, perasaan Zain pada Lala sampai saat ini masih sama seperti dulu. Itu sebabnya Zain ikut merasa sakit jika Lala disakiti oleh orang lain.

---

Semakin hari Lala makin berusaha menjauh dari Rafa. Ia hanya ingin menepati janjinya pada Amel. Rafa yang merasakan perubahan sikap Lala jadi makin bertanya-tanya. Rafa ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Lala.

Saat ada kesempatan, Rafa tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Rafa hanya ingin semuanya jelas.

Rafa menghampiri Lala yang sedang menunggu angkutan umum.

"Lala."

"Kak Rafa?"

"La, ayo pulang bareng!"

"Gak usah kak Rafa, aku pulang sendiri aja. Kak Rafa duluan aja."

"Lala gapapa. Kita kan searah. Gak baik nolak kebaikan orang."

"Makasih kak! Tapi beneran aku bisa pulang sendiri kok kak."

"Kenapa sih La?"

"..."

"Lala aku mohon ikut aku sebentar aja. Aku butuh bicara sama kamu."

"Kak Rafa mau ngomong apa? Ngomong di sini aja kak."

"Gak bisa La. Please, ikut aku dulu sebentar ya! Kita cari tempat buat bicara. Nanti sekalian aku anter kamu pulang."

"Oke kak. Tapi cuma sebentar ya!"

Lala mengikuti kemauan Rafa. Mereka sekarang berada di dalam mobil Rafa sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat. Mereka akhirnya sampai di sebuah cafe resto dengan konsep garden.

"La, kita sekalian makan dulu ya. Kamu belum makan kan?"

"Tapi kak--"

"Udah, kamu duduk dulu biar aku pesenin makanannya."

Lala tak bisa menolak Rafa kali ini.

Makanan pesanan mereka pun datang. Rafa mulai menyantap makanannya. Sementara Lala masih tampak ragu-ragu.

"La, dimakan dong! Kenapa? Kamu gak suka makanannya? Apa mau aku pesenin yang lain aja?"

"Eh gak usah kak."

"Yaudah, sekarang dimakan yaa!"

Lala mulai menyuapkan makanan dalam mulutnya. Sebenarnya Lala sudah tak tahan dengan situasi ini. Kalau begini terus, Lala malah lebih dekat lagi dengan Rafa dan itu akan kembali memicu amarah Amel. Lala memberanikan diri untuk mulai bicara.

"Kak Rafa?"

"Iya La. Kenapa?"

"Emm tadi katanya kak Rafa mau ngomong sesuatu?"

"Ahh iya yaa. Tapi kenapa harus buru-buru sih La? Mending kamu selesaiin makan kamu dulu."

"Kak, tadi kan kak Rafa bilang kita cuma bicara sebentar. Aku gak bisa lama-lama kak."

"Iya Lala. Oke, aku ngomong sekarang ya. Sebenernya simple aja sih, aku cuma pengin nanya, kenapa akhir-akhir ini kamu jadi ngejauh gitu dari aku? Apa ada yang salah? Padahal sebelumnya kita baik-baik aja kan La."

"Apa? Ahh itu mungkin cuma perasaan kak Rafa aja. Aku gak kayak gitu kok."

"Gak La, aku bener-bener ngerasain kalo kamu terus ngehindar dari aku. La, kalo aku ada salah sama kamu, aku minta maaf. Tapi tolong kasih tau apa salah aku! Jujur aku gak tau salah aku itu apa."

"Kak Rafa gak buat salah apa-apa kok. Gak ada yang salah kak. Ini bukan salah siapa pun."

"Terus kenapa kamu berubah? Kenapa kamu ngejauh dan selalu ngehindar dari aku?"

"Kak Rafa, ini--yaa emang seharusnya gitu kan? Kakak punya pacar jadi kakak gak boleh deket-deket sama cewek lain. Karena itu pasti akan nyakitin perasaan pacar kak Rafa."

"Kenapa kamu mikir gitu La?"

"Ya. Pemikiran aku itu bener kan kak?"

"Apa Amel ngomong sesuatu sama kamu? Dia ngelarang kamu deket sama aku? Hmm?"

"Ehh gak kok kak. Kak Amel gak ngomong apa-apa. Cuma aku yang ngerasa gak enak aja."

"Terus apa masalahnya La? Kenapa harus kayak gini sih? Ini bener-bener gak nyaman buat aku La."

"Kak??"

"Lala, aku cuma pengin semuanya sama seperti biasa. Bisa kan?"

"Gak kak. Pokoknya aku udah jelasin semuanya. Gak ada yang perlu kakak omongin lagi kan? Kalo gitu aku pulang duluan kak."

"La mau ke mana? Aku kan dah bilang tadi kalo aku sekalian anterin kamu pulang."

"Gak usah deh kak."

"Gak La! Pokoknya kamu harus pulang sama aku."

Rafa menarik tangan Lala dan memaksa Lala ikut ke dalam mobilnya.

Sampai di dalam mobil, Lala masih berusaha memberontak.

"Kak Rafa! Kenapa kakak jadi pemaksa kayak gini sih?"

"Kamu sendiri yang bikin aku harus kayak gini."

Dalam perjalanan menuju ke rumah Lala, tak ada satu pun dari mereka yang membuka suara terlebih dahulu. Sesampai di depan rumah Lala, Rafa menghentikan mobilnya.

Lala bergegas membuka sabuk pengamannya dan ingin beranjak turun dari mobil. Namun, Rafa mencegahnya.

"Kenapa lagi kak?"

"Lala, menurut kamu gimana kalo aku pengin putus dari Amel?"

"Ma-maksud kakak?"

"Gimana kalo aku jatuh cinta sama orang lain?"

"I-itu urusan kak Rafa."

"Ini akan jadi urusan kamu juga kan?"

"Kak Raf--"

"Gimana kalo orang yang bikin aku jatuh cinta lagi itu kamu La??"

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang