11 - Menghindar

43 2 0
                                    

Lala tak menyangka, Amel yang dari dulu selalu baik hati dan bersikap lembut padanya bisa semarah dan sebenci ini padanya. Itu semua hanya karena seorang Rafa. Namun, Lala pikir sikap Amel itu wajar saja dimiliki seseorang yang telah melihat kekasihnya sendiri secara terang-terangan dekat dengan orang lain.

Lala sadar, ia tak ingin merusak kebahagiaan seseorang demi egonya sendiri. Ia senang bisa dekat dengan Rafa tapi ia tak ingin Amel menderita karena dirinya. Mungkin bersama Rafa hanya akan menjadi angan saja untuk Lala sampai kapan pun.

Saat ada rapat OSIS, Lala terlihat menjauh dari Rafa. Lala ingin sebisa mungkin ia tak dekat-dekat dengan Rafa lagi, atau nanti Amel akan kembali salah paham dan memperingatinya lagi.

"La. Kamu kenapa? Apa ada masalah?"

"Uhm, gak ada apa-apa kok kak."

"Kamu masih niat perhatiin pembahasan rapat kita sekarang kan?"

"Iya, masih kok kak Rafa."

"Oke, kita lanjutin lagi."

Lala sempat melirik ke arah Amel yang juga ada di sana. Matanya pun bertemu dengan tatapan tajam Amel. Lala sampai merasa ngeri sendiri melihatnya. Ia berharap kali ini ia tak berbuat kesalahan apa pun lagi.

---

Selesai rapat, Rafa sempat menghampiri Lala.

"Lala, ke kantin bareng yuk!"

"Ehh gak deh kak. Kalo kak Rafa mau ke kantin, kakak ajak kak Amel aja ya."

"Kamu kenapa sih La? Kamu baik-baik aja kan?"

"Gapapa kok kak."

"Kamu gak mau ke kantin?"

"Aku lagi gak laper kak. Lagipula aku ada janji mau ke perpus sama seseorang."

"Sama siapa?"

"Uhm sama--sama kak Zain. Nah itu kak Zain." Lala menunjuk ke arah Zain.

"Zain??" Rafa terheran.

Lala mau tak mau menghampiri Zain, mencoba mengajak Zain bekerjasama.

"Kak Zain, kita ada janji mau ke perpus bareng kan sekarang?"

Zain terpaku. Ia sendiri pun bingung. Kenapa Lala berbicara melantur seperti itu. Zain tahu persis, dirinya dan Lala tak punya janji apa pun.

Karena Zain penasaran dan tak ingin membuat masalah untuk Lala, ia pun mengiyakan pernyataan asal dari Lala barusan.

"Iya iya, kita ada janji mau ke perpus bareng, jadi kan La?"

"Jadi dong kak!"

Rafa merasa ada gelagat aneh di sana. Namun, ia tak bisa menentang Lala pergi dengan Zain karena ia tak memiliki status hubungan apa pun dengan Lala selain sebagai seniornya, dan seorang senior tidak berhak melarang adik kelasnya pergi ke manapun.

"Kak Rafa, aku sama kak Zain ke perpus dulu ya! Tadi katanya kakak mau ke kantin?"

"Eh iya La."

"Ajak kak Amel aja kak! Duluan ya kak Rafa!"

"Gue ke perpus dulu ya bro."

"Oke."

Lala menggandeng tangan Zain menuju ke arah perpus. Begitu sampai di depan perpus, Zain menarik Lala ke arah lorong di samping perpus. Zain tak dapat menunggu lagi, ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kak Zain? Kenapa ajak aku ke sini?"

"Aku cuma mau tanya sama kamu. Sebenernya ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba mau ajak aku ke perpus? Kenapa harus bohong sama Rafa?"

"Uhm, aku minta maaf kak. Aku jadi harus manfaatin kakak di situasi ini."

"Lagi?"

Pertanyaan Zain itu membuat Lala merasa bersalah. Pasalnya ia jadi teringat dulu sempat memanfaatkan Zain menjadi kekasih bayangannya hanya semata-mata untuk melupakan Rafa. Namun, itu semua gagal total.

Kini ia harus mengulang kesalahan yang sama, hanya berbeda jangka waktunya saja. Saat ini yang dilakukan Lala hanyalah kebohongan sesaat.

"Maafin aku kak Zain. Aku gak ada pilihan. Tadi kebetulan kak Zain yang lewat di depan aku waktu lagi sama kak Rafa."

"Oke-oke, aku gak bahas itu. Aku cuma pengin tau sebenernya ada apa?"

"Jadi gini kak, aku sengaja lakuin itu biar kak Rafa gak bisa ajakin aku ke kantin."

"Kenapa?"

"Karena aku mau jauhin kak Rafa kak."

"Kamu gak salah La? Bukannya harusnya kamu seneng kan bisa deket sama Rafa? Kenapa sekarang kamu pengin jauhin dia?"

"..."

"Jawab La, kenapa? Kamu tau kan, aku bahkan rela lepasin kamu terlepas aku masih sayang sama kamu, itu semua aku lakuin demi kamu. Karena kamu sayang sama Rafa, makanya aku biarin kamu buat kejar cinta kamu."

"..."

"Apa kamu udah berubah pikiran? Kamu gak cinta lagi sama Rafa?"

"Kak Zain gak ngerti posisi aku sekarang."

"Maksud kamu apa Lala?"

"Kakak janji kan gak akan bilang ke siapa pun soal ini termasuk ke kak Rafa?"

"Oke iya aku janji. Sekarang kamu kasih tau aku ya La!"

"Uhm, jadi gini kak. Waktu itu kak Amel sempet ngelabrak aku, dia kasih peringatan buat aku. Kak Amel gak suka aku deket-deket sama kak Rafa. Kak Amel suruh aku jauhin kak Rafa. Itu sebabnya aku bersikap kayak gini. Aku takut kak Amel marah lagi sama aku kak."

"Apa? Kamu serius La? Amel beneran lakuin itu?"

Lala hanya mengangguk.

Zain yang mendengar penuturan Lala begitu terkejut. Ia tak menyangka Amel sahabatnya bisa bersikap seperti itu hanya karena seorang pria dan Lala yang harus menerima perlakuan Amel.

Zain tak kuasa menahan rasanya sekarang. Ia pun tiba-tiba memberikan pelukan hangat untuk Lala.

"Kak Zain??"

"La, kamu tenang aja ya! Aku akan selalu ada buat kamu. Kapan pun kamu butuh aku, aku siap bantu kamu. Aku pastiin gak akan ada yang bisa nyakitin kamu lagi. Percaya sama aku Lala."

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang