21 - Kekhawatiran

35 1 0
                                    

"Lala," panggil Rafa dari kejauhan.

Rafa tampak berlari mendekat ke arah Lala yang sedang berjalan menuju kelasnya.

Karena serasa terpanggil, Lala menghentikan langkahnya sejenak.

"Kak, kak Rafa kenapa? Kok lari-lari gitu, ada apa?" tanya Lala pada Rafa yang masih sibuk mengatur napasnya.

Lala bertanya lagi, "Kakak baik-baik aja kan?"

"Eh iya La. Aku-aku gapapa kok. Kebetulan tadi dari depan aku ngeliat kamu, makanya aku nyamperin kamu sekarang."

"Hm, kak Rafa mau bicara sesuatu?"

"Ehm. Mungkin nanti. Oh ya, kamu mau ke mana?"

"Ke kelas lah kak, ke mana lagi coba?"

"Ya udah, kalo gitu biar aku temenin kamu sampe ke kelas ya!"

"Ihh buat apa sih kak? Kelas aku deket tuh di situ. Lagian arah kelas kita kan beda."

"Ya gapapa. Boleh ya? Please!"

"Huh, ya deh. Terserah kak Rafa aja."

Rafa dan Lala berjalan beriringan menuju ke ruang kelas Lala yang tak jauh dari kantin. Mereka menghentikan langkah begitu sampai tepat di depan kelas itu.

"Udah sampe nih kak," ucap Lala.

"Eh iya. Hm, ya udah kamu masuk kelas gih! Ehm, Lala. Kalo ada yang macem-macem sama kamu atau nyakitin kamu, kamu langsung bilang aja sama aku ya!"

"Apa sih kak? Kak Rafa kok jadi lebay gini sih? Eh tapi tunggu deh, apa memang kak Rafa aslinya begini ya? Cuma aku-nya aja yang baru tau."

"Oke. Kamu boleh bilang aku lebay, alay, atau apalah. Tapi yang jelas, kamu tetep inget pesen aku itu ya! La, aku cuma gak mau kamu kenapa-napa."

"Iya deh kak. Kakak jadi serius banget ngomongnya. Ya udah, aku masuk dulu ya kak."

"Tunggu La, nanti jam istirahat temuin aku di ruang OSIS ya!"

"Hah? Buat apa? Kak Rafa mau ada rapat buat bahas event lagi? Tapi di grup gak ada jarkoman tuh."

"Bukan, cuma ada yang mau aku omongin. Penting. Oke, sampe ketemu nanti La."

Rafa berlalu, berlari menuju kelasnya sendiri. Sementara Lala masih dilanda keheranan, ia penasaran hal apa yang mau dibicarakan Rafa.

Rafa terduduk lesu di bangkunya. Raut kegelisahan tampak dari wajahnya. Tentu saja Zain yang jadi teman sebangkunya menyadari hal itu.

"Woi Raf, lo kenapa? Ada masalah kah?"

"Ha? Gue--"

"Cerita lah Raf! Lo bilang gue sahabat lo. Ini apa soal event? Atau soal Lala?"

"Sebenernya gue emang lagi khawatir banget soal Lala."

"Emang Lala kenapa?"

"Dia. Ya sekarang mungkin dia baik-baik aja. Tapi gue gak tau gimana nanti."

"Raf, gak jelas banget sih. Gue belum bisa cerna maksud lo apa."

"Jadi kemarin gue udah putusin Amel."

"APA? LO--" Zain belum sempat melanjutkan keterkejutannya karena Rafa membungkam mulutnya.

"Lo masih bisa ngomong lebih kenceng dari tadi hah? Gila lo."

Zain memelankan suaranya, "Sorry deh Raf. Oke, gue ngomong pelan-pelan nih. Lo serius? Jadi lo beneran dah putus sama Amel?"

"Iya Zain."

"Lah terus apa hubungannya sama kegelisahan lo sekarang? Apa lo nyesel putusin Amel? Atau lo takut Lala tetep gak mau terima lo meski tau lo dah putus sama Amel?"

"Pertanyaan terakhir lo itu salah satu sebabnya. Tapi bukan itu yang penting sekarang. Gue cuma khawatir sama keselamatan Lala."

"Lah kok?"

"Oke gue jelasin ke lo Zain. Amel gak terima gue putusin dia. Dia bahkan ngancem kalo gue gak akan bisa bahagia sama Lala. Nah, lo tau gimana Amel kan? Dia gak pernah main-main sama omongannya. Gue gak mau dia sampe berbuat hal buruk ke Lala. Karena di sini Lala gak salah apa pun. Sebelum gue jatuh cinta sama Lala, hubungan gue sama Amel juga udah serasa berantakan."

"Wah, kalo gini mah emang beneran gawat Raf. Gue juga jadi khawatir sama Lala."

"Makanya Zain, gue minta bantuan sama lo ya! Tolong lo ikut jagain Lala dari Amel. Kalo bisa, lo awasin aja tuh si Amel. Pas ada gelagat buruk atau mencurigakan, lo bisa langsung kabarin gue."

"Siap Raf! Gue pasti bantuin lo kok. Apalagi ini menyangkut keselamatan Lala."

"Ehem tapi lo ikut khawatir bukan karena lo masih ada rasa sama dia kan?"

"Hah? Ya gak lah Raf. Percuma juga, dia kan cintanya sama lo."

"Hm, gue pegang omongan lo ya Zain."

Obrolan Rafa dan Zain terhenti ketika guru mereka masuk ke kelas.

---

Jam istirahat pun tiba. Lala menepati janjinya untuk menemui Rafa di ruang OSIS. Lagipula ia begitu penasaran atas apa yang ingin dibicarakan Rafa.

Rafa masih menunggu guru kelasnya keluar sembari membereskan beberapa bukunya.

Zain bertanya pada Rafa, "Raf, habis ini lo mau ke mana?"

"Gue mau ke ruang OSIS. Udah janjian sama Lala buat ketemu di sana. Gue mau bilang soal Amel ke dia. Eh kalo bisa lo awasin Amel dari sekarang ya!"

"Oke Raf. Semoga kita bisa jaga Lala sama-sama."

Lala sudah sampai di ruang OSIS. Ruangan itu terlihat kosong, begitu sepi. Lala mencoba berkali-kali memanggil nama Rafa untuk memastikan apa Rafa ada di dalam atau tidak.
"Kak Rafa. Kak," panggil Lala.

Pikiran Lala pun bergumam, "Apa kak Rafa lupa ya? Apa aku telepon aja ya? Ah, gapapa deh. Aku tunggu bentar lagi aja. Mungkin kak Rafa baru mau ke sini."

Lala memutuskan untuk menunggu di sana. Tiba-tiba Lala merasakan ada tangan seseorang yang menyentuh bahunya.

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang