20 - Keputusan Terbaik

44 1 0
                                    

Mobil Rafa terparkir dengan apiknya di depan sebuah restoran cepat saji.

"Ayo! Kita makan dulu, aku laper banget nih," ajak Rafa.

Lala pun hanya bisa menuruti Rafa. Ia tahu ini akan jadi lebih panjang jika dirinya kembali mencoba menolak Rafa.

Rafa dan Lala memasuki restoran itu. Mereka memilih duduk di kursi pojok dekat jendela. Keadaan restoran saat itu cukup ramai, antrian orang yang memesan makanan pun seperti membentuk gerbong kereta yang panjang.

"Kak, di sini rame banget. Tuh liat antriannya!"

"Ya gapapa. Banyak orang laper kan wajar."

"Jadi kak Rafa masih tetep mau makan di sini?"

"Ya iya lah. Kita udah nyampe sini. Lagian kita gak lagi buru-buru kan? Gapapa lah nunggu sebentar. Malah bagus kan, aku jadi ada waktu lebih lama buat bicara sama kamu."

"Idihh siapa juga yang mau ngobrol sama kakak. Bosen tau, tiap hari liat muka kak Rafa."

"Hm, bosen ya! Nanti kalo gak ada malah kangen."

"Apaan? Ya udah sana gih kak Rafa antri! Keburu makin panjang antriannya. Nanti lama lagi."

"Oke bos! Lalanya Rafa mau pesen apa?"

"Kak udah deh! Dengerin kakak mulu tuh gak bisa bikin kenyang."

"Ya kan aku cuma nanya kamu mau pesen apa."

"Aku mau spaghetti sama kentang goreng aja."

"Minumnya?"

"Apa aja deh kak. Samain aja kayak punya kak Rafa."

"Hmm, biar couple gitu yaa."

"Tau deh ah! Terserah apa kata kakak."

"Okee. Tunggu dulu ya!"

Rafa bergabung ke barisan antrian pemesan. Ia harus berdiri menunggu selama beberapa menit hingga akhirnya orang-orang di barisan depannya sudah berlalu.

Segeralah Rafa memesan makanan dan minuman yang diinginkannya, tak lupa juga dengan pesanan Lala. Rafa pun kembali ke mejanya dengan membawa nampan penuh berisi kudapan cepat saji.

"Pesanan siap!" gumam Rafa.

"Akhirnya, setelah sekian lama."

"Ayo, dah laper banget kan. Mari makan!!"

Mereka menyantap hidangan di atas meja. Sesekali Rafa menatap ke arah Lala. Ia membagi fokusnya antara santapannya dengan Lala yang begitu manis di hadapannya.

"Kenapa kak?"

"Hm, gapapa," sahut Rafa sembari tersenyum.

"Kak Rafa mau coba makanan aku?"

"Gak kok."

"Apa aku berantakan kalo makan ya," gumam Lala lagi sembari mengambil tisu dan mengelap mulutnya.

"Gak La. Kamu masih cantik dan manis seperti biasa."

"Ihh. Terus ngapa dari tadi liatin aku mulu?"

"Aku. Aku cuma lagi mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah."

"Terus aja, dasar raja gombal!"

"Kalo aku raja, kamu mau kan jadi ratunya?"

"Aduh, mendadak kok perut aku mual ya," sindir Lala terhadap gombalan Rafa yang terkesan garing.

"Wah, bahaya tuh! Kenapa ya? Padahal aku gak racunin makanannya loh. Atau? Gak mungkin lah La, kita kan belum sempet ngapa-ngapain jadi gak mungkin kalo kamu---"

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang