22 - Peringatan

37 1 0
                                    

Lala terkejut merasakan pundaknya disentuh seseorang. Ia pun menoleh ke belakang.

"Hah, astaga kak Rafa. Aku pikir siapa."

"Lala. Apa semua baik-baik aja? Kamu gapapa kan?"

"Ya, gapapa. Cuma kaget aja kak."

"Oh. Kirain kenapa. Ehm, kamu udah nunggu lama?"

"Lumayan sih. Aku pikir kakak gak jadi dateng."

"Maaf ya, tadi aku ada urusan sebentar."

"Oke. Ya udah, kak Rafa mau ngomong apa sama aku?"

"Ee. Sebenernya aku mau bilang soal--"

"Soal apa?"

Rafa tampak celingukan menoleh ke kanan-kiri seperti orang yang tengah sembunyi-sembunyi dan tak ingin ketahuan.

"Kak Rafa, kakak kenapa sih?" tanya Lala penasaran.

"Hm, sebenernya aku mau ngomongin hal yang penting banget. Makanya aku gak mau ada orang lain yang denger."

"Ihh mau ngomong apa sih kak? Jadi bikin makin penasaran aja deh."

"La. Gimana kalo kita ke tempat lain yang lebih aman sekarang! Ayo!"

Rafa langsung menggandeng tangan Lala. Mereka menuju ke tanah kosong di belakang sekolah, dekat gudang.

"Kak Rafa nih kebiasaan main tarik-tarik aja! Ini sekarang kita ngapain ada di sini kak?"

"Oke maaf La. Tapi ini beneran penting."

"Iya penting itu apa kak? Udah deh kak, kita bisa ngomong sekarang. Di sini gak ada siapa pun."

"Lala. Ini soal keselamatan kamu."

"Maksudnya kak?"

"Jadi, kemarin aku udah putusin Amel."

"Apa kak! Kak Rafa serius? Kenapa kakak lakuin itu? Kak Rafa gak mikir gimana perasaan kak Amel sekarang?"

"La, dengerin dulu. Aku rasa cuma itu keputusan terbaik yang bisa aku lakuin. Aku gak bisa terus jalanin hubungan dengan kebohongan La. Aku gak mau bohongin perasaan aku terus-menerus."

"Tapi kak, kak Rafa pikir aku suka kalo kakak dah putus sama kak Amel? Aku bakal langsung mau terima kak Rafa gitu?"

"Lala. Aku. Jujur iya itu yang aku mau. Aku pengin kita bisa segera mulai hubungan yang baru. Tapi, buat saat ini bukan itu yang terpenting."

Lala masih terdiam mencerna perkataan Rafa.

"La, sekarang aku khawatir sama kamu. Aku takut Amel nyakitin kamu," lanjut Rafa.

"Apa?"

"Aku tau gimana Amel. Kemarin Amel ngancem aku. Dia gak terima aku putusin. Dia bilang gak akan ngebiarin kita bahagia. Ancaman Amel itu gak main-main. Dia selalu serius sama omongannya. Makanya aku takut dia berbuat hal buruk ke kamu."

"Kenapa jadi gini sih kak?"

"Aku juga gak mau kalo jadi gini La. Lala, mulai sekarang kamu dengerin aku ya, langsung bilang ke aku kalo ada apa-apa. Kalo Amel berbuat macem-macem sekecil apa pun itu, kasih tau aku atau Zain. Kamu gak usah takut, aku sama Zain akan selalu jaga kamu kok."

"Kak Rafa, sekarang kakak tau kan apa akibat ulah kakak? Kak Rafa udah buat aku dalam bahaya. Terus aku harus apa? Kakak mau berbuat apa?"

"Maafin aku Lala. Aku gak pernah pengin kamu ada dalam bahaya. Aku sayang kamu La. Gak mungkin aku mau kamu celaka."

Lala tak berkata apa-apa lagi.

"La, aku minta maaf. Aku janji akan jaga kamu. Aku gak akan biarin kamu kenapa-napa," ucap Rafa dengan rasa bersalahnya.

"Kak, aku gak mau terlibat sama masalah ini."

"Lala. La, tunggu! Aku mohon dengerin aku La! Lala!" Rafa terus memanggil Lala yang beranjak pergi meninggalkannya.

Sepertinya Lala tak mau tahu betapa Rafa mengkhawatirkannya. Mungkin Lala merasa kesal pada Rafa karena telah memutuskan hubungan dengan Amel secara sepihak. Padahal sebelumnya Lala sudah bersikeras melarang Rafa.

Sikap Lala ini sungguh tak jelas. Aneh rasanya. Seharusnya ia senang karena kini kesempatannya terbuka secara lebar agar cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan. Tapi apa? Mengapa ia bersikap seperti ini sekarang?

Apa sudah tak ada perasaan cinta untuk Rafa di hati Lala sekarang? Bagaimana bisa hati Lala berubah secepat ini? Apa yang sebenarnya diinginkan Lala?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus bermunculan, terutama di benak Rafa. Sulit sekali rasanya mengartikan apa mau Lala saat ini.

---

Sepulang sekolah, Lala berdiri di depan gerbang menunggu supirnya datang. Keadaan sekolah sudah cukup sepi. Supir Lala memang mengatakan akan datang terlambat karena harus ke bengkel dulu. Itu sebabnya Lala harus menunggu lebih lama.

Sebenarnya Rafa sudah sempat menawari Lala untuk pulang bersamanya. Namun, seperti biasa, Lala menolak. Kali ini Rafa tak berhasil membujuk Lala seperti yang sudah-sudah. Mungkin karena pengaruh rasa kesal Lala pada Rafa akibat pembicaraan mereka di jam istirahat tadi.

Beberapa lama kemudian, muncul sebuah mobil jeep hitam yang berdiri tepat di depan Lala. Lala heran karena tak tahu siapa pemilik mobil itu. Orang-orang bertopeng turun dari mobil itu dan memaksa Lala masuk ke mobil untuk ikut mereka.

"Tolong! Tolong!!" Lala hanya bisa berteriak minta tolong.

Tak ada seorang pun di sana yang bisa menolong Lala. Lala tak berdaya melawan. Ia pasrah dibawa orang-orang itu dengan ronta yang sia-sia.

Sementara itu Rafa yang sedang menyetir mendadak hilang kendali. Ia hampir saja menabrak sebuah pohon. Untung saja ia mengerem dengan cepat.
"Hah. Astaga, hampir aja! Kenapa ya? Lala, kok aku jadi kepikiran kamu sekarang. Perasaan aku gak enak. La, kamu lagi apa? Semoga kamu baik-baik aja," gumam Rafa di mobilnya dengan rasa gelisah yang mulai membuncah.

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang