2 - Bertepuk Sebelah Tangan

92 4 0
                                    

Zain galau dan patah hati. Cintanya ditolak begitu saja oleh Lala. Zain pasti membutuhkan waktu lama untuk move on karena Lala itu cinta pertamanya.

Lala sebenarnya merasa sangat bersalah pada Zain. Namun, mau bagaimana pun hati dan perasaan memang tak dapat dipaksakan. Justru ada problem yang lebih besar sekarang. Sepertinya Lala menyimpan perasaan suka pada Rafa.

"Lala. Makan siang dulu yuk! Aku juga gak ada temen nih." ajak Rafa.

"Ehm. Eee. Kak Rafa duluan aja deh. Aku nanti aja."

"Oh. Ya udah deh. Aku duluan ya!"

---

"Ya ampun rasanya seneng banget. Kak Rafa perhatian gitu sama aku. Tapi--ah, aku gak boleh terlalu ngarep. Kak Rafa kan udah punya kak Amel yang baik banget gitu. Aku gak mau nyakitin kak Amel." gumam Lala dalam hati.

Terlihat sekali Lala selalu salah tingkah tiap dekat dengan Rafa. Bahkan Zain juga menyadari itu.

"Kak Zain."

"Lala, aku mau ngomong bentar sama kamu."

"Ada apa sih kak?"

"Jujur sama aku, kamu suka sama Rafa kan?"

"Maksud kak Zain apa sih?"

"Udah deh. Kamu gak usah bohong sama aku. La. Keliatan banget dari tingkah kamu. Lala sadar deh, Rafa udah punya pacar."

"Kak. Aku mohon jangan kasih tau ini ke siapa pun termasuk kak Rafa sama kak Amel ya. Aku janji kok gak akan ngerusak hubungan mereka."

"OK, tapi La, please kamu move on dari sekarang. Aku cuma gak mau kamu terus-terusan ngarepin harapan kosong."

•••

Lala tak menghiraukan perkataan Zain. Semakin hari dia makin sakit hati melihat Rafa terus dekat dengan Amel. Namun, Lala memang tak bisa berbuat apa-apa.

Kinerja Lala di OSIS makin menurun. Lala jadi sering melamun. Lala juga jadi sering sakit karena terlalu stress dan banyak pikiran. Zain tentunya sangat khawatir. Sampai saat ini pun Zain masih belum bisa move on dari Lala. Zain terus berharap kalau saja ada yang bisa ia lakukan untuk membuat Lala bahagia, ia pasti sudah melakukannya.

---

Waktu itu Lala tidak menghadiri rapat OSIS. Rafa sangat marah. Akhirnya Amel mencoba berbicara pada Lala.

"Lala!"

"Kak Amel. Ada apa kak?"

"Kamu lupa ya, ada rapat OSIS kemarin. Kamu kenapa gak dateng? Ehm kayaknya kamu lagi sakit ya? Kamu keliatan lemes, muka kamu juga pucet banget."

"Ehm iya kak. Maaf aku lupa. Aku emang lagi agak gak enak badan."

"Ya udah, kamu izin dulu aja ya buat kumpul hari ini. Nanti aku yang bilang ke Rafa kalo kamu sakit."

"Beneran gapapa kak? Kak Rafa pasti marah banget sama aku."

"Iya gapapa kok. Rafa pasti ngerti. Ya udah aku balik dulu ke ruang OSIS ya. Get well soon!"

"Makasih kak Amel."

Di ruang OSIS, Rafa jadi memperdebatkan soal Lala.

"Mana Lala?" tanya Rafa dengan geram.

"Raf, tadi aku dah ketemu Lala. Tapi dia lagi gak enak badan."

"Gak enak badan? Mel, Lala sakit apa? Dia gapapa kan?" sahut Zain dengan nada khawatir.

"Gimana sih Lala itu. Seharusnya dia bisa profesional dong di OSIS kita. Mentang-mentang direkomendasiin sama kepsek dia jadi seenaknya gitu." gerutu Rafa dengan murkanya.

"Ya udah lah Raf, lagian kasian juga kan Lalanya lagi sakit. Kamu jangan marah-marah gitu dong!"

Beberapa hari kemudian, Lala sudah lebih baik dan ia kembali ke ruang OSIS untuk menjalankan rutinitasnya dan menyelesaikan tugasnya yang telah terbengkalai selama ia sakit.

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang