Lala masih dilema memikirkan perkataan Rafa. Ia harus memilih antara perasaannya sendiri dan perasaan Amel nantinya jika Rafa meninggalkannya. Lala memang seorang gadis yang perasa. Ia tentunya tak akan tega melihat Amel sedih dan menderita karena kehilangan Rafa.
Sepulang sekolah, Lala berniat langsung pulang karena tidak ada lagi kegiatan atau rapat di sekolah. Ia sempat menghentikan langkahnya karena suara seseorang.
"Lala. La, kamu mau pulang?"
"Iya kak. Ada apa ya kak?"
"Kamu gak ada acara kan? Ikut aku bentar yuk!"
"Ikut ke mana?"
"Hm, ke mana ya? Ntar kamu juga tau kok."
"Tapi kak Rafa, aku--"
"Udah. Ikut dulu! Please."
Akhirnya permohonan Rafa bisa membuat Lala luluh. Ia mengikuti ajakan Rafa walau ia tak tahu ke mana Rafa akan mengajaknya.
Di mobil Rafa, Lala mencoba bertanya ke Rafa tentang arah tujuan mereka.
"Kak Rafa?"
"Hm,"
"Kita mau ke mana sih kak?"
"Nanti juga sampe kok."
"Ihh kak. Ini penting gak sih?"
"Ya penting lah. Dengan kayak gini itu bisa lebih mendekatkan kita."
"Maksud kakak apa?"
"Udah sih ah. Kamu tuh banyak tanya mulu ya. Kok kamu jadi bawel gini sih?"
"Kak Rafa sendiri yang gak jelas."
"Apanya? Kamu mau lebih memperjelas hubungan kita?"
"No. Kak, apaan sih?"
"Lala, mumpung gak ada rapat kan. Jadi kita bisa jalan-jalan hari ini."
"Jadi cuma mau jalan-jalan? Astaga kak Rafa."
"Kok cuma sih? Lagian kita gak pernah pergi jalan-jalan cuma berdua kan? Dijamin seru deh pokoknya. Rafa Aditya akan buat dunia Lala lebih berwarna."
Dalam hati Lala bergumam sendiri, "Tuhan, dosakah aku sekarang ini karena jalan sama pacar orang? Tapi aku gak pernah punya maksud apa pun. Aku sama sekali gak mau ngerebut kak Rafa dari kak Amel."
Rafa memulai acara 'kencan'-nya dengan Lala. Awalnya mereka pergi makan bersama di sebuah cafe. Setelah itu, Rafa mengajak Lala berkeliling dengan mobilnya, menikmati pemandangan dan jalanan kota di sore hari. Pergi makan es krim bersama. Kemudian Rafa mengajak Lala menonton film romantis di bioskop.
"La, kamu suka filmnya kan?"
"Sstt kak, jangan berisik. Nanti yang lain pada keganggu."
"Iyaa tau. Kan aku pelan-pelan ngomongnya."
"Ya udah kak, nonton aja! Kakak udah beli tiket mahal-mahal tapi malah gak fokus sama filmnya."
"Oke deh."
Di tengah waktu ketika Lala sedang fokus dengan film, Rafa mencuri kesempatan, ia menggenggam jemari Lala. Lala yang menyadari itu merasa terkejut. Lala ingin melepaskan tangannya dari genggaman Rafa, tapi cukup sulit karena genggaman Rafa begitu erat. Hingga film selesai, Rafa baru melepaskan genggamannya.
"Bagus kan filmnya La? Kamu tau, aku pengin banget jadi kayak tokoh utama di film itu, sama kamu pastinya. Jadi kita bisa hidup bahagia selamanya."
"Kak, aku mau pulang sekarang. Aku gak mau sampe kemaleman."
"Apa Mama Papa kamu sekarang ada di rumah?"
"Gak, mereka masih di luar kota ngurus kerjaan."
"Makanya gak usah buru-buru mau pulang. Daripada kamu sendirian di rumah, mending jalan-jalan sama aku kan?"
"Kak Rafa."
"Eh, kita ke daerah sana yuk! Kayaknya lagi ada pembukaan pasar malem."
Rafa menarik Lala menuju ke areal pasar malam. Sebenarnya Lala ingin segera pulang, tapi sulit rasanya menolak Rafa saat ini.
"Lala, kamu mau naik bianglala atau komedi putar gak? Tuh banyak di sana."
"Gak deh kak."
"Kenapa? Kamu takut?"
"Gak. Cuma gak pengin aja."
"Hm, ya udah kita keliling aja, cari makanan yang enak."
"Kan tadi baru makan kak."
"Lah kan belum makan malem. Laper lagi dong."
Lala hanya tersenyum.
Mereka berkeliling. Rafa mengajak Lala menikmati berbagai makanan, mulai dari jagung bakar, sate, kebab, hingga kembang gula.
"La. Mau coba makanan apa lagi?"
"Kenyang ah kak. Emang kak Rafa masih laper?"
"Ya gak sih, tapi kalo diisi makanan lagi perut aku masih muat kok."
"Kakak nih, ada-ada aja!"
"Kan jarang-jarang bisa ada waktu kulineran murah meriah kayak gini. Apalagi sama kamu. Ya kan?"
"Ehm kak, aku capek deh. Habis ini kita pulang ya."
"Yah kamu gak seru deh. Kita baru sebentar di sini. Ehm, gimana kalo kita main itu sebentar?" Rafa menunjuk ke arah areal permainan. "Ayo La!"
"Kak, kita mau apa? Aku gak bisa."
"Ya udah, biar aku yang main. Nanti kamu boleh pilih hadiah yang kamu mau."
Rafa mencoba permainan itu. Aturannya ia harus menjatuhkan semua sasaran sekaligus dalam satu kali lemparan. Rafa pun berhasil.
"Yey!" Lala yang ikut senang refleks memeluk Rafa.
Beberapa saat kemudian ia tersadar."Maaf kak. Aku--"
"Gapapa kok La. Jujur aku malah suka. Kenapa kamu lepas pelukannya?"
"..."
"Nah, Lala. Kamu boleh pilih hadiah kamu sekarang. Hm, tunggu deh. Aku tau kamu sukanya yang mana."
Rafa mengambil sebuah boneka beruang berwarna pink.
"Ini buat kamu La. Kamu suka kan?"
"Ihh lucu. Aku suka kak. Makasih ya kak Rafa!"
"Sama-sama. Makasih juga buat kamu karena kamu mau jalan sama aku hari ini. Seandainya hubungan kita bisa lebih dari yang sekarang La."
"..."
"Lala, kita ke rumah sakit yuk!"
"Ehm, ehh kak Rafa mau jengukin kak Amel?"
"Iyaa. Sekalian aku mau langsung putusin dia hari ini juga. Biar kamu mau terima cinta aku dan kita bisa segera bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS, I'M IN LOVE
Ficção Adolescente[ SUDAH TERBIT ] Ketika organisasi menjadi awal kisah cinta para remaja SMA. *** Terjadi kisah percintaan yang rumit di OSIS SMA Pertiwi. Mila Angela yang kerap disapa Lala menyukai si ketua OSIS yang sekaligus seniornya--Rafa Aditya sejak pertama k...