17

390 93 3
                                    

Malamnya..

Sekitar pukul 2 dini, Wonwoo mulai tersadar dan perlahan-lahan mulai membuka matanya walaupun penglihatan masih berkabut—buram...

Dada kirinya sudah terasa membaik walaupun masih sedikit sesak dan nyeri saat dirinya menarik nafas...

Uhuk! Uhuk!

"Wonwoo? Kau sudah sadar?"

Wonwoo menatap seseorang yang baru saja tiba di kamarnya dengan sebuah wadah transparan berisi air. Ah Wonwoo baru sadar jika dahinya ada sebuah kain kecil yang terasa dingin juga lembab...

Apa dia demam? Sepertinya memang iya...

"Bagaimana keadaanmu?" Tanyanya sambil menaruh wadah tersebut di atas nakas samping tempat tidur Wonwoo...

Wonwoo berusaha mendudukkan badannya dan dengan sigap Yoora membantunya untuk duduk lalu menyusun bantal agar Wonwoo bisa bersandar dengan nyaman...

"Tadi adik—ah maksudnya Jaehyun datang dan memberitahu jika kamu tiba-tiba tak sadarkan diri tadi siang"

Wonwoo masih terdiam tak menatap kearah Yoora yang duduk di sisi ranjang tempat tidurnya...

Tangan wanita itu terangkat hendak mengecek suhu tubuh Wonwoo yang sempat tinggi tadi namun Wonwoo segera menghindar sebelum tangan Yoora sampai di dahinya....

"Terimakasih sudah datang, aku sudah baik-baik saja. Jadi Miss bisa keluar dari kamarku sekarang" Ujar Wonwoo dengan nada dingin tanpa menatap Yoora yang tengah menatapnya sendu...

"Wonu"

Panggilan dengan nama masa kecilnya yang bernada lembut itu langsung membuat Wonwoo menatap Yoora datar. Yoora meringis dalam hati saat melihat wajah orang di depannya yang tampak tak teraliri darah—Pucat..

Tangan Yoora menggapai lengan berkeringat dingin milik Wonwoo lalu menggenggamnya...

"Maaf. Maafkan Bundamu ini" Lirik Yoora...

Tak Ada yang tahu jika sebenarnya Wonwoo adalah putra sulung Yoora, terkecuali 2 orang lainnya..

"Maafkan bunda yang sudah membuatmu menjadi seperti ini"

Kini Yoora tengah menangis di depan Wonwoo, melihat kondisi putranya yang seperti ini membuat perasaanya sebagai seorang ibu ikut merasa sakit juga...

"Kalo begitu, jika bunda menyesal bisakah kalian menghentikan semua ini?"

Pertanyaan Wonwoo langsung membuat Yoora menatap putranya dengan manik yang basah dan sembab. Lalu menggelengkan kepalanya pelan...

"Bisakah kalian menginjikan aku untuk pergi saja?" Tanya Wonwoo...

"Maaf... Hiks"

"Berapa banyak lagi yang harus kalian korbankan untukku? Aku memang hidup dan masih bernafas saat ini tapi sebenarnya sudah sejak dulu jiwaku telah mati" Ujar Wonwoo...

Yoora kembali terisak lebih keras mendengar perkataan anaknya itu, Yoora memang tidak tega jika terus menahan putranya seperti ini apalagi saat melihatnya kesakitan...

Tapi mereka sebagai orang tua Wonwoo harus memilih untuk egois karena tak ingin kehilangan salah satu putra mereka begitu saja...

Yoora menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Wonwoo dan membawa Wonwoo kedalam pelukannya. Wonwoo juga meneteskan air matanya, dirinya tengah menangis dalam diam tanpa Yoora sadari...

Kenapa hidupnya semenyedihkan ini? Itulah pertanyaan yang selalu ada di kepala Wonwoo sejak dulu...

"Sampai kapan aku harus bertahan, Bunda? Sampai kapan?"

Penyakit yang Wonwoo derita saat masih kecil tidak pernah bisa di diagnosis secara medis ataupun non-medis, keanehan itu membuat orang tuanya bingung tentang apa sebenarnya yang terjadi pada putra sulung mereka...

Wonwoo kecil semakin hari juga semakin lemah, masa kanak-kanak dan keceriannya harus di renggut paksa oleh penyakit yang menggerogoti tubuh kecilnya...

Hingga ayahnya memilih jalan pintas terakhir untuk membuat Wonwoo sehat kembali sedia kala namun dengan beberapa syarat yang wajib ayahnya penuhi..

"Kenapa harus aku yang mengalami ini semua, bunda? Kenapa harus aku?" Lirih Wonwoo dengan air mata yang semakin mengalir membasahi pipi pucatnya...

***

Tbc

***

~ 2OO821 ~

Desmevméni Psychí✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang