18

403 100 0
                                    

Paginya...

Wonwoo tengah duduk di kelas seorang diri, dia memilih datang lebih pagi daripada biasanya bahkan memilih untuk tidak ikut bergabung sarapan bersama murid lain yang mungkin saat ini masih sarapan di ruang makan asrama...

Semakin hari perasaan bersalah semakin membuat dirinya merasa tercekik hingga merasa sesak, karena secara tak langsung juga telah menjadi seorang pembunuh meski bukan tangannya sendiri yang melakukan hal tersebut...

Kenyataan buruk yang baru di ketahuinya saat dirinya berumur 12 tahun karena tak sengaja mendengar percakapan orang tuanya tentang jiwanya yang telah di berikan sebagai syarat perjanjian ayahnya dengan iblis untuk menyembuhkannya dulu...

Entah sudah berapa orang yang di habisi setiap bulan purnama demi memperpanjang umurnya yang bahkan dirinya sendiri selama ini merasa seakan-akan telah lama mati walaupun masih bernafas...

Perasaan bersalah itu jugalah yang menjadi sebab dia lebih suka menyendiri karena setiap kali melihat yang lainya maka semakin terasa rasa bersalah dalam dirinya...

Wonwoo juga ingin merasakan hidup normal layaknya orang-orang di luar sana. Namun keinginannya itu sepertinya harus di pendamnya dalam-dalam...

Bahkan dia juga sangat rindu pada nenek dan kakek dari ke-2 orang tuanya, terakhir dia bertemu mereka adalah 3 sebelum dia di bawa ke rumah sakit tepatnya di hari saat perayaan ulang tahunnya yang ke-8 tahun...

Entah bagaimana apa kabar mereka sekarang atau apakah nenek juga kakeknya masih hidup ataupun telah tiada...

"Kau akan kena hukuman karena melanggar salah satu peraturan sekolah, Jeon" Ujarmu sambil menyimpan sekotak susu rasa coklat di depan Wonwoo...

Hening tak ada yang membuka suara kembali, Kamu berusaha sibuk dengan buku pelajaran sementara Wonwoo sibuk dengan pikirannya sambil mengusap menggunakan jempolnya kotak susu pemberianmu...

"Ah ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu hari ini? Maksudku kemarin kau terlihat masih sedikit pucat. Dan... Oh ya tuhan! Ada apa dengan sudut bibirmu? Kau berkelahi?" Tanyamu sambil menatap sudut bibir Wonwoo yang terlihat sedikit memar dan sepertinya sedikit terluka...

"Aku tidak apa-apa"

Kamu berdecak lalu mengambil sebuah plester lalu tanpa meminta ijin kamu langsung meraih wajah Wonwoo dan menempelkan plester tersebut di sudut bibir Wonwoo yang terluka...

"Nah sudah selesai. Ah iya, dimana tempat tinggalmu, Jeon? Siapa tahu setelah kita lulus dari sini, kita bisa bertemu lagi nanti, kan?"

Setelah lulus ya? Bahkan aku ragu apakah kita bisa melihat dunia luar lagi atau malah berakhir mati di sini seperti yang lainnya Pikir Wonwoo..

"Changwon, aku... tinggal di Changwon" Jjar Wonwoo dengan nada pelan...

"Hm? Benarkah? Saat aku kecil juga aku pernah tinggal di sana, bahkan saat aku pindah ke Anyang sebelum berakhir di Seoul karena pekerjaan kakakku yang selalu di tugaskan seenak jidat oleh bosnya. Ahh sial memikirkannya saja membuat ku selalu ingin mengumpat tepat di depan wajah pria tua atasan kakakku ku"

Wonwoo hanya menatapmu yang tengah sibuk mengoceh di sampingnya. "Ngomong-ngomong soal Changwon, aku jadi teringat teman kecilku di sana. Kau tahu dia bahkan menangis tersedu-sedu saat tahu aku akan pindah ke luar kota"

Lalu kamu menatap gelang hitam rajut yang melingkar di pergelangan kananmu, sebenarnya gelang itu sudah kekecilan tapi kamu menambahkan kawat gelang agar pas di pergelangan tanganmu...

"Hanya gelang ini yang mengobati rasa rinduku padanya. Gelang persahabatan yang dia buat sendiri waktu itu"

Wonwoo tetap menatapmu, melihat bagaimana wajah kesalmu berubah menjadi senyuman saat ini...

"Entah sudah sebesar apa dia sekarang, apakah dia masih cengeng seperti dulu atau malah menjadi remaja tampan yang di kagum gadis-gadis di luar sana. Hahhh.. Aku jadi semakin merindukannya" Ujarmu sambil terkekeh..

Wonwoo kemudian tertunduk menatap kotak susu yang di pegangnya, tak lama sebuah senyuman tipis tergambar di wajahnya...

***

Tbc

***

~ 2OO821 ~

Desmevméni Psychí✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang