بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Apapun yang ada di dunia, kita tidak tau akan terjadi apa selanjutnya, sebab Takdir Allah merupakan rahasia, tidak seorang pun mengetahuinya."
∆∆∆
Langkah kaki Ibrahim, berjalan cepat memasuki kantornya. Ia sesekali menyapa karyawan yang sedang sibuk bekerja.
"Noval, nanti lo kabari gue, setelah bicara sama uncle Mizan, tentang masalah pembangunan yayasan panti asuhan yang mau kita investasikan," ucap Ibrahim, membuat Noval mengangguk.
Sebelum menekan tombol lift, Ibrahim menoleh menatap Noval—sepupunya.
"Kalau ada apa-apa sama perusahan Brataja grup's, jangan sungkan buat ngomong sama gue," paparnya, yang diangguki oleh Noval, dengan senyum tipisnya.
"Iya, makasih Bang," balas Noval, sembari menatap benda kotak besi yang tertutup.
Noval menghela nafas, sembari mengingat bahwa, perusahaan Papanya memang bergantung pada perusahaan Saputra Grup's, sebab dulu kata Papanya, setelah Abi dari Abang sepupunya—Ibrahim meninggal. Saputra Grup's, yang mengelola adalah Papanya, sehingga sang Papa pun turun tangan untuk menggabungkan dua perusahaan tersebut, walau konsekuensi di kemudian hari, akan ada perusahaan yang tidak terselamatkan nanti.
Noval berbalik, akan pergi untuk kembali ke perusahaannya, akan tetapi, ia tiba-tiba menabrak seseorang, sehingga orang tersebutpun jatuh, dengan minuman yang telah tumpah dilantai.
°•°
Ibrahim memasuki ruang kerjanya, yang dulu ditempati Abinya, senyum getir tercekat jelas diwajahnya, saat ia berusaha mati-matian mengubur mimpinya untuk menjadi arsitektur, dan banting setir, untuk kuliah jurusan bisnis agar bisa mengelola perusahaan keluarga mendiang Abinya.
Sebab, Ibrahim juga tidak bisa selalu mengandalkan Unclenya, yang sudah mengola perusahaan Abinya, sampai harus menggabungkan dua perusahaan yang bertolak belakang.
"Seberapa kuat pun Ibra menghadapi dunia, Ibra masih butuh Abi disini," tuturnya, setelah menatap figura yang didalamnya terdapat foto sang Abi.
Helaan nafas lelah Ibrahim keluarkan, puing-puing kejadian kecelakaan saat ia masih kecil, selalu menghantuinya.
"Maafkan Ibra, Abi ...." lirihnya seraya membuka laptop, berusaha melupakan kejadian yang membuat dadanya selalu sesak setiap mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]
Spiritual𝗦𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗔𝗦𝗦𝗔𝗟𝗔𝗠𝗨'𝗔𝗟𝗔𝗜𝗞𝗨𝗠 𝗞𝗘𝗞𝗔𝗦𝗜𝗛 𝗜𝗠𝗣𝗜𝗔𝗡𝗞𝗨 𝐒𝐄𝐋𝐄𝐒𝐀𝐈 [𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐋𝐄𝐍𝐆𝐊𝐀𝐏] [𝗦𝗽𝗶𝗿𝗶𝘁𝘂𝗮𝗹-𝗥𝗼𝗺𝗮𝗻𝗰𝗲] 𝗙𝗼𝗹𝗹𝗼𝘄 𝗮𝗸𝘂𝗻 𝘄𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱𝗸𝘂:) ⚠️𝗗𝗜𝗟𝗔𝗥𝗔𝗡𝗚 𝗣𝗟𝗔𝗚𝗜𝗔𝗧⚠️ •••• Terbiasa be...