Bab 30 | End

4K 251 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Izinkan Aku Menghalalkanmu bukan hanya sekedar ucapan saja, melainkan bentuk keseriusan dalam meminang perempuan yang dicinta, untuk menjadi pendamping hidupnya."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Umma Fiya duduk tidak jauh dimana sang putra akan mengucapkan akad, tangannya menggenggam erat tangan Yesha yang duduk disebelahnya.

"Semoga lancar ya Dek," ujar Umma Fiya membuat Yesha mengangguk, kemudian membalas, "Aamiin Umma."

Sedangkan Ibrahim sendiri terlihat tenang tanpa rasa gugup yang menerpanya, tetapi tidak ada yang tau, di dalam sana, detak jantungnya berdegup kencang. Ibrahim bukan takut salah mengucapkan akad, akan tetapi ia akan menerima tanggung jawab besar, menjadi suami dan kepala rumah tangga, serta akan membimbing istri dan anaknya. Tanggung jawab besar yang Ibrahim terima, semoga ia bisa menjalankannya.

Sebelum mengucapkan akad, Ibrahim melafalkan surat Ar-Rahman terlebih dahulu, nadanya yang merdu, serta pelafalannya yang mampu membuat semua orang merasa tersentuh. Beberapa menit kemudian, surat Ar-Rahman selesai Ibrahim lafalkan.

Malik pun segera menjabat tangan lelaki yang akan menjadi suami putrinya dengan erat, netranya menatap tegas netra Ibrahim, lantas ia pun berkata, "Bismillahirrahmanirrahim, saudara Ibrahim Maula Saputra bin Haikal Izzan Saputra, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama Azmiya Kamila Ishaq binti Malik Ishaq dengan mas kawin satu unit rumah, uang sebesar seratus delapan puluh juta rupiah, dan seperangkat alat sholat tunai!"

Ibrahim semakin mengeratkan tangannya pada genggaman tangan Malik, dengan sekali tarikan nafas, ia menjawab. "Saya terima nikahnya Azmiya Kamila Ishaq binti Malik Ishaq dengan mas kawin tersebut tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah, baraakallahu laka wa baaraka alaika wa jama'a bainakuma fi khoir."

Semua orang mengangkat tangannya dan berdoa, sedangkan Ibrahim sendiri merasakan ada rasa bahagia yang membuncah dalam dadanya, setelah sekian lama, akhirnya ia menemukan perempuan yang tepat untuk dijadikan Ibu dari anak-anaknya kelak.

Umma Fiya dan Yesha yang sedari tadi tegang, sekarang terharu dan sama-sama menangis melihat Ibrahim yang lancar mengucapkan akad tanpa kendala.

"Mempelai wanitanya boleh dibawa kemari," ujar sang penghulu, membuat Umma Fiya dan Yesha segera berdiri menaiki tangga dimana sang mempelai wanita berada.

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang