Bab 15

1.7K 192 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Bukan dunia tidak adil, hanya saja setiap manusia mempunyai porsi takdirnya masing-masing. Syukuri apa yang sekarang kamu miliki, dan tidak perlu merasa iri lagi."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Azmiya menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya, tangannya sibuk mengelap meja di restoran, sedang tangan satunya lagi memegang tisu untuk mengelap keringatnya. Sungguh melelahkan hari ini.

"Miya," panggil seorang lelaki dengan kemeja biru yang membalut tubuh tegapnya.

Kepala Azmiya menoleh menatap Pemilik Restoran tempat ia bekerja. "Pak Bima."

Bima tersenyum menatap wajah Azmiya yang terlihat lelah, ia pun memberikan segelas air putih pada perempuan tersebut.

"Minumlah, dan istirahat sebentar, sedari tadi saya melihat kamu bekerja tiada henti," ucapnya membuat Azmiya menerima pemberian dari Bima, dan segera duduk disalah satu kursi yang tersedia, sembari menegak air putih tersebut.

"Mau pulang sekarang?" tanya Bima sesaat setelah Azmiya sudah selesai meminum air putih.

"Enggak Pak, saya masih harus membersihkan dapur, Bapak pul--"

Bima menggeleng, "Biar Olif saja yang membersihkan, kamu pulang dengan saya."

Azmiya menggeleng, "Mohon maaf Pak, tetapi saya juga tidak bisa meninggalkan Olif sendiri, jad--"

Bima tersenyum, "Hadar!" serunya memotong ucapan Azmiya.

"Iya Pak?" lelaki yang dipanggil Hadar membungkuk menatap Bima.

"Kamu pulang setelah Olif pulang, oh iya! Jangan lupa, pintu restoran di kunci, Paham?"

Hadar mengangguk, membuat Bima tersenyum menatap wajah cemberut Azmiya.

"Sudah kan? Ayok pulang, saya antar!"

Tanpa membantah, Azmiya pun mengangguk dan berjalan untuk mengambil tasnya. Dan kalau pun Azmiya menolak, Bima akan tetap bersikukuh mengantarkannya sampai ke rumah.

°•°

Di malam hari seperti ini, Ibrahim pasti akan menghabiskan waktu berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerja sebelah kamarnya. Akan tetapi, sekarang ia membaca lantunan ayat suci Al-Quran, sebab hatinya sedang tidak baik-baik saja. Bukan karena patah hati. Namun, Ibrahim merasa ada yang salah dengan dirinya.

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang