Bab 2

2.9K 283 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Memendam perasaan memang sulit dilakukan, apalagi, kalau bertahun-tahun lama tidak diutarakan. Akan tetapi, bila memendam bisa menjauhkan diri dari kemaksiatan, maka syahwat juga bisa dikendalikan."

∆∆∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆

Pesantren Al-Ikhlas, yang dikelola oleh Yesha, memang berkembang pesat. Apalagi, banyak sekali ilmu yang didapatkan saat didalam pesantren. Akan tetapi, bukan Yesha saja yang sering ke pesantren, Umma Fiya juga selalu ikut dengan putrinya, disaat ia cuti kerja.

Di ndalem, ada banyak orang yang berkumpul, Oma Amna, Opa Nizam, Umma Fiya, Yesha, Briana dan Ibrahim tentunya. Ada juga, Mizan, dan Citra yang bergabung disana.

Umma Fiya menoleh pada Ibrahim yang sedari diam, tidak ikut dalam pembicaraan, lantas ia pun memegang pucuk kepala Ibrahim.

"Ada apa Nak?" tanya Umma Fiya pelan, membuat Ibrahim menoleh pada Ummanya, yang duduk disebelahnya.

Ibrahim tersenyum lembut, seraya menggeleng pelan. Entah kenapa, ia masih saja memikirkan ucapan dari Riyan, saat akan menuju ke pesantren tadi.

Langkah kaki Briana dan Ibrahim berjalan beriringan menuju ke mobil. Akan tetapi, tiba-tiba Ibrahim berhenti begitu saja, dan menoleh menatap Briana yang juga turut menatapnya.

"Ada apa Kak?" tanya Briana dengan kerutan di keningnya.

Ibrahim membasahi bibirnya terlebih dahulu, kemudian berdehem pelan. Kepalanya ia tengokkan, mencari seseorang. Dan itu, tidak luput dari penglihatan Briana.

"Kak Ibra, cari Bang Riyan?"

Ibrahim langsung menoleh cepat pada Briana yang terkekeh didepannya, membuat degupan jantung Ibrahim kembali berulah.

Sebelum menjawab, Ibrahim tersenyum tipis, menutupi gugupnya pada Briana. Oh ayolah, Ibrahim sudah mengenal Briana sejak kecil, bahkan selalu bermain bersama. Tetapi sekarang, berdekatan dan melihat senyumannya saja, bisa membuat hatinya melemah detik itu juga.

Huh, segera Ibrahim beristighfar dalam hati, untuk mengontrol perasaannya.

"Iya Na, dia dimana?"

Briana menunjukkan seseorang yang sedang berjalan cepat menuju ke mobil, dengan balutan jas rapinya.

"Bang Riyan!"

Lelaki dengan senyum menawannya, terlihat mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil, dia malah berjalan menuju ke Adiknya yang memanggil dirinya.

"Ada apa Na?" tanya Riyan setelah sampai didepan Briana dan Ibrahim.

Ibrahim menatap Riyan, kemudian berkata, "Lo bisa ikut gue sebentar gak? Ke pesantren, Ana mau kesana soalnya."

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang