Bab 11

1.6K 181 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kecewa memang sering kali datang menyapa raga, membuat dada sesak disetiap mengingatnya, tetapi kalau hidup tidak merasakan kecewa, semua akan terasa hambar dan biasa saja."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Banyaknya pengunjung restoran, Azmiya dengan sigap mengantarkan pesanan ke pada pelanggan. Dengan senyum tipisnya, ia selalu menghidangkan ke meja-meja yang ia tuju.

Azmiya bekerja sehari dua kali, berangkat pagi sampai sore menjadi office girl, lalu malamnya bekerja di restoran sampai tengah malam. Kalau dikatakan lelah, Azmiya akui, ia sangat lelah, terlebih tuntutan biaya cuci darah yang terus menerus semakin meningkat.

Restoran yang dikelola oleh Bima Putra Satria, yang sering Azmiya sapa, Pak Bima. Walau usia mereka hanya terpaut beberapa tahun saja, Azmiya yang menjadi bawahan pun merasa sungkan bila memanggil nama saja.

Bima yang Azmiya kenal orang baik, sangat baik malah. Dia selalu mengantarkannya pulang ke rumah, apabila hari sudah menjelang larut malam.

"Silahkan, selamat menikmati," ujar Azmiya seraya undur diri dari meja makan yang tadi ia antarkan pesanan.

"Mi!" seru Olif yang sedang berada di dapur bersama rekan-rekan lainnya.

Azmiya melotot menatap Olif, "Jangan teriak-teriak Lif," peringat Azmiya membuat Olif terkekeh.

"Hehe, sorry Lif, kelepasan," ujar Olif dibalas dengusan oleh Azmiya.

"Oiya! Ini antar pesanan di meja nomor 12 ya," ucap Olif lagi, menimbulkan keterkejutan dari Azmiya yang sedang membereskan piring kotor.

"Olif ...."

Perempuan dengan rambut sebahu itu terkekeh, lalu berkata, "Kelepasan lagi Mi."

Azmiya mengggelengkan kepala, lantas dengan cekatan membawa pesanan meja nomor 12. Malam itu, Azmiya yang memakai seragam restoran dan rambut yang dikuncir menjadi satu, menyisakan anakan rambut yang menjuntai sampai ke pelipisnya, berjalan menuju meja nomor 12, akan tetapi, saat ia sudah menemukan tempat meja tersebut, kakinya tersandung dan minuman yang ia bawa pun tumpah mengenai gamis yang dikenakan oleh wanita paruh baya tersebut.

"Astaghfirullah Nak, kamu tidak apa-apa?"

Suara lembut yang mengalun indah memasuki indera pendengar Azmiya, membuat ia pun mendongak dan langsung tersenyum tipis melihat wanita paruh baya yang seakan masih cantik diusianya yang tak lagi muda.

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang