Bab 19

1.5K 192 1
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kalau ada perasaan, lebih baik segera dihalalkan, karena berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa, takutnya malah akan kembali membuat kecewa, seperti harapan-harapan sebelumnya."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Ibrahim melengkungkan senyumnya menatap pemandangan di depannya, sungguh ia tidak sia-sia membantu Azmiya, sehingga bisa melihat senyum di wajah perempuan tersebut.

"Bunda tidak apa-apa Mi, kamu sudah makan?" tanya Lina kepada sang putri.

Azmiya terdiam, dari tadi pagi sampai hampir sore ini, apakah ia sudah makan? Ah sudah, makan bersama Umma Fiya, tetapi hanya sedikit saja. Sebab ia tidak bernafsu untuk makan, karena memikirkan operasi sang Bunda.

"Belum Tante," balas Ibrahim membuat kedua wanita beda usia tersebut menoleh.

Lina menatap Ibrahim dengan senyumnya. "Nak Ibra, kamu bisa tolong antarkan Miya untuk makan? Tante khawatir kalau anak gadis Tante pingsan karena gak mak--"

"Bunda ihhh!"

Lina terkekeh pelan melihat wajah cemberut sang putri, lantas kembali menatap Ibrahim lagi.

"Bagaimana Nak Ibra, kamu bisa kan?"

Ibrahim mengangguk seraya berpamitan dengan sopan pada Lina, kemudian menatap Azmiya yang berwajah masam. "Ayo!"

Dengan ogah-ogahan, Azmiya pun tetap berdiri berpamitan pada sang Bunda, dan berjalan mengikuti Ibrahim yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Bapak kenapa bisa sebaik ini sih? Saya bisa beli makan sendiri, Bapak gak usah repot-repot buat anterin sa--"

Ibrahim berhenti berjalan, dan membalikkan badan menatap Azmiya. "Kamu bisa diam tidak? Kesehatan itu penting Miya, saya tau kamu tidak ingin makan, tetapi, tubuh kamu membutuhkan energi, kamu tidak boleh egois dengan mementingkan diri sendiri," tutur Ibrahim menimbulkan keterdiaman Azmiya.

Astaghfirullah, Azmiya kan tadi hanya berkata untuk tidak usah repot-repot mengantarkannya makan, kenapa malah jadi Ibrahim yang marah-marah dengannya?

"Kalau kamu sakit, saya juga yang susah. Hargai kesehatan Miya, banyak di luar sana orang yang sakit saja ingin sehat, tetapi kamu? Yang sehat saja, ingin sakit, apa gunanya kamu menunda makan?"

Azmiya melongo menatap Ibrahim, ia mengedipkan beberapa kali matanya. Dengan tenggorokannya yang mulai kering, Azmiya meneguk ludahnya.

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang