Bab 7

1.6K 180 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Hidup bukan hanya tentang harta saja, masih banyak hal lainnya yang membuat kita bahagia. Sebab banyak harta, tidak menentukan kita akan bahagia di dunia."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Zidan menatap datar lelaki didepannya, dengan Atiqa yang juga turut menampilkan raut dinginnya.

"Untuk apa anda kemari?" tanya Zidan dingin.

Alvin meneguk ludahnya susah payah, ia menatap Zidan, lalu menoleh pada brankar dimana ada seorang perempuan yang tidak sengaja menjadi korban kecelakaan yang ia lakukan.

"Saya akan bertanggung jawab atas kecelakaan yang tidak sengaja saya la---"

"Tidak sengaja?" Kali ini berganti Atiqa yang mengajukan pertanyaan dengan raut datarnya.

"Kamu hampir saja menabrak sahabat saya, beruntung putri saya menyelamatkannya, tetapi, sekarang putri saya mengalami amnesia, semua itu gara-gara kamu!"

Zidan mengusap bahu Atiqa, berharap sang istri bisa sabar.

Alvin menunduk, ia merasa bersalah, sungguh.

"Maafkan saya atas---"

"Maaf? Huh! Mudah sekali kamu meminta maaf, setelah apa yang putri saya alami," sinis Atiqa, lalu berdiri meninggalkan Alvin dan Zidan di sofa ruang inap Briana.

Zidan menghembuskan nafasnya menatap kepergian Atiqa, ia menoleh menatap lelaki didepannya.

"Baiklah, saya sudah memaafkan kamu, toh semua ini juga sudah terjadi. Tapi saya berharap kejadian seperti ini, tidak terulang kembali."

Alvin tersenyum, kemudian berterimakasih pada Zidan. Sebelum lelaki tersebut melangkah pergi, ia sekali lagi menatap wajah perempuan tersebut.

Entah karena apa, Alvin merasa tertarik dengannya.

°•°

Pagi ini Ibrahim akan menjenguk Briana, Ummanya juga sudah menitipkan bubur ayam kesukaan Briana, dan tidak lupa. Brownis kesukaan perempuan itu.

Langkah kaki Ibrahim berjalan menuju ruang inap Briana. Berharap, perempuan tersebut bisa mengingatnya.

Namun, saat tangannya akan membuka knop pintu. Pemandangan didepannya membuat hatinya nyeri, perasaan tidak rela seakan merongrong dalam batinnya. Membuat ia mengalihkan pemandangan, saat tawa itu sekarang bukan ditujukan untuknya.

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang