Bab 14

1.4K 184 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Bukan ingin menghindari atau tidak ingin menyapa kembali, tetapi ketidakpantasan diri, membuat sulit untuk mendekat lagi."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Sudah sejak satu minggu, Umma Fiya melihat ada kejanggalan pada putranya, dan hari ini, ia pun akan menanyakannya kenapa, sebab sang putra diam, dan tidak mengatakan apapun padanya, membuat Umma Fiya khawatir kalau Ibrahim masih bersedih atas pernikahan Briana.

"Abang," panggilnya sembari duduk disamping Ibrahim yang sedang mengetik di laptop.

Ibrahim tersenyum, lalu menutup laptopnya setelah menyimpan filenya.

"Kenapa Umma?"

Umma Fiya menggeleng, lantas merentangkan tangannya bermaksud agar sang putra memeluknya.

"Kenapa Nak? Cerita saja pada Umma, seminggu ini kamu terasa berbeda." Umma Fiya mengusap lembut pucuk kepala Ibrahim yang memeluknya manja.

Ibrahim menggeleng, ia merasa tidak perlu menceritakan masalah Azmiya pada sang Umma, sebab perempuan tersebut sudah menghindarinya sejak terakhir ia memberikan cokelat batang yang berujung tidak diterima oleh perempuan tersebut.

Ibrahim tidak tahu, apa yang membuat Azmiya seperti itu, padahal sebelumnya Azmiya sudah mulai terbuka dengannya. Apa mungkin ia berbuat salah padanya?

"Hei, Abang!"

Umma Fiya terkekeh menatap wajah terkejut putranya.

"Kenapa malah melamun Nak," ujarnya membuat Ibrahim menggeleng pelan.

"Mau Umma buatkan cokelat hangat?" tanya Umma Fiya disambut keterdiaman Ibrahim.

"Abang ... Mau enggak?"

"Ah iya Umma," ujarnya disambut gelengan kepala Umma Fiya. Lantas, wanita paruh baya tersebut berdiri dari duduknya, kemudian berlalu ke dapur, meninggalkan Ibrahim yang kembali termenung.

°•°

Langkah kaki Azmiya dengan pelan berjalan mengikuti arahan polisi di depannya setelah sampai di ruangan khusus untuk pengunjung luar.

"Silahkan duduk dulu Mbak, saya panggilkan Ayah Mbak," ujar seorang polisi disambut anggukan oleh Azmiya.

Beberapa menit kemudian, seorang lelaki paruh baya keluar dari sel penjara dengan seragam khasnya.

"Saya beri waktu tiga puluh menit," tutur sang polisi, kemudian berlalu meninggalkan Azmiya dengan lelaki paruh baya tersebut.

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang