Bab 22

1.7K 204 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Perasaan dalam hati memang sudah hilang sejak lama, bahkan saat patah hati dirasa, tetapi mendengar tangisnya, ada secuil rasa tidak tega dalam dada."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Ibrahim termenung seraya tetap lurus memandang taman di depan teras rumahnya. Tidak menghiraukan wanita hamil di samping duduknya.

"Kak Ibra, Ana--"

Ibrahim menoleh menatap Briana. "Katanlah."

Briana membasahi bibirnya terlebih dahulu, hatinya teramat sakit sebab kandasnya cinta pertama, karena kecerobohannya tidak bisa mengingat lelaki disampingnya.

"Ana minta maaf," tuturnya merasa bersalah, seraya menunduk, meremas tangannya.

Ibrahim menghela nafas berat. "Sudahlah, tidak perlu meminta maaf, kamu tidak salah Ana."

Ucapan dari Ibrahim, malah membuat tangis Briana pecah. Ia terisak pelan, seraya menunduk dalam. Bahunya bergetar membuat Ibrahim pun tidak tega.

"Mas Alvin selingkuh Kak ...."

Ibrahim mengepalkan tangannya, mendengar penjelasan Briana.

"D-dia menghamili wanita lain, bahkan disaat Ana sedang mengandung anaknya juga. A-ana--"

Tidak kuasa melihat tangis kesakitan Briana, ia pun dengan berani memeluk wanita tersebut, walaupun perasaan dalam hati memang sudah hilang sejak lama, bahkan saat patah hati dirasa, tetapi mendengar tangisnya, ada secuil rasa tidak tega dalam dada.

Briana semakin terisak keras, saat Ibrahim menenangkannya. Berusaha membuatnya kuat, sungguh ia merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan lelaki yang baik hati seperti Ibrahim.

"Sudah Ana, jangan menangis seperti ini, kamu sedang mengandung, pikirkan bayimu juga," tutur Ibrahim seraya melepas pelukannya.

Wajah sembab Briana lah yang menjadi pemandangan pertama netranya.

"Kak Ibra ...." lirih Briana membuat Ibrahim menatapnya.

"Kakak sudah menikah?"

Pertanyaan Briana membuat Ibrahim terdiam, ia menatap lekat wajah wanita di samping duduknya.

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang