Bab 20

1.8K 193 1
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kalau mengagumi sosoknya, lebih baik di doakan dalam sholat saja, sebab perasaan yang diutarakan secara blak-blakan, bisa menimbulkan kekecewaan bila tidak terlealisasikan."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Hari weekend, digunakan Ibrahim untuk berkumpul bersama keluarganya, yaitu di Pesantren Al-Ikhlas. Sejak pagi Ibrahim sudah bersama sang Umma di Pesantren, sebab Yesha sendiri sudah terlebih dahulu datang.

Bahkan, Opa Nizam pun sedari tadi sangat bahagia sejak awal kedatangan cucu pertamanya, siapa lagi kalau bukan Ibrahim.

"Sudah lama kamu tidak datang Nak, sibuk sama kantor toh?" tanya Opa Nizam sembari bermain catur dengan Ibrahim di ndalem.

Ibrahim mengambil gerakan pembuka Ruy Lopez dengan memindahkan pion di depan raja dua kotak ke depan. Lantas menjawab, "Iya Opa, di perusahaan lagi sedang pesat banget, apalagi Ibrahim juga menghandle perusahaan Uncle Mizan juga, walaupun dibantuin sama Noval sih."

Opa Nizam manggut-manggut, sembari menggerakkan kuda-kuda untuk memblokir pion di depan raja Ibrahim.

"Oiya Bra, sekarang kamu umur berapa?"

Ibrahim menyipitkan matanya menatap sang Opa, kalau sudah bertanya tentang umur, pasti akan merembet ke pernikahan. Huh, Ibrahim bahkan sudah hafal.

"Ah masa Opa lupa umur cucu pertama Opa sih, lucu sekali," gurau Ibrahim sembari meminum secangkir kopi susunya.

Opa Nizam tertawa pelan disela-sela wajah keriputnya. "Maklum lah Bra, Opa kan sudah tua, jadi suka lupa sama umur cucu-cucu Opa."

Ibrahim terkekeh seraya tersenyum miring ia akan menggunakan cara Rokade. Memindahkan Benteng dan Raja secara bersamaan, pada saat keduanya bertemu, ia menukar posisi kedua buah catur tersebut.

Tawa Ibrahim mengudara saat melihat tinggal beberapa buah catur yang dimiliki sang Opa, menimbulkan decakan malas pria tua tersebut.

"Baiklah, Opa sudah membaca mimik wajahmu, kamu akan menang lagi," tebaknya seraya mendengus pelan.

Ibrahim tersenyum misterius, dengan gesit ia memakan pion sang Opa di kotak f5, lantas ia pun menggerakkan ratu menyamping ke h5 dan menyergap raja lawan, lalu kemudian Ibrahim menggeser ratu diagonal ke samping, sehingga Skakmat! Sang Opa masuk ke dalam jebakan.

"Yeay! Ibra menang lagi!"

Opa Nizam menampilkan wajah kesalnya. "Kamu curang, Opa kan sudah tua, seharusnya kamu yang muda harus bisa mengalah saja."

Izinkan Aku Menghalalkanmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang