11. Dream "Home"

2.2K 223 17
                                    

••• happy reading •••


"Tadi masakan Aja aneh. Asin, terus manis, asem-asem gitu. Gak enak!" adu Kanza kepada Dewa saat keduanya telah rebahan di ranjang mereka.

Tangan Dewa yang sedari tadi mengusap rambut perempuan itu kini beralih mengusap perut istrinya itu dengan penuh perhatian.

"Udah aku bilang, kamunya ngeyel. Tapi gak sampe sakit perut, kan?" Tatapan khawatir sekaligus kesal Dewa berikan kepada Kanza.

Kanza tersenyum kecil, tangannya ia letakkan diatas tangan Dewa lalu ikut mengelus perutnya. "Enggak, cuma mual dikit tadi terus langsung di kasih teh anget sama Ratu," ucap Kanza.

"Aku nyusahin Aja disana. Tadi nyuruh dia ngambil mangga dari pohonnya langsung tapi enggak aku makan. Terus minta beliin bakso tapi malah tumpah sampe Aja harus beli lagi, terus enggak aku makan juga. Aja nangis gara-gara aku sama Ratu bikin dia pusing," cerita Kanza mengingat kejadian saat dia berada di rumah Raja dan Ratu tadi.

Dewa terkekeh pelan. "Kasian dong Aja-nya," kata Dewa seraya mencium punggung tangan Kanza yang berada di atas tangannya.

"Iya, tapi aku sama Ratu seneng liatnya," ucap Kanza dengan wajah tanpa dosanya.

"Aja nangisnya gimana?" tanya Dewa ingin tahu.

"Huhu, kalian bisa gak, sih, jangan bikin aku pusing? Kepala aku rasanya mau pecah dari tadi mondar-mandir kesana-kesini. Kalian bikin aku pusing." Kanza menirukan ucapan Raja diiringi dengan suara tangis yang ia buat mirip seperti Raja tadi.

Dewa tertawa keras sampai bahunya bergetar. Suara tawa Dewa seperti bapak-bapak saja, mmembuatbayi dalam perut Kanza menendang keras.

"Aduh ...," Kanza mengaduh saat bayinya menendang sangat keras. Memasuki usia lima bulan, bayi mereka memang aktif-aktifnya.

"Eh? Kaget, ya?" Dewa segera mengusap perut Kanza agar anaknya berhenti menendang perut istrinya itu. Karena anaknya tak kunjung berhenti menendang, Dewa menyikap piyama tidur Kanza sampai bawah dada hingga memperlihatkan perut besar Kanza.

"Yang di dalem lagi ngapain? Main bola?" tanya Dewa seolah bayinya bisa mendengar dan membalas ucapannya.

"Wawa sakit," cicit Kanza karena anak-anaknya terlalu keras menendang perutnya.

Dewa mencium perut istrinya itu, lalu diusapnya pelan. "Baby, gak boleh nakal. Masa Mamanya di bikin sakit? Papa marah, lho."

Kanza tersenyum kecil melihat interaksi Dewa dengan calon anak mereka. Menurut Kanza, Dewa adalah laki-laki terbaik yang pernah ia temui setelah Papanya. Bahkan, Dewa jauh lebih baik dari Kenzo.

"Wawa, jangan pernah berubah, ya?" ucap Kanza seraya mengelus kedua pipi Dewa dengan jarinya.

***

Keesokan harinya, Kanza dibawa oleh Dewa ke suatu tempat yang tidak Kanza ketahui. Mata Kanza juga ditutup dengan kain hitam. Selama di perjalanan, Kanza bertanya kepada suaminya itu namun Dewa tidak menjawabnya sama sekali.

KANZADEWA [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang