26. Disservise

1.4K 137 33
                                    

kalau ga mau vote/komen setelah baca, silakan pergi. ga butuh hantu.

»»-- happy reading --««

"Terus gimana, Om? Bukannya renggang mereka malah makin lengket," ujar Akbar kepada Wijaya yang kini tengah memikirkan rencana selanjutnya.

Akbar benar. Kanza dan Dewa sangat sulit di pisahkan. Begitu banyak masalah yang mereka ciptakan dalam dua minggu terakhir ini namun pasutri itu makin lengket saja. Dan minggu depan akan menjadi hari anniversary ke-1 tahun pernikahan kedua pasangan itu.

"Kita bunuh aja Dewa," celetuk Wijaya dengan santainya.

Mata Akbar membulat mendengar saran dari pria itu. Lalu cowok itu menggelengkan kepalanya. "Enggak deh, Om. Kalau itu aku gak mau. Terlalu beresiko," ujar Akbar.

"Enggak juga," balas Wijaya. "Toh ayahnya juga begitu," ucap Wijaya dengan makna ganda.

"Maksud Om?" Kening Akbar mengernyit pertanda ia tidak paham.

"Derta mati di tangan saya."

Prang!

Wijaya dan Akbar sontak menatap ke arah pintu di mana si pelaku yang menjatuhkan vas bunga berada. Tari berdiri di sana dengan tatapan terlukanya.

"J-jadi ... D-Derta meninggal bukan karena kecelakaan?" Tari menggelengkan kepalanya, tidak percaya akan tindakan gila Wijaya selama ini.

Wijaya pias, wajahnya pucat pasi seketika. "Tari, enggak! Ini gak seperti yang kamu pikirin! Aku salah ngomong tadi." Wijaya segera mendekati wanita itu agar istrinya tidak berpikir macam-macam.

Tari mundur dan memberi isyarat jika dia tidak mau di sentuh pria itu. "Cukup, Wijaya! Aku harusnya tau kalau kamu itu laki-laki jahat dan terbrengsek yang pernah aku kenal! Harusnya aku gak pernah percaya sama laki-laki bajingan kayak kamu!"

"Tari-"

"Aku mau kita pisah!"

»»--⍟--««

Di tempat lain, Dewa menghampiri makam Kenzo sembari membawakan buket bunga dan di letakkan di samping nisan mendiang sahabatnya itu.

"Ken, gak kerasa bentar lagi anniversary gue sama Kanza yang pertama, dan tepat menjadi hari satu tahun kepergian lo. Gimana di sana? Lo udah bahagia, kan?"

"Anak-anak mirip banget sama lo," ucap Dewa kemudian menyeka air mata di sudut matanya.

"Gue egois ya sembunyiin semuanya sama Papa Egro dan Mama Feli? Maaf, ya. Gue mau tetep egois untuk itu, Ken. Lo gak marah, kan?"

"Wa!" Dewa tersentak kaget mana kala sebuah tangan kecil menepuk pundaknya.

"Cie, ke sini juga Bang Pawa," cetus Deo dengan cengiran khasnya. Gemilang yang ada di gedongan cowok itu lantas memberontak dan merentangkan tangannya, meminta di gendong oleh Dewa.

Ternyata, di belakangnya sudah ada banyak sekali orang. Mereka adalah anak-anak mantan Flaster. Tidak semuanya datang, namun mampu membuat tempat pemakaman menjadi ramai.

KANZADEWA [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang