20. Sorry

1.5K 146 36
                                    

sider semoga pantatnya jadi kelap-kelip💋

» happy reading «

Dewa mengucek matanya yang mulai berair saat kantuk menyerang. Namun dia belum bisa tidur sebab kedua putrinya juga belum terlelap. Laki-laki itu kini memilih berbaring di tengah-tengah Remora dan Samara.

Sudah dua hari Kanza pergi, dan sampai sekarang tak menampakkan batang hidungnya. Jangankan pulang, memberinya kabar pun tidak. Pesan yang ia kirimkan sejak kemarin malam pun tak kunjung mendapat balasan.

Beruntung stok ASI masih ada di lemari pendingin, jadi anak-anak aman meskipun di tinggal mamanya keluyuran.

Saat matanya mulai terpejam, suara tangis Remora membuatnya langsung membuka mata. Laki-laki itu meraih tubuh Remora untuk di tenangkan. Matanya melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul satu malam.

"Kenapa belum tidur, Sayang?" Dewa mengusap kepala Remora dan menciumnya berkali-kali berharap putri kecilnya itu segera tertidur.

Seolah iri, Samara ikutan menangis agar ikut di gendong. Dewa menghela napas, lalu memejamkan matanya sejenak sebelum duduk bersandar di atas ranjang sembari menggendong kedua buah hatinya.

"Sayang, tidur, ya? Mora sama Amara harus bobok," ucap Dewa mencium puncak kepala kedua putrinya bergantian.

Tepat saat mata Remora dan Samara tertutup, pintu kamar terbuka dan nampaklah sosok Kanza yang sudah dua hari ini tidak pulang.

Dewa meletakkan si kembar di ranjang bayi, lalu melirik Kanza sekilas. "Enak liburan sama temen-temen?" tanya Dewa seraya berbaring dengan tangan yang di letakkan di atas keningnya.

"Kamu marah?" tanya Kanza lalu mendekati suaminya itu.

Saat Kanza duduk di dekatnya, Dewa membuka mata. "Bersih-bersih dulu, takutnya ada kuman yang nempel," titahnya.

Kanza menurut, dia meletakkan koper dan tasnya begitu saja lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak lama setelah itu, ponsel Kanza yang berada di dalam tas perempuan itu berbunyi membuat Dewa mengambil benda itu dan mengeceknya.

Senyum miris terpatri di bibirnya kala melihat jika pesan itu datang dari sosok laki-laki yang berstatus teman Kanza. Kalau Dewa tidak salah, cowok itu adalah orang yang sama yang beberapa bulan lalu secara terang-terangan menggoda Kanza saat perempuan itu reuni bersama teman-temannya. Cowok itu, Akbar. Akbar Pangestu.

Menghela napas, Dewa meletakkan lagi ponsel istrinya di tempat semula. Dirinya bangkit meraih bantal dan selimut di lemari lalu di bawa menuju sofa. Dia akan tidur di sana malam ini.

Rasa asing singgah di dadanya saat melihat tingkah Kanza beberapa hari terakhir. Dewa mengerti, dia mengerti jika Kanza rindu masa-masa kebebasannya. Tapi, meninggalkan suami dan anak-anak yang masih kecil ... Dewa rasa Kanza cukup dewasa untuk mengerti itu semua.

Namun Dewa tetap mendiamkannya. Ia tidak mau bertengkar yang nantinya akan berpengaruh pada anak-anaknya yang masih sangat belia.

***

Dewa membuka matanya saat sinar matahari pagi mengusik tidurnya. Tangannya spontan mengeratkan pelukannya saat baru sadar jika Kanza tertidur di sampingnya.

Menatap wajah perempuan itu, rasanya Dewa ingin marah dan meluapkan segala emosi yang ada di dalam dirinya. Namun saat melihat mata indah itu terpejam, Dewa rasa dia tidak mampu melakukannya.

Kanza adalah istrinya. Bagaimanapun juga perempuan itu adalah sumber kebahagiannya. Mana mungkin Dewa bisa memarahi perempuan berstatus istrinya itu.

KANZADEWA [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang