08. Perfect Husband

2.3K 230 30
                                    

» happy reading «


"Enggak mau! Pokoknya harus sekarang!" kata Kanza tidak mau tahu.

Dewa mengacak rambutnya frustasi, masalahnya dia harus mencari penjual rujak dimana pada jam dua belas malam seperti ini?

"Aku buatin aja gimana?" tawar Dewa.

Kanza menghentakkan kakinya tidak tentu arah membuat kasur berdecit pelan. "Enggak mau!" bantah Kanza yang sudah bersiap menangis.

"Jam segini suka ada setan loh, Za," ujar Dewa menakut-nakuti supaya Kanza mau menundanya setidaknya tunggu sampai besok pagi.

Tangis Kanza seketika pecah. "Wawa enggak sayang sama Zaza! Wawa jahat!" teriak Kanza menangis meraung-raung.

Dewa membungkam bibir Kanza dengan bibirnya, tangannya memegang kedua tangan Kanza agar tidak berontak sedangkan satu tangannya dia gunakan untuk menekan tengkuk Kanza memperdalam ciumannya.

Dewa melepaskan ciumannya saat dirasa Kanza sudah kehabisan napas. Melihat Kanza ingin menangis lagi, Dewa mendekatkan bibirnya lagi.

"Iya enggak nangis." Kanza menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar Dewa tidak menciumnya lagi.

Dewa menegakkan tubuhnya, memakai hoodie hitamnya lalu menyambar kunci mobil bersiap untuk mencari rujak yang Kanza inginkan.

"Ikut ...," rengek Kanza.

Dewa menghembuskan napas lelah. "Za, diluar dingin. Kamu disini aja, jangan bandel. Nanti kenapa-kenapa gimana?"

Kanza melengkungkan bibirnya kebawah. "Kan ada kamu. Aku kalau sama kamu pasti aman, kok! Ikut, ya! Ya, ya, ya!"

Dewa hanya mengangguk singkat lalu memakaikan jaket tebal berbulu pada Kanza agar perempuan itu merasa hangat.

Setelahnya mereka segera mencari apa yang Kanza mau.

***

Percayakah kalian Dewa sampai mencari rujak pesanan Kanza sampai pukul empat subuh?

Kanza sudah Dewa bawa pulang ke apartement karena sudah tertidur setelah lelah merengek ingin rujak kepada Dewa. Dewa tetap mencarinya hingga pukul empat subuh. Setelah tidak dapat, Dewa pulang.

Dan sekarang sudah pukul enam pagi, Dewa akan mencari lagi sebelum Kanza terbangun. Tepat pukul tujuh, Dewa baru mendapatkan rujak yang Kanza inginkan.


Dewa segera meletakkan rujak yang tadi ia beli dan membawanya ke kamar.

"Kanza?" panggil Dewa saat melihat ranjang sudah kosong.

"Aku lagi sikat gigi!" teriak Kanza dari kamar mandi. Setelah selesai dia segera keluar dan melihat bahwa Dewa sudah berbaring dengan posisi tengkurap di atas ranjang.

"Itu rujak yang kamu mau, aku mau tidur dulu. Ngantuk," ucap Dewa menunjuk piring yang terletak di meja dekat sofa.

Kanza menggigit bibir bawahnya, lalu dengan pelan berucap. "Aku gak mau rujak lagi, maunya nasi goreng buatan kamu," ucapnya sepelan mungkin.

Dewa yang mendengar bahwa Kanza tidak ingin rujak dan malah meminta hal lain pun berusaha untuk tidak menampar Kanza sekarang juga, atau lebih parahnya menghajar wajah perempuan itu. Dewa menghirup napas pelan lalu mengeluarkannya. Sabar. Menyakiti perempuan tidak pernah ada dalam list hidup Dewa.

Kanza masih berdiri di depan pintu kamar mandi dengan kepala tertunduk. Dia tahu pasti Dewa sangat lelah, tapi anaknya sangat ingin itu sekarang. Iya, sekarang juga!

"Wawa ...," panggil Kanza pelan.

Dewa bangkit lalu memasuki kamar mandi untuk sekedar cuci muka agar kantuknya segera hilang. Bayangkan, semalam dia hanya tidur kurang lebih empat jam dan sekarang ... sudahlah.

Kanza mengikuti langkah Dewa menuju dapur, tangannya menarik-narik ujung hoodie yang masih Dewa kenakan semalam.

"Wawa marah sama Zaza?" tanya Kanza pelan dengan tangan yang terus menarik ujung hoodie Dewa sampai membuat lelaki itu hampir tercekik.

Kanza sedang dalam mode childish sekarang ini.

"Enggak, Za," balas Dewa singkat. Jika saja yang ada di belakangnya ini bukan perempuan bahkan bukan istrinya, sudah Dewa tendang karena menganggu waktu tidurnya.

"Tapi ngedumel terus!" kata Kanza yang langsung memeluk Dewa dari belakang dan menempelkan kepalanya di punggung tegap Dewa.

"Enggak, Sayang. Wawa nggak marah sama Zaza," ucap Dewa yang sibuk meracik bumbu nasi goreng.

Kini giliran tali hoodie lelaki itu yang di tarik-tarik oleh Kanza.

"Za, kecekik!" ujar Dewa mencoba menghentikan kegiatan Kanza.

Kanza berhenti menarik tali itu, tapi kini malah boxer Dewa yang jadi sasarannya. Tangan Kanza menarik lalu melepaskan boxer itu hingga menimbulkan bunyi pertemuan antara si boxer dan kulit pinggang Dewa.

"Za, ntar ada yang bangun," ucap Dewa ambigu.

Bagaimana tidak? Tangan Kanza kini malah berteger di dekat selangkangan Dewa bikin si adik ketar-ketir di dalam sana.

"Wawa kenapa enggak pernah marah sama aku padahal aku bandel?" tanya Kanza menjauhkan tangannya dari sana lalu kembali memegang tali hoodie Dewa, tapi kali ini hanya memegangnya saja, tidak di tarik-tarik seperti tadi.

"Karena aku gak mau bikin kamu sedih," jawab Dewa apa adanya.

"Ken dulu suka bentak aku kalau aku bandel. Terus suka nampar aku kalau aku enggak nurut sama dia," ujar Kanza membeberkan masa lalunya pada sang suami.

Dewa tidak terkejut lagi mendengarnya. Ia bahkan pernah menyaksikan sendiri bagaimana Kenzo berlaku kasar pada Kanza maupun pacar-pacarnya yang lain. Sikapnya berbanding terbalik dengan Dewa.

Kalau kata Raja, Kenzo itu cowok redflag sedangkan Dewa forest.

"Kamu mau aku gitu juga?" tanya Dewa, bercanda. Mana mungkin dia seperti itu, bisa-bisa jatuh harga dirinya sebagai laki-laki kalau menyakiti seorang perempuan.


"Nggak mau!" ucap Kanza dengan cepat.


» thanks for reading «

jangan lupa masukin perpus, baca, vote, follow dan tinggalin komen eaa💋

KANZADEWA [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang