What Kind of Future : 21

86 12 1
                                    

"Kau sudah menelepon kantornya?"

Suara sarat kemurkahan menggema di setiap sudut ruangan yang kini diisi oleh dua entitas. Di mana salah satu dari mereka kini menunduk takut dengan tangan yang saling bertaut. Sang tua yang kini diselimuti amarah di hadapannya tak bisa ia tatap kendati seperti biasa—kemarahan pria tertua di keluarga Kim merupakan hal yang ditakuti oleh semua anggota keluarga. Termasuk wanita Kang yang merupakan menantu kesayangan Kim Taebin.

"Iya, Ayah. Namun, asistennya mengatakan bahwa Taehyung meninggalkan kantor pagi-pagi sekali. Bahkan kontrak kerja yang harus ia tanda tangani belum disentuh sama sekali," ungkap wanita Kang terlihat takut-takut.

Terlihat belum tentu fakta. Pasalnya dalam hati wanita itu justru tersenyum senang kendati ia berhasil membuat percikan api di hati sang mertua semakin membarah. Ia muak dengan tingkah Kim Taehyung. Rasanya cintanya dipermainkan. Kesabarannya selama bertahun-tahun diremehkan pun sakit yang ia pendam seolah dihiraukan. Maka Kang Yoora tak bisa menerima perlakuan itu.

Cinta tak terbalasnya harus dibayar dengan membuat pemuda itu menderita dan memohon di kakinya. Meski harus memperalat sang mertua dan menciptakan keregangan dia antara keduanya.

"Sudah sepekan ia juga tak menginap di rumah, Ayah. Semalaman ia hanya pulang untuk mengambil buku-buku sastranya dan kembali ke kantor lagi. Namun, sekarang ia hilang entah ke mana." Yoora selesai mematik. Di sela kepalanya yang menunduk, ia sematkan senyum kendati kini Kim Taebin beranjak dari duduknya dan melenggang keluar dengan langkah berapi-api.

Ia tak perlu melakukan apa-apa lagi, hanya perlu duduk sembari menggoyangkan kaki, menunggu sebuah pertunjukan.

--oOo--

Bruk!

Suara gaduh yang berasal dari pintu yang dibuka kasar memecah hening ruangan tanpa penghuni itu. Tungkai pria tua itu berayun mengambil langkah besar ke arah meja yang masih penuh dengan tumpukan buku dan kertas. Gelap mata, Kim Taebin tak peduli lagi dengan keadaan buku yang ia lempar ke sembarang arah. Barang-barang yang tadinya diletakan di atas meja, ia obrak-abrik untuk mencari setidaknya petunjuk ke mana gerangan perginya putra tertua keluarga Kim yang tiba-tiba menghilang.

Lembaran-lembaran kertas yang berisi kalimat dan diksi-diksi yang menjijikan di matanya tak memberinya jawaban. Maka setiap laci yang ada ia buka dan terhenti pada laci paling bawah. Sebuah kotak menarik perhatiannya hingga membuat dengan langcang ia buka benda tersebut. Amplop-ampol berisi surat itu ia buka satu per satu isinya dengan terburu-buru.

"Anak tak berguna!"

Suara itu beriringan dengan surat-surat yang ia koyak dengan emosi meletup-letup. Kim Taebin kini mengetahui dan mengerti alasan di balik kelangcangan putranya akhir-akhir ini.

Menurutnya, Kim Taehyung telah terjerat dan tergoda oleh pengaruh dunia yang membuat dosa membelenggunya.

--oOo--

Langit malam yang kala itu cukup terang menatap lekat pada sosok yang sempoyongan menyeret langkah. Tungkai yang mengayun menapaki tanah sungguh terlihat lelah. Pun kepala yang senantiasa tertunduk tak menapik rasa takutnya pada dunia yang begitu kejam. Dunia yang seakan memang sengaja melimpahkan segala sisi menyedihkan pada dirinya

Ini bukan perihal ia yang sedang patah hati. Namun, ini perihal anak muda yang kesepian dan hampa hatinya. Manusia mungkin bisa hidup dalam beberapa detik tanpa napas, tetapi sedetikpun tanpa harapan manusia tak akan mampu.

What Kind of Future √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang