PAGE TWO : "The Most Beautiful Sin and Pain"

193 31 48
                                    

Play now :
(Only My Heart Knows - Sohyang)

"Harusnya diriku mengerti, mengapa tatapnya begitu senduh kala bertemu serta mengapa rupanya menyedih kala kuperlihatkan sebuah rasa. "

--oOo--

Langit pagi itu begitu cerah seakan memang sedang mengucapkan selamat tinggal dengan baik. Gumpalan-gumpalan awan yang telah kembali menemani matahari, bergerak begitu lambat---indah dipandangi. Udara sejuk Busan dihirup kuat-kuat mencoba menyimpan kenangan kota itu dalam sanubari kendati mungkin saja suasana itu tak akan ditemui lagi di Seoul nantinya.

Silik berganti, beberapa entitas telah terlihat berkeliaran di tempat tunggu stasiun kereta Busan. Di antaranya ada mereka, anggota Vantae yang telah siap untuk kembali ke ibu kota selepas petualangan mereka di berbagai kota. Sejujurnya masih terselip sedih di wajah-wajah mereka mengingat keberhasilan pementasan tempo hari menjadi penanda bahwa mereka benar-benar akan menempuh perjalanan masing-masing. Tak ada lagi Vantae yang telah berdiri dua tahun lalu. Ikatan kekeluargaan yang terbentuk tentunya akan sulit untuk dilepaskan begitu saja.

Namun, mereka bukanlah anak-anak lagi yang akan menangisi perpisahan itu. Wajah itu mereka paksakan tersenyum sembari menggenggam tangan. Meyakinkan bahwa jika dikehendaki oleh Sang Pencipta, mereka akan berjumpa lagi di masa depan.

Terhitung sudah hampir setengah jam mereka duduk di sana dengan gelisah lantaran sosok termuda Vantae belum menampakan wujudnya. Dengan beralasan hendak membeli sesuatu terlebih dahulu, anggota memilih berangkat terlebih dahulu dan setuju akan bertemu di stasiun. Akan tetapi, ternyata keputusan itu bukan keputusan yang tepat kendati Shin Aleeya bisa saja tersesat mengingat gadis itu baru pertama kali menginjak kota Busan.

"Haruskah kujemput dia?"

Woosik yang telah bersetelan biru rapi bersuara pada akhirnya sontak mengalihkan perhatian kawan-kawannya. Usulan itu lantas langsung disetujui mengingat jadwal pemberakatan kereta mereka memeng sudah sangat dekat.

Woosik bergegas tak lama seusai mendapat persetujuan. Namun, sebelum terlalu jauh melangkah, ia terhenti dengan kemunculan sesosok figur yang berlarian menenteng koper sembari melambai ke arah mereka.

"Maafkan aku karena terlambat," ucap Shin Aleeya di sela napas terengah tak lama seusai sampai pada rombongan.

Para anggota serentak menghela napas lega atas kemunculan wanita bergaun hitam dengan surai dijepit bagian atas menggunakan pita merah itu. Berbeda dengan Taehyung yang sejak tadi terdiam. Siapa sangkah, kemunculan Aleeya justru memancing kebimbangan serta kerutan pada keningnya. Bahkan ia kini sulit mengalihkan pandangannya dari gadis itu.

Tidak ada yang berbeda pada si Shin pagi itu, kecuali sebuah kain berwarna merah darah yang melingkar pada leher cantiknya hampir membentuk sebuah pita---menambah manisnya setelan yang digunakannya.

Kain merah itu adalah sebuah syal yang mana membuat si pria Kim lantas mengingat lagi percakapan semalam bersama Aleeya di pasar. Tatkala si Shin mengungkapkan ketidaksukaannya pada gaya berpakaian itu sedangkan dirinya mengungkapkan bahwa ia menyukai hal tersebut. Lantas atas dasar apa Aleeya menggunakan hal yang tidak disukai oleh dirinya sendiri pagi itu? Si Shin justru mengenakan hal yang disukai oleh Taehyung.

Tentunya Taehyung telah cukup dewasa untuk mengerti bahwa gadis itu sedang mencari perhatiannya.

Aleeya yang mulanya sibuk berbincang perihal gaya barunya bersama anggota lain tak sengaja menemuka iris yang menatapnya aneh. Lantas kedua pasang binar itu bertemu, tetapi binar dari sang pria berubah mendingin. Bahkan kini presensi dengan kemeja putih dan rompi abu-abu itu telah membalikan tubuhnya tanpa sepata-kata untuk masuk ke dalam kereta lebih dahulu. Meninggalkan si Shin yang seakan bertanya pada hatinya, apa yang salah pada pria bunga layu pagi itu.

What Kind of Future √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang