What Kind of Future : 0.3

371 117 90
                                    

5 Desember 1970

Denting piano telah terhenti menandakan lagu yang telah sampai di penghujung. Waktu yang seakan disedot hingga berjalan begitu kilat membuat suasana canggung yang mulanya hadir di antara mereka meredup sendirinya. Terhitung satu bulan sudah hampir habis selepas Vantae Studio kedatangan anggota baru yang membawa aura positif.

Suasana latihan yang biasanya sangat membosankan dan menegangkan menjadi hal yang selalu mereka rindukan ketika pulang ke kediaman masing-masing. Menjadi anggota termuda dengan dikelilingi oleh anggota-anggota yang sangat dewasa seakan mengembalikan suasana rumah bagi wanita Shin yang hampir lupa arti sebuah keluarga. Enam tahun berjalan tertatih sendirian selepas kepergian orang tua yang begitu memilukan menjadi alasan kegirangan Shin Aleeya terhadap perhatian kecil dari anggota Vantae.

Tuhan memanglah selalu adil dalam keputusan. Berangkali langkah inilah yang akan menjadi pijakan bagi wanita Shin menemukan kedamaian serta ketentraman hati yang hilang cukup lama. Di mana kini senyum tak luput dari wajah berparas cantik itu. Menertawakan tingkah-tingkah lucu dari anggota Vantae di sela kesibukan latihan.

"Eonni .... " Suara itu berasal dari ceruk bibir wanita itu. Dari wanita yang kini duduk sembari memandangi wujud indah yang benar-benar membuat matanya tak bisa beralih beberapa hari belakangan ini. Padahal presensi yang sedang ia ajak bicara ada tepat di sampingnya. "Drama ini tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Bagaimana kalian mengatasi hal itu?"

Netra hitamnya kini bergulir menatap presensi di sampingnya, meninggalkan sejenak pemandangan menawan yang selalu ia curi-curi.

Sosok berbalut rok merah gelap dengan surai yang agak bergelombang indah layaknya ombak yang menggulung di pantai, itulah yang kini didapati oleh netranya. Entitas yang merupakan satu-satunya anggota wanita Vantae, selain Aleeya. Di mana memiliki peran sebagai pemeran pembantu wanita dalam pementasan mereka.

Menikmati waktu istrirahat, kedua wanita itu kini sedang terduduk di samping piano sementara para pria sibuk saling melempar candaan yang sesekali mengundang tawa si wanita.

Lee Siyeon mengendikan bahu kala menemukan netra Aleeya yang menatapnya. Dagunya terangkat mengarah pada sosok bertubuh tinggi tak jauh dari mereka. "Tentu saja dana itu dari Taehyung. Ia mengurus semua pengeluaran Vantae dengan sangat baik."

Aleeya kembali pada pemandangan kesukaannya sekarang. Di mana pria itu kini sedang berdiri bersandar di depan jendela dengan tangan yang bersidekap. Sudut bibirnya terangkat samar menatap ke arah kawan-kawannya yang berkumpul tak jauh.

Terdengar berlebihan jika Aleeya mengungkapkan lagi dan lagi betapa kagumnya ia akan sosok itu. Ketenangan serta keramahannya seakan menjadi rumah paling nyaman bagi orang terdekatnya—yang sayang itu bukan dirinya. Pasalnya, Kim Taehyung berlaku sama pada setiap orang. Ia tak pernah memperlakukan anggota Vantae dengan berbeda dan itu membuatnya sedikit kecewa.

Sepersekon kemudian, Aleeya mengalihkan pandanganya secepat kilat. Menjatuhkan tatapannya pada ubin lantai yang mengilat kala jantungnya merontah di balik dada. Ia merasa seperti sedang melakukan kesalahan besar saat ia tertangkap oleh netra itu. Untungnya teguran dari Siyeon seakan menjadi dewi penyelemat baginya kendati ia bisa menoleh dengan cepat pada wanita itu untuk menghindari tatapan Taehyung yang gantian tak luput menangkap wanita Shin.

Selalu saja seperti itu. Selama sebulan ini, mereka selalu saja saling memandang dalam diam. Tak menyadari sebuah ketertarikan pada diri masing-masing. Di mana keduanya dibelenggu oleh rasa penasaran yang terhambat akan rasa segan pada diri mereka. Tak bisa menapik kecanggungan yang hadir kerap kali saat mereka saling berpandangan hingga akhirnya setiap berdekatan mereka putuskan untuk berjalan beriringan agar dua pasang netra mereka tak menciptakan suasana yang kaku.

What Kind of Future √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang