What Kind of Future : 25

92 12 1
                                    

Langit masih menggelap kala sepasang tungkai berbalut celana pendek sepaha itu menyusuri dapur kecil rumah sewanya. Kedua netra miliknya masih setengah mengantuk, tetapi ia paksakan untuk terjaga usai ia menyadari bahwanya sisi dari tempat tidurnya telah kosong. Tubuh yang biasanya ia dekap hingga fajar menyambut, entah di mana presensinya di pagi buta pekan awal bulan Agustus itu.

Pria Kim berakhir di halaman belakang rumah. Sebuah kebun kecil yang asri tempat wanitanya menanam beberapa sayuran dan juga menggantung jemuran. Kehidupan yang amat sederhana itu ternyata hidup yang selama ini dicari Kim Taehyung. Hidup dengan seorang gadis cantik yang tersenyum begitu tulus padanya setiap pagi.

Namun, kala ini terselip tanya dalam kepala si pria bunga layu mendapati si cantik yang masih bergaun tidur tengah mengepak-epakan beberapa helai pakaian basah---yang kemudian digantung dengan rapi pada tali. Surai yang semakin lama semakin memajang dikuncir seadanya hingga beberapa anak rambut dengan nakal keluar dari ikatan karet. Tak biasanya Aleeya terbangun sepagi ini.

Niatnya, ia akan membiarkan Aleeya menyelesaikan pekerjaannya barulah ia menanyakan apa gerangan yang membuat kekasihnya bangun begitu dini dari biasanya. Namun, kejadian yang sedikit menggelitik perut membuat ia buru-buru mendekat. Kepala wanita Shin ia usap beberapa kali selepas terbetur pada tiang jemuran saat hendak memungut pakaian yang terlepas dari jepitan.

Tentunya, kehadiran tangan yang tiba-tiba menyentuh kepalanya membuat Aleeya heran. Mempertanyakan mengapa pria Kim bisa ada di sana sepagi ini?

"Kau ini. Hati-hati," ucap Taehyung diselingi tawa kecil. Masih mengusap puncak kepala wanita terkasihnya sembari mengambil alih ember yang kini hanya berisi air dari tangan Aleeya. "Biarkan aku yang membuang airnya."

Tak ada sahutan dari si lawan bicara. Bahkan hingga Taehyung telah kembali sembari menenteng ember, wanita Shin masih berdiri di tempat semula. Pun sepasang maniknya yang menatap ke arah yang sama; yakni pria Kim.

Pemandangan itu tak anyal mencubit hati pria bunga layu. Lantaran dirinya menyadari bahwa sudah berlalu beberapa hari sikap kekasihnya itu sedikit berbeda. Bicaranya berkurang, wajahnya pun sesekali begitu risau, sementara jarak semakin tercipta. Gelisah Taehyung dibuatnya kendati ia tahu pasti sesuatu telah mengusik pujaan hatinya.

Lantas ia mendekat untuk menyusupkan jemarinya di antara helai surai wanita Shin. Mengusap begitu pelan pipi sang kekasih sembari menyuarakan namanya amat lirih. "Aleeya-ya, engkau baik-baik saja?"

Lagi-lagi Shin Aleeya senyap. Bukannya memberikan penjelasan pada pria yang kini merisaukan dirinya, tangannya justru terulur pada kedua sisi kepala Taehyung, kemudian dipeluknya tubuh tinggi itu dengan manja. Napasnya teramat berat menandakan gadis itu menahan sesuatu yang menyesakkan.

"Aleeya ...."

"Aku termat letih," bisik Aleeya pelan di antara pelukan eratnya. Siapa sangkah, kalimat itulah yang terlontar terlebih dahulu dari bibirnya setelah bungkam cukup lama. "Bisakah kita selesaikan sekarang?"

Waktu bergulir cepat di luar kesadaran kedua muda itu, sang surya mengintip di ufuk; menyaksikan bagaimana kebingungan yang semakin menderah si pria bunga layu usai mendengar pengakuan dari sang kekasih. Untuk sejenak, ia mempertahankan diamnya sembari mencoba memahami makna di balik ungkapan wanitanya.

Bahkan kala pelukan mereka terlepas hingga wajah cantik kasihnya kini tampak di hadapannya, ia masih menunggu---sebuah penjelasan atas apa yang mengguncang hatinya.

Terdengar embusan napas dari bibir si wanita. Pun jemari besar Taehyung digenggamnya sebelum ia suarakan alasan dari kerisauannya beberapa hari panjang ini. "Aku memikirkannya setiap petang. Berusaha menghindar darimu agar aku berhenti memikirkannya. Namun, aku tidak bisa, Taehyung. Hatiku amat hancur mendengar kabar pilu yang dibawa Yoora," ucapnya meragu.

What Kind of Future √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang