What Kind of Future : 0.7

230 55 76
                                    

30 Desember 1970
(Perjalanan dari Seoul ke Dejeon, kota kedua)

Gerakan bergelombang yang disebabkan oleh angit tampak begitu indah dipandang. Berpadu dengan hamparan langit biru yang dihiasi kabut-kabut putih. Daratan-daratan kecil yang terlihat bergerak begitu indah hingga rasanya ada niat hati untuk singgah di sana meski sejenak kendati mungkin saja itu merupakan kesempatan terakhir.

Langkah besar telah ia ambil. Menuruti godaan jiwa mudanya untuk berkelana mencari pengalaman baru serta berjumpa dengan orang-orang baru. Mengenali sesuatu yang tak ia dapatkan di tempat asalnya.

"Akhirnya aku meninggalkan Seoul setelah sekian lama."

Ia menoleh melihat beberapa orang yang berlalu-lalang---yang mungkin memiliki tujuan yang sama dengan dirinya, yakni menikmati perjalanan singkat mereka di atas laut. Kapal feri besar yang membawa begitu banyak penumpang telah berangkat sejak lima jam yang lalu, tentunya para awak kapal membutuhkan sesuatu yang dapat mengusir rasa suntuknya.

Puas menilik wajah-wajah baru yang ia temui di perjalanan laut itu, kini wanita berbalut gaun sepanjang bawah lutut itu menoleh ke samping. Pada presensi tinggi yang menemaninya sejak tadi, tetapi tak kunjung bersuara.

Jemari kecil Aleeya meraih pagar pembatas kapal dan menunpuhkan kedua sikunya di sana. Tanpa jeda, ia kembali tenggelam dalam pesona pria yang sungguh menawan di luar batas wajar itu. Buktinya, bahkan kala angin yang ribut menggoyangkan surainya hingga berantakan---sedetik pun, Kim Taehyung tak kehilangan paras tampannya. Ditambah lagi pancaran sinar matahari pagi membuat keelokan si Kim berlipat dalam jarak sedekat itu.

"Kim Taehyung-nim," pada akhirnya, Aleeya memilih memulai percakapan di antara dirinya dan si pria Kim lantaran sedikit aneh menurutnya jika mereka berdiri di sana selama beberapa menit dalam keadaan diam, "berapa lama lagi kita sampai?"

Sempat menoleh sejenak, kini Taehyung menunduk menatap arlojinya untuk memastikan jawaban yang akan ia lontarkan. "Sebentar lagi. Kau bosan?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku gugup."

Terdengar kekehan samar dari kedua belah bibir tebal pria Kim. Senyum khas yang berbentuk kotak muncul sebelum ia kembali menatap ke depan pada hamparan laut. Rambut depan yang biasanya menutupi sebagian dahi itu kembali bergoyang bersama angin.

"Aku tak bisa memikirkan akan menemukan penyanyi dan pelakon sebaik dirimu untuk drama musikalku. Aku tak mengerti mengapa masih ada rasa gugup dalam benakmu."

Tepat setelah ungkapan begitu tak terduga dari si pria bunga layu. Aleeya merasa semua kerisauannya menguap bersama angin. Kerutan senyum muncul di wajahnya yang tertutupi beberapa helai rambutnya bersamaan dengan letupan kupu-kupu dalam dadanya.

Siapapun yang melihat kedekatan keduanya pastilah akan mengatakan ada keserasian di antara keduanya. Memiliki pikiran yang dewasa, tenang, muda, dan rupawan---semua itu dimiliki oleh keduanya. Seakan memang diciptakan sebagai pasangan yang akan dipertemukan dalam takdir yang manis. Pun keduanya sama-sama memperlihatkan ketertarikan satu sama lain.

Taehyung memang dikenal budiman dan peduli pada semua anggotanya, tetapi untuk wanita satu ini, sedikit berbeda. Bahkan selama perjalanan mereka menuju kota tempat tur mereka, sebagian waktunya dihabiskan bersama Shin Aleeya. Baik itu hanya sekedar memandangi lautan bersama atau berjalan beriringan.

What Kind of Future √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang