What Kind of Future : 0.4

332 107 98
                                    

Bumi barangkali sedang dalam keadaan bersedih sekarang ini. Membuat manusia yang menghuninya ikut meratap kendati rintik hujan sudah menyapa sejak subuh hingga sekarang, di mana jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tak sedikit dari orang-orang harus menerobos angin agar tetap dapat melakukan aktivitas seperti biasa kendati tak ada tanda-tanda sang hujan akan mereda, sementara waktu terus berjalan tanpa dapat menunggu.

Hal tersebutlah yang dilakukan para entitas yang tengah gelisah itu. Rerintik hujan di luar menjadi hujaman keras sementara mereka masih menunggu seseorang sejak pagi tadi. Latihan pementasan tak bisa dilaksanakan oleh Vantae kendati beberapa dari mereka masih terjebak hujan.

Di sudut ruangan kini sesosok tengah terduduk bosan sembari merebahkan kepalanya di atas meja yang berserakan buku lirik dan naskah drama. Netranya tak luput mengawasi pintu berharap benda itu akan terbuka dan menampilkan figur yang sudah ia tunggu sejak lama. Bukan berjam-jam, tetapi dua hari. Ia kehilangan setengah kenyamannya di studio kendati pemandangan mengagumkan yang biasanya ia jadikan pemanja mata sudah tak terlihat sejak kemarin.

Anggota Vantae tak memberi tahu apa-apa tentang menghilangnya si pria bunga layu. Bahkan terlihat biasa saja, seakan tak ada yang kurang di antara mereka. Justru posisi sutradara yang senantiasa mengontrol jalannya latihan kini digantikan oleh Min Yoongi—sang pianis kendati ia memang merupakan anggota tertua di Vantae.

Ceklek!

Melalui gerakan cepat, kepala wanita Shin terangkat dengan netra yang langsung tertujuh pada pintu yang baru saja berdecit menandakan ada sesuatu yang mendorongnya. Dalam kepalanya sudah pasti ia mengharapkan wajah elok serta netra tajam itu yang akan ia lihat. Sayangnya, dewi keberuntungan mengecewakan dirinya kali ini.

Pandangannya jatuh pada tumpukan lirik diiringi embusan napas kesal kala sosok di sana memperlihatkan dirinya.

Presensi bertubuh tak terlalu tinggi dengan surai hitam legam yang kontraks dengan kulitnya yang seputih salju. Ia masuk meletakkan payung di belakang pintu. "Maaf terlambat, aku terjebak hujan," sesal Min Yoongi yang kedatangannya langsung memulai latihan yang sudah tertunda kurang lebih dua jam lamanya.

--oOo--

Barangkali sudah empat jam berlalu begitu lambat. Latihan pementasan selesai tepat jam makan siang yang harusnya mereka masih memiliki satu jam lagi untuk latihan. Namun, hujan yang masih awet membuat mereka memutuskan untuk istrirahat sembari mengemas barang hendak pulang.

Aleeya yang sudah meresa tenaganya hari ini terkurang habis kendati ditekan oleh rasa penasaran, melirik diam-diam pria berdarah Jepang-Korea—si Min yang sedang membereskan buku-buku di atas mejanya. Ia sudah berusaha menahan ini semenjak kemarin, tetapi kini ia tak lagi bisa bertahan tanpa memuaskan rasa penasarannya. Maka dari itu, dengan sedikit malu-malu ia mendekat ke arah pria berumur dua puluh delapan tahun itu.

Sepatu hitamnya berhenti tepat di samping Yoongi yang masih sibuk dengan buku-bukunya seakan tak menyadari adanya sebuah entitas yang kini ragu-ragu untuk menyapanya.

"Yoongi-ssi."

Kepalanya mendongak selepas teguran itu menyapa rungunya. Sabit yang menghiasi matanya semakin menyipit saat alisnya berkerut menenukan figur wanita Shin yang kini tersenyum ke arahnya. "Ya?" jawabnya sebelum akhirnya mengalihkan pandang ke arah bukunya lagi.

Aleeya cukup gugup. "Ini ... aku ingin menanyakan perihal Kim Taehyung yang sudah dua hari ini tak datang. Apa terjadi sesuatu padanya?" Ada jeda beberapa detik untuk wanita Shin mengingat kalimat yang sudah ia persiapkan tadi sebelum ia nekat mendekati Yoongi yang terkesan sangat pendiam. "Aku ... aku menanyakan ini tentu karena Taehyung itu sutradara kita. Ialah yang mengontrol pementasan selama ini 'kan?"

What Kind of Future √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang