🚫 Warning 🚫
Ada adegan dewasa
Yg di bawah umur silahkan skip
****
Aku khawatir dengan suaraku yang cukup keras saat mendesah, apakah orang-orang di rumah ini mendengarnya? Tapi mana bisa kutahan saat di atas tubuhku Mas Herman menggenjot dengan beringasnya.Apalagi bukan cuma inti bawahku yang digempur, tapi juga buah dadaku yang di permainkan. Di remas-remas, digigit di jilati, aku mati tak tahan dengan sensasi yang diciptakan tindakan tersebut.
Aku hanya bisa mengikuti hasratku, tak berani untuk menolak pun melawan meski kadang sangat sakit sekali perlakuannya.
"Ah ... Mas ....." Aku pening sekali saat dengan gilanya Mas Herman mencium inti bawahku, mengendusnya seperti mencium bau bunga, dan paling parah adalah lidahnya bermain di sana.
Aku benar-benar tidak berdaya, tubuhku mengejang hebat dan bibir Mas Herman masih menggila di sana. Aku tak kuasa saat cairanku keluar dan menyembur wajah suamiku.
Tubuhku tergolek lemas, rasanya melelahkan dan kakiku terasa kebas. Tapi Mas Herman belum puas sepertinya, setelah mengelap wajahnya ke seprei ia naik lagi ke atas tubuhku. Menciumi setiap senti kulit putihku, aku kembali terangsang dan menggeliat tidak beraturan pada setiap sentuhan pria itu.
"Kau benar-benar nikmat sekali, sayang .... Mas suka tubuh kamu," katanya sebelum mulut itu tersumpal daging bulat di dadaku. Ia mengisapnya bak bayi, sebelah tangannya tak membiarkan dadaku yang sebelah kosong.
Meskipun hatiku menolak, tubuhku sebaliknya, tubuh ini menikmati setiap sentuhan Mas Herman. Aku juga berpikir aku sudah gila saat aku menekan kepala pria itu agar lebih dalam memakan gundukan ku.
Aku ingin lebih, lebih, dan lebih lagi.
Bahkan seakan tidak perduli dengan esok kembali kesulitan berjalan seperti saat pertama kali, aku mengangkang lebar-lebar saat Mas Herman dan tongkat besbolnya mengacung tegak lalu menembusku dalam.
Aku melenguh panjang dan hampir berteriak keras saat kenikmatan itu kian menggilaiku. Membuat aku mabuk kepayang seperti dibawa ke langit yang ketujuh.
Mas Herman memompa dengan tempo cepat, aku kesulitan meningkahi tetapi tetap berusaha agar tidak seperti mas Herman menyetubuhi mayat. Aku juga bisa memberikan kenikmatan yang sama seperti yang ia berikan.
***
Lebih dari perkiraanku, efek dari perbuatan kami semalam bukan hanya selangkanganku yang sakit luar biasa, tapi juga karena aku telat bangun. Masih dengan tubuh polos tak berbalut sehelai benangpun, aku melihat ke sisi kasur sudah tak ada Mas Herman.
Kutilik jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul sembilan. Aku menepuk jidat, bisa-bisanya aku lupa bangun.
Buru-buru aku beranjak dari tempat tidur. "Aw, akh...."
Satu lagi, aku lupa jalanku tak akan semudah itu. Tertatih aku berjalan menuju kamar mandi, membersikan diri sebersih-bersihnya dengan waktu yang singkat. Tak lupa mengeramas rambut.
Lalu dengan pakai kaos oblong berwarna putih dan celana panjang training, berusaha jalan normal, meski tidak akan bisa, sih. Menuju dapur.
Namun, yang kutemukan di sana ada Bunda Putri yang baru saja selesai membersihkan piring. Ia menyadari kedatanganku, lalu memasang muka masam.
"Nyonya sudah bangun? Lapar? Mau hamba buatin makanan?"
Aku menelan ludah berat, Bunda yang sudah kuketahui sifat aslinya membuat aku ketakutan. Ia pasti marah besar karena tidak membantunya masak.
"Herman aja udah bangun dua jam lalu, sekarang sedang pergi mengurus pekerjaanya. Sedangkan istrinya, tidur sampai siang. Wong edan!"
"Maaf Bunda .... Semala--"
"Apa? Mau ngasih alasan apa? Semalam kalian bercinta sampai jam satu dini hari?"
Aku kembali mengatupkan bibir, wanita itu mulutnya ... duh, pengen tak jejeli cabe!
"Suara kamu ituloh, buat seisi rumah gak bisa tidur! Untuk cuma Bunda sama Ayah yang denger, coba Mas sama Mbakmu masih di sini. Duh, anak satu ini bikin malu saja!"
Aku memejamkan mata, malu. Astaga suaraku semalam benar-benar keras rupanya. Bagaimana ini, bagaimana cara ku menghadapi ayah mertua dan Bunda setelah ini?
Aku mengutuk diri yang sudah kelewatan. "Maafkan Ana bunda ... maaf."
"Sumpah. Bunda kesel banget sama kamu, kenapa selalu buat masalah, sih?"
"Ana ... Ana enggak akan mengulanginya lagi, Ana janji."
"Janji itu utang, Bunda harap kamu tidak ingkar. Tahan desahan kamu untuk sebulan ini setiap kalian melakukan 'itu' setelah kalian pindah ke rumah kalian pribadi. Terserah kamu mau teriak kayak kesurupan pun, enggak masalah!"
Aku mengangguk mengamini ucapan Bunda. Aku akan lebih awas lagi untuk sebulan ini, yah, itu pun kalau Mas Herman bisa bekerja sama untuk tidak membuat aku gila di dalam permainannya.
"Sekarang kamu makan, Bunda tahu kamu butuh asupan setelah mengeluarkan banyak tenaga semalam."
Aku mendongak menatap tak percaya atas perlakuan Bunda, ada apa? Ko berucap manis begini? Ah ... sudahlah aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut.
Setelah mengangguk, dan Bunda
beranjak pergi dari dapur aku langsung mengambil piring dan makan.
Benar kata Bunda, aku butuh asupan banyak setelah kecapaian semalam.
***
Kasih aku vote dan komentar yaks!
Jangan lupa!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Fault [TAMAT]
RomanceAnna memilih menikah muda untuk meringankan beban orang tua, ia baru saja lulus SMA saat memilih menikah dengan Herman, pria jauh lebih tua dibandingkan dirinya. Ia pikir menikah itu sederhana, itu sebabnya sangat kaget saat tahu penuh dengan masal...