Kata orang, setiap hari menyimpan kejutannya sendiri. Namanya juga kejutan; bisa muncul kapan saja, tiba-tiba, dan dengan cara yang aneh.
Siang itu, Rion kecil tidak memiliki firasat apa pun bahwa hari ini akan berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Lagi pula, ia memang benci kejutan.
Di bulan September yang terik, ditemani bau asap knalpot dari mobil pickup yang mengangkut barang-barang mereka, Rion kecil berdiri di perkarangan rumah barunya yang gersang, memandangi pintu bangunan asing yang nantinya bakal menjadi rumah huniannya sampai entah kapan.
Umurnya delapan tahun kala itu. Tubuhnya kurus, jika tidak ingin disebut ringkih bak tulang belulang. Wajahnya kecil dan pipinya tirus, membuat rambut lebat ikal di atas kepalanya terlihat seperti tumpukan benang kusut. Kulitnya pucat. Bibirnya pecah-pecah, seakan ratusan tahun belum meneguk air.
Kesimpulannya, ia seperti bocah tidak terurus.
Papa masih sibuk memandu sopir pickup untuk memarkirkan mobil. Dan Rion masih melamun. Sampai ia merasakan sesuatu yang keras dan tajam menghantam kepalanya.
Ia meringis kesakitan seraya menyentuh puncak kepala. Kemudian terbelalak, saat dilihatnya noda darah membekas di telapak tangannya. Apa-apaan .....
Kemudian sebongkah batu lagi-lagi terlempar ke arahnya, lalu mangga, lalu batu lagi, mangga lagi, batu lagi.
Tak lama kemudian terdengar teriakan seorang wanita dari rumah sebelah. "DANI!!!! TURUN!!!!!"
Sejurus kemudian, saat ia menengadah memandangi si penembak peluru yang memberondongnya sejak tadi, dilihatnya sang Kejutan yang telah disiapkan hari Senin gersang nan panas ini untuknya.
Nama Dani seharusnya milik bocah laki-laki. Tapi Dani yang satu ini bocah perempuan dengan wajah bulat, mata belo, dua rambut terkuncir kanan kiri, dan kaos kebesaran yang kotor. Tubuh kecilnya nangkring di dahan pohon sebelah rumah yang dibatasi tembok dinding; satu tangannya memegang buah mangga yang entah didapatnya dari mana, dan satu lagi mengepal marah.
Entah dosa apa yang telah dibuat Rion, hingga anak perempuan bernama seperti anak laki-laki ini begitu marah terhadapnya.
Sebelum buah mangga itu kembali dilemparnya ke arah Rion, lagi-lagi seorang wanita berteriak dari rumah sebelah.
"TURUN, DANI! TURUUUUNNN!!! IBU BILANG TURUN!!!!!!!!"
***
HELLLOOOOO SEMUANYAAAAAAAAA!!!!!!!
Ahay! Akhirnya kita bertemu lagi. Tralala trilili love peace and gaol (ketauan umur....)
Pertama-tama, aku mau bilang makasih, buat semua kebaikan kalian yang udah meluangkan waktu membaca cerita aku. Percayalah semua ini berarti banget buat aku 🥲 banyak-banyak terima kasih 🙇🏻♀️
Cerita ini mulai aku ketik akhir Agustus, di saat aku lagi mumet stuck gak bisa lanjut ngetik cerita tentang Zara. Semakin aku memaksakan diri ngetik kisah Zara, semakin kisah ini mengganggu pikiran aku. Kayak kamu lagi makan semangkok salad sayur yang sehat dan bergizi, tapi Indomie soto mie mengganggu depan mata. Nggak bisa!!!!
Ya akhirnya aku mengikuti kemauan otakku aja.Cerita I Don't Love You Anymore akan memuat kisah cinta pertama yang sweet, innocent, dan bikin mesem-mesem. Nggak dark kok. (Semoga...)
Cerita ini juga nggak pake visual. Terserah kalian mau membayangkan siapa. Genrenya romance (bukan teenlit ya 🙏🏼 maap), dan mature. Jadi buat adik-adik manis yang masih duduk di bangku TK atau playgroup... hmmmm ... kayaknya skip aja ya cerita ini.
OKE, TEMAN-TEMAN, MAREEEEEE KITA MULAI PERJALANAN INI!!! YUUUUUKK~
25 Sept 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Love You Anymore
RomanceSatu saat nanti, aku akan berhenti mencintai kamu. [CERITA INI DILARANG DIPLAGIAT]