- 7 -

14.2K 3.4K 740
                                    

Dari awal kemunculan Irvin aja sebenernya udah red flag banget. Aku heran kenapa malah banyak yang suka 😭😭😭

Btw : chapter ini mengandung adegan kekerasan. Mohon diskip aja kalau nggak nyaman.

***

"Selama ini gue pikir hidup gue yang paling kasian. Ternyata lo lebih kasian. Naksir adik sendiri? Nggak bakal bahagia seumur hidup lo, Bangsat."

Kerumunan masih sangat padat di pagi hari itu, saat Rion menyeret lengan Irvin masuk ke kelas terdekat.

Irvin tertawa terpingkal-pingkal melihat Rion mengusir semua orang di dalam kelas. "Semuanya keluar."

Wajah-wajah polos adik kelas 10 memandang mereka bingung.

"Semuanya. Keluar." Tatapan bengis Rion menyapu setiap wajah.

Dan seketika itu, seakan tahu musibah sebentar lagi akan datang, semua murid berbondong-bondong keluar meninggalkan kelas. Beberapa bahkan sampai berlari.

Setelah semua keluar, Rion menutup pintu kelas dan menguncinya.

Suara Irvin terkekeh di belakang. "Kasian elo, Yon, secinta apa pun lo sama Dani, nggak ada yang bisa lo lakukan. Masih mending gue, mau ngapa-ngapain sama Dani, bebas."

Rion berbalik badan.

Dan sebuah kursi tiba-tiba melayang, menghantam wajah kirinya tanpa ampun.

"Makan tuh, Bangsat!" Irvin terhuyung mundur sambil tertawa.

Rion berjongkok susah payah dengan kepala tertunduk. Rasa sakit menjalar hebat dari pelipis hingga tulang pipi dan rahangnya. Ia menyentuh bibir, lalu memandangi noda merah yang membekas di telapak tangannya.

"Elo, Dani, orang tua gue, semua sama aja. Belagak peduli, pura-pura nerima gue, padahal dalam hati kalian semua nertawain gue," Irvin meludahi lantai. "Irvin si pecundang. Irvin si pesakitan. Blablablabla."

Belum pulih kesadaran Rion, satu kursi lagi melayang menimpa kepalanya. Dibarengi tawa puas Irvin.

"By the way, gue udah bilang, Yon, kalau hidup ini nggak adil. Elo nggak bisa dapetin semua yang lo mau. Tapi elo serakah, anak nggak tau diri yang nggak cukup dipungut dari jalan sama bapak emak Dani, tapi masih mau juga gerayangin anaknya—"

Rion menerjang marah menimpa Irvin, keduanya terpelanting ke lantai dan Rion meninju wajah itu tanpa ampun.

Wajah Irvin terpelanting berkali-kali, suara tulang remuk bersahutan dengan suara tawa kesakitan. Semakin Rion meninju dengan brutal, semakin Irvin tertawa seperti orang gila.

"Ini yang gue tunggu," Irvin meludah darah ke wajah Rion. "Hajar gue lagi, Bangsat. Biar lo dikeluarin dari sekolah, biar beasiswa lo dicabut, kelar hidup lo, Keparat Melarat. Nanti kalau bapak lo datang menyembah-nyembah mohon ampun di bawah kaki gue, jangan khawatir, gue sawerin mukanya pake duit."

Rion mengambil kerah seragam Irvin dan melempar tubuh itu ke deretan meja kelas.

Irvin terpelanting hebat, tapi tawanya justru semakin menjadi-jadi. "Lo pikir lo istimewa? Juara kelas, juara renang, digilain banyak cewek? Tunggu sampe Dani tahu apa isi otak lo itu. Cih! Kakak mesum pecinta incest—"

"Diam."

"Lo marah karena apa sih, Jing? Gara-gara gue nyium Dani? Gara-gara gue tau rahasia lo? Atauuuuuuu karena lo tau semua ucapan gue benar, dan lo malu? Hayo bilang 'terima kasih, Irvin, karena telah menarik gue dari lembah dosa'."

I Don't Love You AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang