Baru selesai ngetik. Fresh from oven nih. Jadi mohon maaf ya kalau ada typo.
***
Rion mengetuk pintu toilet umum sebanyak tiga ketukan pelan, lalu pintu terbuka lebar dan Suster Johana memintanya masuk segera.
Pintu kembali dikunci. Rion melihat sudah ada Suster Natalie di dalam, sedang bersidekap memandangnya risau.
Toilet yang terletak di luar gedung panti ini memang jarang digunakan penghuni panti, keadaannya tidak terurus dan hampir tidak ada orang yang mau repot-repot memeriksa isi di dalamnya. Tempat yang aman untuk berbuat dosa.
Suster Johana mengambil bungkusan rokok dari tangan Rion, lalu memberinya uang sebagai ganti. Lalu perempuan itu menyulutkan sebatang di bibirnya, dengan Suster Natalie menggeleng-geleng kesal di belakang.
"Makasih loh, Rion, udah beliin ini buat saya. Lain kali kalau saya titip-titip lagi, kamu mau ya." Seru Suster Johana.
Rion tidak membantah. Hanya disuruh jadi jastip rokok bukanlah masalah besar. Toh, ia dapat uang.
"Semoga Tuhan mengampuni dosamu, Suster Johana," sahut Suster Natalie. "Ini tak termaafkan! Ini—"
"Hadehhhh! Cuma sebatang seminggu. Ini juga cuma rokok, saya nggak bunuh orang—" kemudian Suster Johana terdiam gagap menatap Rion. "Eh, saya salah ngomong."
"Nggak papa. Saya nggak peduli." Jawab Rion. Kenapa semua suster mengira kalimat 'bunuh', 'racun', dan 'mobil', bisa membuatnya seketika mengamuk dan berubah jadi werewolf?
Suster Johana memandangnya lama. Lalu untuk mengurai rasa bersalahnya, dia mulai berjongkok di hadapan Rion. "Mau tahu sedikit rahasia? Saya ini diberkati karunia melihat masa depan."
"Ya ampun," Suster Natalie memutar bola mata bosan. "Jangan mulai lagi. Tahun lalu Suster Johana bilang diberi karunia penglihatan dan melihat Suster Magda mati karena jatuh dari kuda!"
Mengabaikan protes rekannya, Suster Johana mengamati Rion dalam-dalam. "Hal baik akan datang padamu."
"Suster Johana, tidak baik membohongi anak-anak—"
"Hal-hal baik yang sudah kamu nantikan selama ini, sesuatu yang diam-diam kamu inginkan dalam hati kamu, tapi kamu terlalu malu untuk mengakui." Suster Johana menekan dada Rion. "Keajaiban. Itu akan terjadi."
Suster Natalie mendumel kesal dan Rion terdiam.
"Semua orang menantikan keajaiban mereka masing-masing. Ada yang terwujud, ada yang tidak. Memangnya kamu pikir untuk apa saya bertahan di tempat ini selama hampir seumur hidup saya? Karena keajaiban saya tidak kunjung datang, belum datang. Dulu waktu masih muda, saya ingin jadi penyanyi cafe yang dipuja dan digandrungi banyak orang. Tapi satu-dua kekacauan terjadi, dan saya akhirnya melarikan diri ke tempat ini. Kita kurang lebih sama, Rion. Kita terdampar di tempat ini oleh kesalahan yang dibuat manusia lain, kita mencari perlindungan di sini, lalu menunggu dan terus menunggu, sampai keajaiban itu datang. Keajaiban kamu itu, saya yakin akan segera terjadi."
Suasana menjadi hening. Bahkan Suster Natalie terlihat terpukau hingga diam seribu bahasa.
Kemudian Suster Johana mengepul asap rokoknya ke udara, tersenyum takjub pada dirinya sendiri yang tumben-tumbenan bijak. Tak lupa dimintanya Rion untuk pergi ke toko buku minggu depan, ada buku bacaan yang ingin dititipnya. Novel erotis Harlequin bertema koboi.
***
Dua minggu setelah percakapan di toilet terbengkalai itu, kini Rion duduk di bangku depan mobil, memandangi Suster Johana dan Suster Natalie yang melambai tangan padanya dari gerbang panti.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Love You Anymore
RomanceSatu saat nanti, aku akan berhenti mencintai kamu. [CERITA INI DILARANG DIPLAGIAT]