Adeeva saat ini sedang di kantin rumah sakit, sehabis telponan dengan Vera ia memutuskan untuk makan lagi. Sebenarnya tadi ia sudah makan, bodyguard Sammuel beberapa jam yang lalu mengantarkan nya makanan . Tapi, entah kenapa ia merasa lapar lagi sekarang jadi memutus untuk pergi ke kantin rumah sakit ini. Untung saja kantinnya di buka dua puluh empat jam.
" Sampai kapan gue terjebak di situasi kek gini. " Gumam Adeeva berpikir keras sambil memakan salad buah nya.
Lagi enak-enak nya ia memakan makanannya, Adeeva di kagetkan dengan suara gaduh para dokter serta perawat rumah sakit yang berlarian.
Karena malas untuk ikut campur, Adeeva masih tenang dan melanjutkan makannya.
" Sebenarnya apa yang terjadi? " Ucap seseorang di belakang meja Adeeva.
" Entah, tapi gue dengar, ada salah satu pasien yang mengamuk di kamarnya. " Jawab teman nya
Adeeva hanya menyimak pembicaraan mereka, sambil memainkan ponselnya.
" Sakit jiwa kah? Tapi kenapa di rawat di sini, kenapa gak di rumah sakit jiwa aja. Kalau begini kan semua orang yang repot. " Ujar orang itu kesal.
" Jaga bicara Lo, kalau ada orang dengar Lo bisa kena masalah. " Jawab temannya memperingati.
" Emangnya kenapa? " Tanya orang itu.
" Yang mengamuk itu, anak tunggal dari orang yang punya rumah sakit ini. " Jawab temannya berbisik.
Walau pun orang itu berbisik, tapi Adeeva dapat mendengar nya. Sedangkan Adeeva yang mendengar itu pun membulatkan matanya kaget, dan segera berlari kencang ke ruangan VVIP yang dimana tempat Sammuel di rawat.
Dapat Adeeva lihat, di luar pintu ruangan Sammuel sedang ramai. Para dokter dan perawat berkumpul di situ, sedang mendiskusikan sesuatu.
Sedangkan Sammuel sekarang sudah mengamuk di ruangannya, ia sangat terkejut ketika ia bangun tidak menemukan Adeeva di ruangannya. Sammuel takut, Adeeva tiba-tiba meninggalkannya. Sammuel sangat takut sekarang.
Lagi-lagi ia mencabut paksa infusnya, dan ingin mencari Adeeva di seluruh di ruangan ini tetapi ia tidak menemukan Adeeva. Jantung Sammuel berdetak tak karuan, tubuhnya gemetaran. Air matanya sudah tumpah dari tadi, ia sangat takut sekarang ini.
Saat ingin keluar dari ruangan nya, ia ditahan oleh semua dokter disini. Tapi Sammuel tak tinggal diam, ia menghajar semua dokter bahkan Sammuel tidak memperdulikan kondisinya sekarang yang ia inginkan gadisnya segera ditemukan.
Sudah lebih 20 orang dokter yang di buat pingsan oleh Sammuel, tenaga Sammuel bukan main-main bahkan di saat ia sakit bisa sekuat ini apa lagi jika sehat?
" SUDAH KU KATAKAN, MENYINGKIRLAH. AKU INGIN MENCARI GADISKU SIALAN! " Bentak Sammuel pada semua orang di sana.
" Tuan muda, anda tenang dulu. Biarkan kami yang mencari nona Adeeva. " Ucap salah satu dokter disana.
" KALAU BEGITU BIARKAN AKU MENCARI GADISKU JUGA, ATAU KALIAN SEMUA AKAN KU PECAT SEKARANG! " Teriak Sammuel
Mendengar ancaman Sammuel, semua dokter di sana gemetaran ketakutan. Bagaimana pun juga ucapan Sammuel itu sangat hakikat dan tidak pernah di ganggu gugat oleh semua orang, kecuali Adeeva.
Sedangkan Adeeva saat ini menghampiri para dokter yang didepan ruangan Sammuel. " Apa yang terjadi di dalam? " Tanya Adeeva tiba-tiba, mengagetkan mereka semua disitu.
" Nona Adeeva? " Ucap merek semua serempak dan dengan raut wajah bahagia.
Mendengar itu Adeeva hanya mengangkat alisnya sebelah. " Ada apa? " Tanya Adeeva sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I became an extra character [END]
Teen Fiction{MASIH DALAM PROSES REVISI.} Hidup Anika Aneswari bisa di katakan biasa saja, seperti wajah pas-pasan, uang pas-pasan, Dan lainnya semuanya extra pas-pasan. jika ditanya Anika dari keluarga mana, maka ia akan menjawab " Saya anak dari panti, kenapa...