Jalanan ibu kota saat ini sangat ramai, setiap jalan penuh dengan kendaraan berlalu lintas.
Saat ini Sammuel sudah menghentikan motornya di sebuah restoran megah, yang hanya di masuki oleh kawasan orang-orang berduit tebal.
Adeeva yang melihat restoran besar itupun berdecak kagum dan sedikit khawatir.
"Kalau tempatnya semewah ini, pasti bayaran nya mahal ni. Mana gue gak bawa uang banyak lagi, masa iya gue harus minta ke sistem terus uang langsung muncul di depan gue bisa pingsan si Sammuel kalau ngeliat begitu." Batin Adeeva.
"Yok masuk." Ajak Sammuel sambil memegang tangan Adeeva, sontak itu mengagetkan Adeeva dari lamunannya.
Adeeva yang mendengar itu hanya berdiri bagai patung, tidak beranjak dari tempatnya sama sekali.
Sammuel yang melihat tingkah Adeeva mengernyitkan heran, ia pun menarik tangan Adeeva lagi.
Adeeva tetap menahan tangannya, jadilah sekarang mereka seperti seorang ayah yang menarik anaknya untuk pergi mandi.
Sammuel yang sudah tidak tidak tahan melihat Adeeva terdiam pun mengangkat bicara. "Lo kenapa? Lo gak suka makan disini atau mau cari yang lebih bagus lagi?" Tanya Sammuel.
Adeeva yang mendengar itupun melotot sambil menggeleng keras.
"Kalau tempat yang lebih bagus berarti makannya juga lebih mahal huwaaa!" batin Adeeva histeris.
Sammuel yang melihat Adeeva seperti ini pun tersulut emosi, tapi ia harus menjaga emosinya di depan Adeeva. "Lo kenapa hmm?" tanya Sammuel lembut.
Adeeva yang mendengar itupun menunduk malu sambil berucap "Sam, kita cari tempat makan yang sederhana aja ya." Cicit Adeeva pelan.
Sammuel yang mendengar itupun mengangkat alisnya bingung. "Kenapa? " Tanya Sammuel
"Gue rasa, u-uang gue gak cukup kalau kita makan di sini. " Cicit Adeeva sambil menunduk malu di depan Sammuel saat ini.
Sammuel yang mendengar itupun tak sanggup menahan tawanya melihat ekpresi Adeeva sekarang ini yaitu menunduk malu dengan pipi merah.
Adeeva mendengar tawa Sammuel pun, menjadi kesal. "Lo jangan ketawa kek gitu, kita jadi perhatian banyak orang bodoh." Ucap Adeeva kasar.
Sammuel yang mendengarnya itu mulai menatap tajam para pengunjung pria yang saat ini menatap Adeeva terpesona.Dan mulai mengambil tangan Adeeva dan menggenggamnya pergi masuk kedalam restoran.
"Lo tuli apa budek si ha! Gue bilang gue gak ada uang buat teraktir Lo makan disini." Bisik Adeeva tajam pada Sammuel.
Sammuel yang mendengar Adeeva pun memutar bola matanya malas, ayolah! Dia bukan pria yang tak bermodal jika membawa anak orang jalan.
"Lo tenang aja, gue yang bayar." Jawab Sammuel santai lalu berjalan masuk ke ruangan khusus VVIP .
Adeeva yang mendengar itupun menjadi semangat 45. Beneran! Lo gak boleh narik perkataan lo ya Sam." Ucap Adeeva memperingati.
"Iya Va." Jawab Sammuel sabar.
Mendengar jawaban Sammuel Adeeva sangat gembira "Ahhhhh jadi tambah sayang deh sama Sam." Ucap Adeeva spontan.
Sammuel yang mendengar itupun langsung menghentikan langkahnya, dan memandang Adeeva serius.
"Tadi lo bilang apa?" Tanya Sammuel dengan ekpresi terkejut tapi ada binar bahagia di bola mata hitam pekatnya miliknya.
Adeeva yang menyadari ucapan spontan nya tadi pun merenggut malu. "Ni mulut nakal banget omongannya kalau denger kata gratis." Batin Adeeva malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I became an extra character [END]
Fiksi Remaja{MASIH DALAM PROSES REVISI.} Hidup Anika Aneswari bisa di katakan biasa saja, seperti wajah pas-pasan, uang pas-pasan, Dan lainnya semuanya extra pas-pasan. jika ditanya Anika dari keluarga mana, maka ia akan menjawab " Saya anak dari panti, kenapa...