Hand in Hand

199 4 6
                                    

Pairing : Naib x Aesop
Note :
- Bukan request tapi Author baru niat bikin hehe
- Fyi ship baru Author // Y
- SKIN BARU NAIB KEK EXORCIST ASEP ANJIR GIMANA GA NGESHIP AAAAAA 😭😭😭 // DIEM
- Juga tbh beberapa bulan ini Author sering nyari" konten NaibCarl dan Netis kek tau gitu Saia baru seneng nge-ship NaibCarl 🤧
- Angst to Fluff
- In-Manor! AU
- NaibCarl 'Trilogy' part 1 👍

HAPPY READING ✨

Lagi-lagi ia satu tim dengan pria itu. Sebenarnya tidak masalah, lagipula ia dan dirinya memang sudah dekat. Mata biru itu melirik dari balik tudung hijau. Lelaki serba abu-abu itu menunduk, melihat-lihat isi koper yang selalu ia bawa. Sesekali terdengar suara pelannya yang terhambat oleh masker kain yang selalu ia kenakan karena menjawab pertanyaan dan mengikuti alur obrolan dari seorang pria bertudung hitam dengan mata tertutup, "Bukannya lebih baik kalau kamu membawa tas kain biasa, Aesop ?" Lelaki serba abu-abu itu menggeleng singkat, "Ini lebih baik, lagipula tidak terlalu berat. Juga kopernya bisa sewaktu-waktu aku gunakan untuk menghajar Hunter, karena tidak mungkin aku memukul mereka dengan peti. Bisa di diskualifikasi nantinya," Lelaki bertudung hitam itu tertawa canggung, "Kau ini, memukul mereka dengan kopermu juga sama saja nantinya kena diskualifikasi," Lelaki serba abu-abu itu, Aesop Carl, hanya menaikkan alisnya lalu menutup kembali kopernya. Kembali lelaki bermata biru itu melirik. Kini matanya tertuju pada seorang pria diujung meja. Matanya tertutup dan wajahnya sedikit pucat. Sepertinya ia menahan diri dengan antik-antik Aesop. Hari ini, mereka tidak tahu siapa yang akan jadi pemburu, tapi karena ini hanya match biasa, sepertinya mereka tidak akan menggila.

Tiba-tiba lampu padam dan ketika terang kembali, mereka sudah ada di Red Church.

Lelaki berkerudung hijau itu berada di gerbang depan, di antara kursi-kursi tamu pernikahan yang menghadap ke balkoni. Segera ia lekas berlari menuju mesin sandi terdekat dan mulai bekerja dengan tombol-tombol disana. Sebenarnya ia benci dengan suaranya karena mengingatkannya dengan masa lalunya yang kelam. Namun semua itu seperti menghilang, "Naib !" Pria bertudung hijau itu menoleh, "Ya, Eli ?" "Aesop sudah kesini ?" Naib menggeleng, "Tidak. Dia tidak kesini sama sekali. Mungkin dia mengejar Kurt karena dia satu-satunya decoder disini,"  Lelaki bertudung serba hitam itu, Eli, bergumam pelan, lalu kembali berkata, "Baiklah, kalau begi- !" Naib terkejut melihat Eli yang melihat Eli tiba-tiba diam. Segera ia memerintahkan burung hantunya untuk pergi. Naib terdiam, mungkin Kurt yang kena kejar. Terdengar suara besi terpukul dan suara siulan burung. Makhluk bersayap itu kini sudah kembali ke pundak Eli, "Siapa yang kena ?" "Aesop," Entah seperti dikendalikan, Naib segera berlari, "Tunggu ! Kau mau kemana !?" Naib meninggalkan Eli mendekode sendirian.

Lagi-lagi perasaan ini bangkit. Setiap mendengar nama Aesop, ia seperti di sihir untuk melihatnya. Jantungnya berdegup lebih kencang, lebih kencang daripada dengan Hunter. Wajahnya panas dan keringat dingin selalu mengalir. Bukan, bukan perasaan karena dia takut dengan Aesop yang notabene adalah pembunuh, dirinya juga pembunuh karena ia mantan Mercenary. Tapi perasaan untuk melindunginya. Karena mereka satu tim bukan ?

Naib mulai terengah-engah mencari Aesop, 'Kenapa aku tidak bertanya pada Eli dimana Aesop berada ?! Dasar bodoh Naib !' rutuknya pada diri sendiri. Namun ketika rutukan itu selesai keluarkan, jantungnya mulai berdetak kencang. Hunter ada disana, tentu Aesop juga disana. Dan benar saja, Aesop sedang terdiam di balik palet, menunggu Jack menebasnya, atau menggunakan Blink, atau menghancurkan pallet. Namun tidak, Jack hanya berdiri dan terdiam menatap Aesop dari balik topeng putihnya. Aesop pun hanya terdiam sambil satu tangannya menggenggam erat kopernya. Naib berjinjit pelan di balik pohon sambil mengintip. Tanpa ia tahu, Jack melihatnya. Entah apa yang terjadi, Jack meneleportasi diri dan kini Eli yang berteriak, "HUNTER DI DEKAT KU !" Aesop menghembuskan nafas lega, "Kau tidak apa-apa ?" Aesop berjenggit kaget mendengar suara Naib tiba-tiba, "Sejak kapan kau disini ?!" "Itu tidak perlu kau tahu. Kau baik-baik saja ? Apa kau terluka ? Apa yang lobak itu lakukan padamu ?" Aesop mengangkat satu alisnya, "Aku... tidak apa-apa ?" "Aku mau jawaban Aesop, bukan pertanyaan balik," Aesop mengedipkan matanya, "Ya, maksudku, aku baik-baik saja. Jack sama sekali tidak memukulku. Lagipu-" "Oh begitukah ? Ya sudahlah. Aku senang mendengarnya. Ayo kita selesaikan match ini," Ujar Naib lalu berjalan pergi. Aesop masih terdiam lalu berjalan cepat menuju arah lain, "Kau mau kemana ?" Tanya Naib dari balik tembok batu, "...Uhh... Kesana ? Mesinku tadi sudah tersandi 80%, memangnya ke-" "Oh, baiklah. Ayo kesana," Ujar Naib lalu berjalan menuju Chapel kecil dimana disana ada 1 mesin sandi yang bergetar.

IDV Oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang