Pairing : Naib x Eli
Request by HanjinnnSung
Note :
- Office!AU
- Naib bosnya, Eli jadi karyawan baru
- ! WARNING !
- R18+ CONTENT 🔞
- Bahasa Saia vulgar 😈
- Disini pokoknya Naib tipe" kek sugar daddy dgn body roti sobek
Terima kasih :)
- Agak drama dikit hehe ✨
- Perlukah Saia kasih 'tag' biar kek doujin ? Seperti nya tidak 😉HAPPY READING DESU ~
"Berikutnya !" Kata seorang wanita sambil membuka pintu bercatkan putih itu. Lelaki berambut hitam kurus itu berdiri dan menyerahkan berkas yang dia bawa, "...Baik, Silahkan masuk, Mas," kata wanita itu tersenyum dengan penuh profesionalitas dan sekali lagi pintu itu tertutup. Seorang lelaki berambut coklat tua dengan mata biru yang tertutupi oleh lensa kaca itu memeluk erat map bening kedadanya, 'Astaga... Astaga... Sepertinya aku belum siap. Bagaimana ini ?!' paniknya dalam hati. Lelaki itu membenarkan letak kacamatanya dan kembali melirik pintu putih itu. Sebentar lagi gilirannya akan tiba. Jujur, padahal tadi sebelum dia pergi ke perusahaan ini untuk melamar pekerjaan, dia masih baik-baik saja, dan sekarang air mukanya menunjukkan kalau dia sebenarnya panik. Tidak berselang lama, "Berikutnya !" Wanita disebelah lelaki itu menepuk pundaknya, "Semangat, ya," katanya, "...I-iya, mbak," katanya gugup. Wanita berambut coklat dengan bando berwarna ungu itu menyerahkan berkasnya ke wanita di pintu itu, "...Oke, silahkan masuk," katanya lagi dan hening. Kalau wanita berambut cokelat itu tadi keluar, berarti berikutnya adalah giliran lelaki berkacamata itu. Ditaruhnya punggung di sofa panjang tempat ia duduk, memejamkan mata, dan ditariknya nafas panjang untuk menenangkan diri. Lelaki itu membuka matanya lalu melirik ke sebelah. Kosong. Hanya tinggal dia sendiri. Iris sewarna safir itu menatap kosong seperti lorong itu. Sepi dan dingin karena pendingin ruangan. Entah mengapa, dia teringat, mengapa dia melamar ke perusahaan ini sebagai seorang sekretaris. Yang utama, tujuannya adalah mendapatkan uang untuk operasi katarak sang bunda tercinta. Pikirannya melayang. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, tentu saja dia melonjak kaget, "Tinggal mas yang terakhir," kata wanita berambut coklat itu sambil menahan tawa. Terlihat di kantongnya ada nama 'Emily Dyer', "O-oh maaf," katanya berdiri sembari membenarkan kacamatanya lagi, gugup. Wanita bernama Emily itu meminta lelaki itu untuk menyerahkan berkasnya, "Oh iya, maaf," "Ahaha, santai aja, Mas," katanya. Iris coklat itu membaca dan mengoreksi dengan cepat kertas-kertas didalam map bening itu, "...Baik, sudah lengkap, silahkan masuk Mas Clark," kata Emily menyambut Lelaki bernama Clark itu. Lelaki itu masuk kedalam ruangan wawancara, dengan sang bos sendiri yang mewawancarai. Dilihatnya seorang lelaki berbadan atletis dengan jas, dasi serta rambutnya yang lumayan panjang di ikat dengan sangat rapi, "Silahkan duduk," nada bariton itu membuatnya merinding. Lelaki itu menaruh berkas itu di meja, di sebelah papan nama bertuliskan 'Naib Subedar'. Ternyata nama si bos adalah Naib Subedar, pikir lelaki itu. Naib, sang kepala perusahaan itu, mengambil map bening itu, melepaskan pengaitnya, dan mengambil kertas-kertas di dalamnya, "... Namamu...Eli Clark," katanya. Eli, lelaki lugu itu hanya mengangguk dan menjawab 'Iya' dengan sangat pelan. Kembali Naib membolak-balik halaman demi halaman, membaca setiap data, CV, dan lain-lainnya. Eli hanya duduk tegap terdiam mendengarkan suara kertas di balikkan. Tidak berselang lama -padahal berkas yang Eli bawa lumayan banyak- Naib menaruh kembali berkas itu didalam map bening itu lalu menutupnya, dan menyerahkannya tanpa berbicara sepatah kata. Eli menerimanya. Tiba-tiba, Naib mengulurkan tangannya. Eli bingung, tapi tetap dia terima jabatan tangan Naib, "Besok jangan telat, ya," katanya lalu mencari sesuatu didalam laci. Eli terdiam. Masih mencerna apa yang Naib maksudkan. Naib, yang sudah selesai 'mengubek-ubek' lacinya, menatap Eli, juga dengan ekspresi bingung, "Kok masih disini ?" Katanya, "Kamu boleh pulang, besok jangan telat. Hari pertama kerja seharusnya nggak telat," katanya sambil tersenyum. Eli mengedipkan matanya, ".....Oh...Iya,Pak. Maaf," "Ngapain minta maaf ? Kamu nggak ngapa-ngapain,kok minta maaf ?" Katanya lalu membaca tumpukan berkas didepannya. Eli menggaruk tengkuknya, "...Emm... Kalau begitu, terima kasih banyak,Pak. Selamat siang," "Kamu nggak mau bilang 'sampai bertemu besok'kah ?" Lagi, Eli bingung, "Emm... Sampai bertemu besok,Pak," "Iya," katanya dengan nada senang. Eli membungkuk sopan lalu berjalan meninggalkan si bos yang sedang sibuk. Eli menutup pintu ruang kerja milik si Pak Bos. Hatinya tidak karuan. Dia diterima. Padahal rasanya dia juga tidak melakukan apapun. Hanya menyerahkan berkas saja. Tapi dia diterima bekerja. Rasanya ingin sekali dia berteriak dengan senang, namun tentu dia urung. Harga diri masih ada. Eli menarik nafas sambil tersenyum. Lelaki muda itu kemudian berjalan meninggalkan pintu putih itu dan pulang kerumahnya, lebih tepatnya di kosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDV Oneshot
FanfictionJudul sudah mengatakan jadi tidak perlu saia jelaskan lagi