#StayAtHome The Series (Naib Subedar)

390 11 21
                                    

Pairing : Naib x Reader

Happy reading ~

Sinar mentari menembus melewati celah gorden. Kamu membuka matamu perlahan, terganggukan oleh sinar. Menutupi matamu dengan tangan, kamu terduduk perlahan di kasur sembari meregangkan badan. Kamu melirik ke sebelahmu. Dia tidak ada disana. Pikirmu seperti biasa sedang lari pagi. Kamu berjalan turun dari kasur dan segera merapikan tempat tidur. Baru saja kamu melipat selimut, seorang lelaki berbadan atletis dengan rambut basahnya masuk ke kamarmu, "Wah, udah bangun aja putri tidur yang satu ini," senyumnya padamu yang melebihi terangnya matahari pagi itu. Kamu hanya menghela nafas. Lelaki itu mendekatimu dan mencium pipimu, "Pagi sayang~ Sarapannya udah aku beliin waktu jogging tadi. Kamu suka bubur ayam,kan ?" Tanyanya. Kamu hanya mengangguk. Lelaki itu cemberut, "Ah kamu mah kalo pagi-pagi moodnya masih error," lagi-lagi kamu menghela nafas, "Bukan error, Naib. Tapi otak ku yang masih roaming. Nih sinyal masih 2G," Lelaki yang kamu panggil Naib itu seketika tertawa terbahak-bahak, "AHAHAHAHAHA ANJIR ITU OTAK APA SETTINGAN HAPE," "Heh diem !" Kamu keluar kamar dan menuju ruang makan, disambut dengan ibumu, "Akhirnya bangun juga. Ditinggal Mas Naib lari pagi kamu,tuh," "Iya,ma. Tau," Ibumu hanya tersenyum melihat kelakuanmu dipagi hari, "Ini mama buatin susu buat kamu sama Mas Naib," kamu mengangguk lagi.
Sejak adanya himbauan untuk self-quarantine, kamu dan Naib sering 'pindah-pindah' untuk tinggal di rumah masing-masing selama dua Minggu. Sekarang giliran Naib yang ada di rumahmu. Keluargamu menyambut Naib dengan senang, begitupun Naib.
Kamu menyiapkan sarapan sambil tersenyum mengingat bahwa ini adalah tahun ke-3 kalian sudah jadian, "Mikirin apa kamu,kok senyam senyum sendiri ? Mikirin aku,ya ? Oiya dong ! Kan aku selalu dipikiranmu ~" kamu shock melihat Naib yang tiba-tiba menampakkan diri di depanmu, "EANJIR KOK BISA DISINI ?!" "Lah aku daritadi disini Markonah. Kamu,tuh yang bengong mulu. Kerasukan syaiton ga tanggungan, loh aku," kamu memukul-mukul pundak Naib, "IIH KURANG AJAR BANGET,SIH SAMA PACARNYA," "Aduh aduh ! Eh kan bener ! Makannya jangan bengong ! Mending liatin wajahku aja, kan aku ganteng hmm hmm ~" Kamu menggembungkan pipimu. Untung sayang, kalo nggak mungkin pisaunya udah melayang. Naib masih duduk disitu melihatmu menyiapkan bubur di piring, "Kamu udah mandi ?" "Menurutmu ?" "Belom," Sekarang giliran Naib yang cemberut, "Udah mandi,ya aku. Udah harum hmm... Ga kaya kamu masih kucel," "Harum dosa,sih iya," Naib seketika melirikmu tajam. Kamu tersenyum menahan tawa, "Kamu,tuh juga. Wallpaper hape bukannya pacarnya malah cowok lain, beda dimensi pula. Ga pake baju pula, emang aku aja kurang gitu buat kamu ? Hmph ! Maruk kok ga kira-kira," Kamu lagi-lagi shock mendengarnya, "KAMU NGAPAIN BUKA-BUKA HAPEKU," Naib tersenyum nakal, "Yah gapapa,kan liat-liat. Kamu juga sering buka hapeku," seketika wajahmu berubah jadi merah muda menahan malu, "Sama kemaren aku iseng buka Wetped mu masa isinya bacaan homo semua, ck ck ck, siapa sih itu, Hinata sama Kage...ah lupa siapa namanya susah. Jepang semua, kamu tu baca kaya pelajaran kek atau ap-HMMHHH !!!" kamu menutup mulut Naib dengan serbet, "Heh diem ! Ketauan mamaku mokad aku," Naib kembali tertawa terbahak-bahak bahkan sampai batuk, "Wah,kok rame banget, pada bahas apa ini ?" Tanya Ibumu, "Nggak bahas apa-apa,ma. Ini aja si Naib yang ngedan," "Heh, gitu aja kamu masih mau sama aku, tuman," "NAIB !" Ibumu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lalu berjalan keluar dapur lagi.
Kamu memberikan piring berisi sarapan ke Naib, "Makasih sayang ~ aduh istri idaman banget,deh ~ Idamanku banget. Mirip kaya istriku dimasa depan. Oh iya, itu kan kamu ~" Wajahmu memerah, 'anjir ini makhluk mulutnya alus banget kek habis di setrika,' katamu dalam hati. Kamu duduk di samping Naib, "Udah woi makan ! jangan banyak ngoceh," kamu melahap sarapanmu. Naib tersenyum dan ikut melahap sarapannya.

-skip-

"Haahhh...puanas banget,sih..." Naib mengibas-ibaskan kerah bajunya, matanya melirik ke arah AC, "Wanjir, udah 14° kok masih panas," Naib kembali bersandar di sofa sambil masih sesekali mengambil tisu untuk mengelap keringatnya. Naib kemudian menyisir rambutnya lalu mengikatnya. Tiba-tiba kamu muncul dari arah dapur membawakan 2 gelas es teh, "Eh gadisku muncul juga ~ bawain apa itu ?" "Nih, es teh. Panas banget anjrit," katamu. Naib terkekeh, "hehehe....makasih sayang. Aduh tau aja aku kepanasan," kamu mendengus membanggakan diri, "huh... Iya dong ~ kan kamu calon suamiku," Naib terdiam. Kamu tersenyum puas, kamu pun mendekat telinga Naib dan berbisik, "Kita impas ~" kamu bisa melihat telinga Naib yang memerah, "....hmph....dasar cewe, maunya menang terus," kamu terkikik geli, "eh, tapi aku juga menang,sih. Kan hatimu udah aku ambil buatku," seketika kamu terdiam sambil matamu melirik tajam Naib. Naib menyeruput esnya, sambil tersenyum, "....hehe... Impas beneran,kan sekarang hmm~ ?" Katanya dengan suara yang dibuat-buat seksi. Sekarang gantian wajahmu yang merah, "WAAAAAAAA KOK GITU, SIH !" kamu memukul-mukul pundak Naib. Naib terkekeh senang. Tiba-tiba Naib memegangi pergelangan tanganmu dan menarikmu, memberikan ciuman kilat di pipi. Naib tersenyum puas melihatmu terdiam dengan wajah antara terkejut dan malu. Lagi-lagi dia terkekeh. Naib tiba-tiba memelukmu, menyenderkan kepalanya di lehermu, "seneng,deh bisa godain kamu kaya gini. Jadi pengen godain terus,deh," katanya. Kamu bisa merasakan nafas Naib yang menggelitik di sela-sela lehermu, "....Moga kita langgeng,ya sayang, sampe kita bener-bener serius, dan bisa kepelaminan," katanya lagi. Mendengar itu, tentu saja seketika kamu seperti meleleh. Naib yang memang terlihat 'brutal' dan nakal sebenarnya lembut dan baik. Mungkin memang Naib sering membuatmu jengkel dan kesal, tapi dia bisa kamu andalkan dan juga bertanggung jawab. Kamu tersenyum, meskipun Naib tidak bisa melihatnya. Tanganmu mengelus lembut punggung dan kepalanya, "Iya,sayang. Moga kita sampai ke tahap sana, ya," Kamu bisa merasakan tangan kekarnya memelukmu semakin erat. Menandakan dia berkata mengiyakan.
Tiba-tiba Naib melepas pelukannya, "Yak ngecasnya udahan, aku mau ngerjain tugas," kamu menaikkan alis, "kamu ngecas laptop ?" "Nggak,sih. Meluk kamu itu sama aja ngecas energiku biar semangat ngerjain tugas gitu, loh," katanya berjalan pergi. Kamu terdiam sesaat sebelum wajahmu memerah lagi, "NAAAIIIIBBBB !!!!"
Naib sudah masuk dikamarmu, bibirnya tersungging senyuman manis.

IDV Oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang