Useless

348 12 6
                                    

Pairing : Eli x Reader
Note :
- Jadi tbh ini salah satu kejadian yg pernah saia alamin 😃
- Mungkin ini termasuk curhat author hehe
- Dan juga bucinan author // Yh
- Angst to fluff ? Angst to fluff.

HAPPY READING MINNA-SAN

Lelaki berkerudung serba hitam itu berlari kearah temannya di kursi roket. Dengan cepat namun juga gemetar antara takut dan menahan sakit, dia melepaskan ikatan tali itu dan menarik lelaki lain yang berkerudung hijau untuk segera kabur. Namun naas, makhluk berkepala rusa itu mengejar mereka, "CHIPER MACHINE PRIMED !!!" dan seketika terdengar bunyi bel yang keras, "Eli ! Pergilah !" "Tapi-" "Aku sudah terbiasa jadi pengorbanan tim ! LARI ELI !" lelaki yang dipanggil Eli itu sebenarnya enggan untuk meninggalkan temannya. Tapi setidaknya hari ini mereka bisa mendapat kemenangan karena lolos ber-3.Eli menengok kebelakang. Lelaki berkerudung hijau itu berlari sambil tertatih-tatih dengan darah bersimbah ruah. Eli tidak habis pikir, dia malah berbalik, "ELI !? APA YANG-" dan Eli terjatuh karena menahan pukulan, dan Naib, lelaki berkerudung hijau itu, sudah kehabisan tenaga juga ikut terjatuh. Tinggallah 2 gadis di gerbang depan, "....Ayo pergi," kata seorang gadis berambut coklat tua pendek, "....." Gadis yang satunya, seperti merasa tidak tega, sebenarnya ingin menolong, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya dia ikut gadis berambut pendek itu berlari keluar, meninggalkan sang seer dan mercenary yang sekarang diseret menuju kursi roket.

-skip-
"Kalian tidak apa ?" Tanya seorang wanita berpakaian dokter. Gadis berambut cokelat pendek itu diam, begitupun dengan gadis berambut (H/C) di sampingnya. Dokter itu memeriksa mereka, "tidak usah," kata gadis berambut pendek itu ketus. Tentu membuat sang dokter terkejut, "Kenapa denganmu, Vera ?" Belum sempat gadis bernama Vera itu menanggapi, pintu di sebelahnya mereka terbuka, menampakkan Eli dan Naib yang berjalan tertatih-tatih dengan bantuan seorang butler. Vera berjalan kearah Eli, dan menarik kerah bajunya "Kalau kau tidak melakukan hal bodoh itu, kita bisa mendapat skor yang baik hari ini ! Kau ingin agar kita semua kalah disini, hah ?!" Eli terdiam. Semua terdiam mendengar ucapan Vera. Vera melepaskan cengkramannya dan berbalik, "Dasar tidak berguna," katanya berjalan meninggalkan mereka berempat. Sang dokter, Emily, hanya menatap tajam kearah Vera yang sudah keluar dari ruangan post-match. Emily menarik mereka berdua, "Ayo aku obati," "Tunggu ! Aku ikut !" Kata sang (Career), (Y/n) yang mengikuti mereka dari belakang.
Eli berjalan di samping Naib. Sang mercenary melihat kawannya itu hanya diam terpuruk dalam pikirannya, menepuk pundaknya pelan, "Terima kasih...Eli," katanya pelan didampingi dengan cengiran khasnya. Eli tidak melihatnya. Dia masih menunduk. Emily juga ikut iba dengan keadaan sang seer, "Kau berani sekali Eli. Aku mungkin tidak akan bisa melakukan hal itu. Kau tau, Vera dari kemarin memang kalah terus yang menjadikannya seperti sekarang. Tenanglah," kata Emily. Lagi, 'dewa fortuna' itu masih terngiang-ngiang kata dari sang perfumer. (Y/n), di belakang mereka, tidak mengucapkan sepatah kata apapun, hanya diam mendengarkan. Akhirnya mereka sampai di ruang kesehatan. Emily segera mencari segala macam obat-obatan, "(Y/N), tolong bersihkan luka mereka," (Y/N) hanya mengangguk dan pelan-pelan membersihkan luka mereka, mulai dari Naib, yang paling parah. Sedikit-sedikit, pandangan iris (E/C) itu melirik Eli. Dia masih saja menunduk. Brooke yang duduk dipangkuan tuannya juga ikut khawatir. Emily menaruh berbagai macam alat di meja, "(Y/N), bisa tolong bantu Eli juga ?" Gadis itu beranjak dari Naib menuju Eli, "Emm...maaf. Apa kerudungmu boleh aku lepas ?" Eli tidak menjawab, "...E-" "O-oh ! Iya," katanya lalu melepaskan kerudungnya, menampakkan halus namun kotornya rambut coklat tua itu. Perlahan gadis (Career) itu mencelupkan handuk putih itu di air, lalu membersihkan luka-luka di sekujur badan Eli. Terkadang (Y/N) bisa mendengar suara Eli yang merintih menahan perih, "maaf," Eli tersenyum kecil, "Tidak apa," lalu dia kembali terdiam.

Begitu selesai, (Y/N) mengambil handuk satunya di kasur yang Naib tempati, "Kau hendak mencucinya ?" (Y/N) mengangguk, "Terima kasih bantuannya," kata Emily tersenyum sambil masih terfokus pada perban Naib. Berjalan keluar pintu, (Y/N) menengok sedikit kebelakang, melihat Eli yang terdiam sambil mengelus-elus kepala Brooke. Gadis (Career) itu berjalan keluar lalu menutup pintu ruang kesehatan.

IDV Oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang